Alhamdulillah acara mantu berjalan lancar dan sukses, semua berkat karunia Allah Subhanahu wa ta'ala dengan  dibantu  semua rewang atau landang.
Mereka bekerja sama bahu membahu, saling kompak sat set wat wet, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Bagi pembaca yang sudah berpengalaman melangsungkan Walimatur Arsy atau mantu sudah merasakan bagaimana pasca acara, pasti badan terasa nano-nano, capek, pegel, letih dan loyo. Maklum saja tenaga dan pikiran tercurah jauh hari sebelum pelaksanaan.
Beberapa bulan sebelumnya sudah mempersiapkan segala sesuatu terkait pelaksanaan mantu, mulai mencari dekorasi, catering, sound system, rewang masak(landang), undangan, penerima tamu, sofenir dan masih banyak lagi yang mungkin pembaca sangat paham bagaimana riwuhnya acara resepsi pernikahan.
Semua yang terlibat saat pelaksanaan resepsi, sebelum dan sesudahnya tentu mempunyai keluhan yang sama yaitu sama-sama capek. Nah untuk menghilangkan semua itu juru masak membuat bubur sum-sum.
Menjadi kebiasaan juga adat di daerah saya setelah mantu maka yang tidak boleh ketinggalan  membuat bubur sum-sum. Menurut juru masak bubur sum-sum dibagikan kepada semua landang atau panitia dengan maksud menghilangkan rasa pegal dan capek setelah beraktifitas berhari-hari.
Bubur sum-sum terbuat dari tepung beras yang direbus dengan air santan hingga mengental. Cara  makannya ditambah dengan juruh (gula jawa yang direbus). Selain menjadi adat, mitosnya landang atau rewang setelah menyantap bubur sum-sum badan kembali fit dan rasa capek segera hilang.
Selain membuat bubur sum-sum ada lagi yang tidak ketinggalan yaitu acara sepasar sekaligus tutup gedek(dinding yang terbuat dari anyaman bambu)
Juru masak membuat buceng  atau tumpeng dengan lauk pauk secukupnya. Ambeng ini dimaksud untuk menandai bahwa acara mantu sudah selesai. Mengundang beberapa  tetangga hadir untuk bersama-sama berdoa yang dipimpin oleh salah satu tokoh masyarakat setempat.