Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Cara Menanamkan Rasa Percaya Diri Terhadap Anak?

1 Agustus 2024   08:54 Diperbarui: 1 Agustus 2024   09:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah upacara bendera untuk pertama kalinya setelah liburan semester. Sebelumnya belum ada yang ditunjuk sebagai petugas upacara maka kami para guru secara sepontan menawarkan pada anak-anak yang siap menjadi petugas upacara.

"Anak-anak sekarang waktunya upacara, ayo siapa yang terbiasa menjadi petugas upacara, silahkan ke depan mengambil perangkat upacara dan kelengkapannya",

Anak-anak masih ragu dan tidak ada yang maju. Setelah kuulangi lagi "Ayo pilih sendiri mau menjadi petugas apa disilahkan, Bu guru tidak akan menunjuk, silahkan pilih sendiri sesuai kemampuan kalian",

Beberapa anak maju dan mengambil perangkat upacara, ada teks pembukaan UUD 1945, teks janji siswa, teks pembaca doa, pengibar bendera dan lain-lain. Ahirnya hari pertama masuk bisa melaksanakan upacara bendera dengan tertib dan hidmat.

Hal yang membanggakan adalah ternyata anak-anak dengan senang hati bersedia menjadi petugas, tanpa merasa keberatan atau terpakssa melakukannya. Padahal sebelumnya tidak latihan.

Ini menunjukkan kedewasaan seorang anak, bahwa menjadi petugas adalah tanggung jawab mereka. Pun juga karena mereka sudah mempunyai kepercayaan diri untuk tampil di depan umum.  

Menumbuhkan keberanian pada siswa harus dimulai dengan  menumbuhkan rasa percaya diri. Membangun rasa percaya diri pada anak tidak mudah, mereka terkadang terkendala dengan rasa minder, merasa dirinya tidak mampu melakukannya, padahal mereka belum mencobanya.

Berikut ini hal yang dapat menumbuhkan percaya diri pada anak

Pertama, menyampaikan pentingnya bisa tampil di depan umum

Saat pembelajaran di awal semester seperti biasa anak-anak yang ditunjuk menjadi petugas upacara, mereka saling menghindar bahkan saat mendapat tugas ada yang sengaja tidak masuk sekolah karena alasan yang dibuat-buat seperti sakit, keperluan keluarga dan lain-lain.

Padahal sebenarnya mereka hanya menghindari menjadi petugas upacara karena merasa kurang mampu. Lagi-lagi mereka belum mencobanya, namun sudah menyimpulkan jika ia tidak bisa melakukannya.

Untuk itu guru perlu menyampaikan bahwa suatu saat mereka dituntut tampil di depan umum. Jika tidak pernah mencobanya maka tidak akan pernah berani. Satu-satunya kesempatan latihan tampil di depan umum adalah saat menjadi petugas upacara.

Pada saat upacara semua Bapak dan Ibu guru serta semua murid akan menyaksikan bagaimana tampilan anak menjadi petugas upacara. Kesempatan inilah yang harus dilakukan secara maksimal sebagai bentuk latihan mengembangkan diri menjadi karakter yang berani dan percaya diri.  

Elhazima saat tampil membaca Tek UUD 1945. | Dokumen pribadi
Elhazima saat tampil membaca Tek UUD 1945. | Dokumen pribadi

Kedua, berani mencoba 

Menumbuhkan sikap percaya diri bisa dimulai dari berani mencoba. Memberikan tugas terhadap anak baik saat upacara bendera atau kegiatan lain adalah tahapan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Sebaiknya anak menerima tugas tersebut dan berani mencoba. Saat menerima tugas maka abaikan apakah nanti bisa atau tidak, apakah benar atau salah yang terpenting anak mau mencoba dahulu.

Contoh, pada hari senin saat upacara bendera minggu lalu, Elhazima, siswa kelas 4 diberi tugas membaca teks Undang-Undang Dasar 1945. Baginya tugas itu baru pertama kali dilakukan.

Saat menanyakan kepada saya: "Ma, nanti saya bisa tidak ya",

Jawab saya: "Bisa, pokoknya gak usah ndredek", jawabku menyemangati si Bungsu.

Bagi Elhazima, tugas ini baru pertama kalinya, untuk itu saat di rumah saya sarankan untuk belajar membaca teks Undang-Undang secara lantang dan tidak boleh salah.

Walhasil diapun bisa tampil menjadi petugas upacara dengan lancar, hanya saja suaranya kurang lantang dan keras. Namun pantas diapresiasi karena baru kelas 4 tapi sudah punya keberanian  tampil di depan umum.

Ketiga, belajar secara maksimal

Saat anak diberi tugas dari guru, sebaiknya belajar secara maksimal apa yang menjadi tugasnya. Seperti saat ini menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, banyak perlombaan yang akan diadakan oleh panitia PHBN(peringatan Hari Besar Nasioanal).

Seyogyanya anak yang mendapat tugas mengikuti lomba harus belajar secara maksimal. Guru sebagai pembimbingnya harus bisa memberi motivasi terhadap murid, bahwa lomba adalah sarana belajar yang efektif untuk mengembangkat bakat.

Misalnya anak mengikuti lomba pidato, maka ia harus belajar bagaimana menjadi pembicara yang menarik di depan audien. Cara-cara seperti inilah yang harus dipelajari sehingga dia akan berani tampil di depan umum secara maksimal.

Keempat, tanamkan pola pikir yang positif

Seperti pada ilustrasi di atas tentang murid yang tiba-tiba izin tidak masuk karena berbagai alasan padahal sebenarnya dia hanya menghindari menjadi petugas upacara. Hal ini sering terjadi karena merasa kurang mampu, merasa minder, takut salah dan lain sebagainya.

Anak-anak seperti ini sebaiknya  segera mendapat respon positif dari guru, bukan malah dijustice anak yang malas. Salah satunya menanamkan pola pikir positif terhadap anak. Bahwa dengan berpikir "aku bisa, aku mampu, asal aku mau belajar".

Berpikir positif bahwa segala sesuatu bisa dilakukan asalkan mau mencoba, mau belajar dan berupaya dengan kesungguhan hati.

Jika hal itu menjadi motivasi diri, lambat laun anak akan tumbuh kepercayaan dirinya karena berusaha bisa dan mengesampingkan pikiran-pikiran negatif.

Ilustrasi lomba pidato | sumber gambar dari Kemenag Sulsel
Ilustrasi lomba pidato | sumber gambar dari Kemenag Sulsel

Kelima, hindari menilai negatif di depan umum

Sebagai guru dan orang tua hendaknya menghindari penilaian negatif pada anak, apalagi jika  dituturkan di depan umum. Hal ini akan membuat anak menjadi minder. Suatu contoh saat musyawarah berlangsung, kami para guru memberikan opsi bagi orang tua untuk anaknya menjadi maskot saat karnafal.

Bunga adalah siswi kelas 6 yang mendaftar menjadi maskot. Namun saat menyampaikan keinginannya tiba-tiba ibunya mengatakan : "La wong rupamu elek, kok daftar maskot, wis gak usah".

Seketika itu Bunga membatalkan tidak ikut karnafal, alasannya dia tidak pantas. Esuk paginya Bunga saya panggil ke kantor dan saya sampaikan bahwa dia pantas menjadi maskot karena dia berperawakan tinggi.

Saya perlihatkan aksesoris yang akan dipakai saat karnafal, dia tertarik dan ahirnya bersedia menjadi maskot di perayaan hari Ulang Tahun Kemrdekaan.

Wasana Kata

Menanamkan rasa percaya diri pada anak sangat penting. Mereka akan menghadapi dunia yang sangat keras, orang-orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kuat yang bisa bertahan. Sikap percaya diri dapat menghadapi tantangan zaman yang semakin tak terkendali.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun