Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Formal dan Non Formal, Keduanya Penting untuk Sangu Urip

26 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 26 Juli 2024   17:11 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar anak yang sedang belajar. Sumber gambar: Depositphotos.com

Pendidikan Formal itu penting, Pendidikan non formal juga penting keduanya sama-sama mempunyai nilai plusnya. Saya sendiri mendirikan dan mengelola Pendidikan non formal yaitu Taman Pendidikan Alqur'an.

Walaupun lembaga ini bukan lembaga formal namun keberadaannya di masyarakat sudah menjadi kebutuhan. Sekarang banyak orang tua yang menyadari betapa pentingnya Pendidikan agama ditanamkan sejak dini.

Memberikan ilmu pengetahuan agama seperti mengajarkan baca tulis alqur'an jika hanya di bangku sekolah saja misalnya di Sekolah Dasar Negeri(SD) belum cukup.

Di Sekolah Dasar Negeri Pendidikan agama hanya diberikan tiga jam pelajaran setiap minggunya. Rasanya. belum mencukupi untuk mengajarkan pengetahuan keagamaan secara menyeluruh, seperti fiqih, aqidah dan yang lain.

Sebagian orang tua mempercayakan  putra putrinya masuk di lembaga non formal baca tulis Alqur'an yatu Taman Pendidikan Alqur'an.

Di Taman Pendidikan Alqur'an ( TPA) anak belajar bagaimana cara menulis dan membaca Alqur'an dengan benar. Selain itu juga diajarkan menghafal surat-surat pendek dan doa-doa harian. Hal ini untuk melatih mereka  membiasakan berdoa setiap akan memulai dan mengahiri pekerjaan. Ini sangat  penting dalam membentuk karakter anak.

Zaman yang serba canggih dan kompetetif  ini harus dibarengi dengan keseimbangan fisik dan mental, duniawi dan ukhrowi, keduanya harus balance. Demikian juga dalam hal Pendidikan formal dan non formal harus juga sejalan.

Contoh pendidikan non Formal usia PAUD. Dokpri
Contoh pendidikan non Formal usia PAUD. Dokpri

Apa perbedaan Pendidikan formal dan non Formal 

Dilansir dari isi UU Sisdiknas Tahun 2003, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang dibuat secara sistematis, terstruktur, dan berjenjang. Pendidikan formal merujuk pada sekolah yang terikat legalitas formal dan memiliki sejumlah persyaratan yang cukup ketat.

Jenjang Pendidikan ini mulai dari sekolah Dasar, Sekolah Menengah pertama (SMP) dan sederajat, Sekolah menengah Atas ( SMA) atau sederajat dan Perguruan Tunggi.

Adapun sekolah Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal banyak ditemui pada pendidikan anak usia dini, serta pendidikan dasar, seperti TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran, yang banyak terdapat di Masjid atau mushalla.

Selain itu, Pendidikan non folmal juga berupa kursus- kursus, pelatihan, diantaranya kursus memasak, menjahit, musik, bimbingan belajar  dan sebagainya.

Merujuk pada pengertian di atas, Pendidikan formal mempunyai ciri-ciri antara lain
 harus memiliki legalitas formal yang berstandarisasi serta manajemen dan administrasi yang tercatat di  pemerintahan.

Selain itu proses pembelajarannya menggunakan kurikulum formal, demikian juga peserta didiknya memiliki persyaratan khusus.  .
Sebaliknya Pendidikan non formal jalur pendidikannya  di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pembelajaran bisa dilakukan di luar kelas atau dimana saja sesuai dengan kemampuan pengelolanya.

Pendidikan non formal, bisa diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Persyaratan peserta didik tidak terbatas, dan  tidak ada persyaratan khusus.

Merujuk pada dua pengertian di atas baik itu Pendidikan formal maupun non formal keduanya sudah  sesuai cita-cita dan amanat Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasioanal, namun tetap adaptif dengan perkembangan  zaman.

Keduanya merupakan wujud implementasi pasal 31 ayat 1 UUD 1945  yang berbunyi : Setiap warga negara berhak mendapatkan Pendidikan. 

Tukang ukir yang berlatih secara otodidak. Sumber: Dokpri
Tukang ukir yang berlatih secara otodidak. Sumber: Dokpri

Keuntungan dari Pendidikan Non Formal 

Tidak memandang sebelah dengan pendidikan  non formal adalah langkah yang bijaksana, karena dalam Pendidikan non formal  seperti pesantren belajar tidak mengenal batasan usia, waktu dan tempat.

Pendidikan non formal di pondok pesantren salafi tidak akan berkutat pada selembar ijazah. Mereka dengan ihlas ngaji dari seorang guru yang alim. Walaupun sekarang sudah banyak pesantren-pesantren yang sudah berjenjang dan mengikuti legalitas dari pemerintah.

Namun masih ada   pesantren yang murni ngaji tanpa embel-embel ijazah setelah keluar dari pesantrenn. Dan itu sudah dialami berabad-abad lamanya. Mereka ngaji kitab kuning dari seorang guru yang Alim.

Misalnya Gus Bahaudin Nur Salim, yang viral di you tube, dengan ribuan santri dan muhibbinnya.adalah seorang alim allamah yang tidak pernah belajar di bangku sekolah formal. Beliau hanya mempunyai ijazah SD. Beliau belajar dari seorang guru, Kyai dan seorang Wali yaitu Mbah Maimun Zubair, Allahu yarham.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh ulama; yang menekuni Pendidikan non formal dengan nyantri dan berguru pada seorang Alim, dan mereka berhasil menulis kitab-kitab kuno yang menjadi panduan dalam bermadzhab.

Selain contoh di atas Pendidikan non formal yang saat ini menjamur di belahan nusantara sudah menunjukkan eksistensinya sebagai pengembang dari Pendidikan formal. Pendidikan non formal tersebut secara spesifik memberikan pengajaran, skill dan kemampuan seseorang sesuia peminatan.

Banyak sarana dan wahana yang bisa diikuti untuk pengembangan diri seperti  sanggar, les prifat, pelatihan (training), kursus-kursus, bahkan jika ingin  belajar apapun cukup dengan klik sudah banyak pilihan di you tube.

Misalnya  ingin belajar bekam, olah vocal, MC, memasak, apapun pilihan kita sudah terlayani.

Bahkan bakat dan potensi yang sebelumnya tidak tampak saat belajar di Pendidikan formal tiba-tiba akan muncul saat menekuni pendidikan non formal.

Ilustrasi para santri yang tengah belajar kitab kuning. Gambar : kumparan.com
Ilustrasi para santri yang tengah belajar kitab kuning. Gambar : kumparan.com

Contoh yang saat ini saya lakukan adalah kemampuan menulis. Saya tidak pernah merasa memiliki bakat dalam menulis saat di bangku sekolah. Namun dengan adanya pandemi covid, saya mengikuti pelatihan menulis  Online yang dimentori oleh Ust, Cahyadi takariawan.

Alhamdulillah saat ini saya belajar dan terus belajar menulis hingga ahirnya saya sudah memiliki 5 buku solo dan selalu mengasah kemampuan menulis di Kompassiana.

Sekolah menulis tidak saya dapatkan di Pendidikan formal, justru saya dapatkan saat mengikuti bimbingan non formal. Inilah keuntungan-keuntungan dari Pendidikan non formal.

Dan masih banyak lagi keuntungan yang didapat dari Pendidikan non formal bahkan banyak  tokoh yang  meraih sukses dan nama besar didapatkan justru dari Pendidikan non formal.

Wasana kata

Kesusesan dan keberhasilan seseorang tidak melulu diperoleh dari Pendidikan formal. Walaupun kita juga memahami banyak tokoh yang berhasil dari Pendidikan formalnya. Namun juga tidak sedikit oarng yang sukses dalam berkarir justru bukan dari Pendidikan non formal.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

 

Bahan bacaan dari Kompas.com

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun