Tanggal 15 Juli 2024 adalah hari yang menyenangkan sekaligus membahagiakan bagi murid baru utamanya yang kelas 1 SD atau kelas 7 SMP dan kelas X SMA. Pasalnya mereka memasuki kelas dan lingkungan yang baru.
Mereka akan beradaptasi dengan teman baru, guru baru dan lingkungan yang baru. Untuk itu pemerintah melalui kementerian Pendidikan dan Kebdayaan( Kemendikbud) telah mengeluarkan panduan kegiatan MPLS 2024 untuk setiap jenjang pendidikan.
Saya sendiri sebagai guru Sekolah Dasar maka akan menuliskan tentang kegiatan MPLS di tingkat Sekolah Dasar.
Apa itu MPLS?Â
MPLS adalah singkatan dari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Berdasarkan peraturan Mendikbud RI Nomor 1A tahun 2016, MPLS merupakan kegiatan pertama sekolah untuk pengenalan program, sarana dan prasarana, cara belajar, penanaman konsep pengenalalan diri dan pembinaan awal kultur sekolah.
DIharapkan panduan dari kemendikbud ini menjadi petunjuk penyelenggara MPLS yang ada di sekolah. Hal ini merupakan implementasi pencegahan kekerasan terhadap pelaksanaan MPLS sebagaimana tertuang dalam Permendikbudristek nomor 46 tahun 2023 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan di Lingkungan satuan Pendidikan.
MPLS bagi peserta didik baru sangat penting, mereka membutuhkan penyesuaian di lingkungan belajar yang baru. Utamanya di jenjang SD. Mereka membutuhkan arahan dan pengenalan lingkungan.
Seperti yang dilakukan Bu Citra, guru kelas 1 ini sangat kreatif. Setelah membaca dan mempelajari petunjuk panduan pelaksanaan MPLS, beliau kemudian menyusun program dan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan MPLS di sekolah.
Panduan tersebut merupakan rambu-rambu dan contoh yang bisa dilaksanakan, dapat juga menambah dan memberikan edukasi baru yang menjadi kebutuhan siswa baru.
Kegiatan MPLS ini bersifat edukatif dan kreatif sehingga peserta didik merasa bahwa sekolah sebagai tempat belajar yang aman, ramah anak, nyaman dan menyenangkan. Sekolah bukan lagi hal yang menakutkan atau membosankan.
Jika murid baru khusunya kelas 1 SD sudah merasakan hal yang menyenangkan saat pertama kali masuk maka ia akan krasan dan mempunyai semangat untuk selalu datang ke sekolah, karena di sana ia mendapatkan lingkungan yang hangat dan menyenangkan.
Seperti mendapatkan guru baru yang penuh perhatian, teman baru yang enak diajak ngobrol pun juga lingkungan yang bersih dan nyaman untuk belajar.
Linimasa dan Aktivitas pembelajaran selama MPLS jenjang SD
Satu, mengajak peserta didik melakukan ice breaking
Dalam panduan MPLS sudah diberikan contoh-contoh ice breaking, seperti memutarkan musik dengan lagu Aku Istimewa, dan masih banyak lagi contoh lain.
Bapak dan ibu guru bisa menyampaikan kepada peserta didik dan memadukan sesuai dengan kreativitas masing-masing. Bisa disempurnakan dengan permainan-permainan yang mendorong siswa untuk bergerak aktif dan kreatif.
Seperti dalam lagu Aku Istimewa, mempunyai makna bahwa kita harus bersyukur dengan diciptakan kita berbeda-beda bentuk wajah dan warna kulit. Namun semuanya menjadi istimewa, seperti hidung, mulut, rambut walalupun tidak sama namun bagi kita ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus kita syukuri.Â
Dua, mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebhinekaan dan aman bagi semua.Â
Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa memang tidak mudah, untuk itulah guru harus menguasai empat kompetensi. Salah satunya kompetensi pedagogik, yaitu kompetensi yang bisa memahami peserta didik dengan baik, cara belajar, evaluasi belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Apalagi saat ini telah dicanangkan Pendidikan Inklusi, itu artinya setiap satuan pendidikan harus menerima peserta didik baru yang berkebutuhan khusus.
Disamping itu dalam MPLS juga diberikan pemahaman tentang rasa persatuan antar umat beragama, tidak boleh membedakan suku, agama juga warna kulit semua adalah warga negara Indonesia yang harus saling menghormati.Â
Pada kesempatan ini Bu Citra selaku guru kelas 1 mengenalkan peserta didiknya tentang siapa nama kepala sekolahnya, guru-guru yang ada di lembaga tersebut, serta mengajak peserta didik berkeliling untuk mengenal lebih dekat tentang sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Ketiga, Mengajak peserta didik untuk menonton bareng film pendek pencegahan kekerasan
Film kartun dengan pemain utamanya Sopo Jarwo tersebut sudah tidak asing bagi anak-anak. Kelakuan lucu Sopo dan Jarwo mempunyai daya tarik sendiri bagi anak-anak.
Dalam film singkat tersebut memberikan pesan terhadap kita untuk tidak melakukan kekerasan terhadap teman. Tidak melakukan bullying dalam bentuk apapun baik verbal maupun non verbal.
Dalam Film tersebut dengan jelas menggambarkan contoh bulliying yang dilakukan beberapa anak terhadap Adit, karakter penakut, yang sering diledek oleh teman sepermainannya.
Dengan memutarkan film tersebut anak-anak bisa mengetahui hal-hal baik yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam berteman.
Keempat, memainkan permainan boleh dan tidak boleh
Dalam permaian boleh dan tidak boleh adalah gambaran perilaku antar teman yang boleh dilakukan dan yang todak boleh dilakukan. Guru menunjukkan ilustrasi pertanyaan boleh dan tidak boleh.
Contoh, mencium tangan Bapak/ Ibu saat berangkat sekolah, memeluk orang lain dengan paksa, memberikan sesuatu pada orang lain agar menyentuh dada dan lain-lain.
Sentuhan yang tidak boleh dilakukan adalah sentuhan yang menyakiti tubuh atau perasaan, seperti mendorong atau memukul teman kita saat bermain bersama karena dapat melukai tubuh orang lain.
Saat kita tidak mau disentuh, kita bisa menolak dengan mengatakan :
Stop! Aku tidak mau wajahku dipegang.
Maaf, saat ini aku sedang tidak ingin dipeluk.
Hei, aku tidak suka kalau kamu mendorongku.
Aku tidak mau dipaksa untuk ikut kamu
Guru mengajak peserta didik untuk mengidentifikasi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sentuhan boleh dan tidak boleh, dan menjaga diri sendiri dalam mencegah terjadinya kekerasan.
Kelima, mengajak peserta didik untuk mengenali emosi diri dengan Roda dan Catatan Perasaan.
Mengenalkan roda emosi pada anak dan catatan perasaan dengan gambar-gambar emogi sesuai dengan kreativitas Bapak dan ibu guru.
Misalnya dengan pertanyaan apa yang kamu rasakan saat ini? Mengapa merasa demikian? Apa yang kamu rasakan saat melihat temanmu jatuh? Apa yang kamu rasakan saat menerima hadiah?
Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih kepekaan peserta didik dalam menyadari emosi yang dirasakan sehari-hari untuk mengasah kemampuan berempati terhadap orang lain.
Keenam, memasang poster bentuk-bentuk kekerasan
Guru menyampaikan terhadap peserta didik tentang bentuk-bentuk kekerasan yang mudah terjadi di lingkungan sekitar. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut ada 6 yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, perundungan, kekerasan seksual, diskriminasi dan intoleransi dan kebijakan yang mengandung kekerasan.
Untuk jenjang SD guru bisa menyampaikan lewat gambar-gambar dan video yang sudah disediakan tentang perilaku bentuk kekerasan. Dari gambar-gambar tersebut peserta diharapkan bisa membedakan bentuk-bentuk kekerasan fisik maupun psikis.
Bapak dan Ibu, penting bagi guru memahami konsep MPLS, panduan yang sudah diterbitkan oleh kemendikbud ini menjadi dasar penyelenggaraan di sekolah. Pelaksanaan MPLS diharapkan dapat meminimalisir perilaku kekerasan yang ada di lingkungan sekolah, karena pada dasarnya tujuan dari MPLS ini adalah mengenalkan program, sarana dan prasarana di lingkungan sekolah serta pembinaan awal kultur sekolah.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat
 Sumber bacaan : Pedoman MPLS jenjang SD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H