Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Harus Kita Lakukan saat Menunggu Antrean?

25 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   20:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat mengantre di Bank. Gambar dari Tribunnews.com

Menunggu itu menjemukan, Menunggu adalah pekerjaan yang tidak disukai banyak orang, menunggu juga menjadi pekerjaan yang belum pasti.

Beberapa ungkapan di atas adalah gambaran mereka yang merasakan betapa pekerjaan menunggu itu membosankan. Banyak orang tersulut emosi karena menunggu, bahkan banyak kasus pertengkaran dikarenakan saling serobot tidak sabar menunggu giliran.

Seperti biasa kami bendahara dan petugas pemangku kepentingan Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) saat transfer atau belanja kebutuhan sekolah selalu antre  menunggu berjam-jam di depan teller untuk menunggu giliran dipanggil oleh mesin suara di Bank.

Saya berangkat pukul 4.00 pagi mendapat nomor urut 28. Saat saya konfirmasi yang mendapat antrean no 1 ternyata berangkatnya pukul 02.00 dini hari. Bahkan banyak yang shalat subuh di mushalla samping Bank  karena berangkat sebelum subuh.

Pertama-tama kita menyediakan sendiri kertas kosong, bagi yang datang pertama kali menulis nomor dan asal sekolah. Begitu seterusnya hingga menjelang kantor buka. Kemudian saat jam kantor buka nomor pengambilan langsung dibagi oleh satpam sesuai nomor urut yang tertulis di kertas. 

Begitulah pejuang BOS saat akan transfer dan belanja kebutuhan sekolah. Kami harus pagi-pagi datang supaya mendapat antrean lebih awal. Saat transaksi pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena teller akan mentransfer sejumlah belanja kepada toko yang telah kami tentukan melalui Siplah.

Apalagi jika kami harus bareng-bareng dengan keluarnya BOP TK atau PAUD maka harus lebih pagi lagi. Biasanya kami mengetahui siapa saja yang jadual pencairannya sama, bisa jadi bersamaan dengan perangkat Desa, atau BOP Madrasah.

Jika demikian kami harus menyiapkan makanan ringan atau snak untuk menganjal perut saat menunggu hingga beberapa jam lamanya. Mulai subuh hingga sore hari, tergantung mendapat nomor antrean berapa saat kita datang. Ada yang bawa pisang rebus, cemilan hingga getuk, he he.

Nah, saat itulah kita harus pandai-pandai mengisi kebosanan. Lalu apa saja yang bisa dilakukan saat menunggu antrean panjang?

Menulis

Bagi penulis seperti  Anda dan Anda, saat menungu maka bisa dimanfaatkan untuk menulis.  Menulis tentang kejenuhan saat antre bisa menjadi tulisan.

Menulis menyuarakan isi hati karena bosan menunggu atau menulis puisi tentang apa saja yang bisa menghilangkan rasa bosan. Bahkan ada seorang kawan yang menurutnya menunggu adalah momen mengasyikkan alasannya, dia bisa menulis di saat yang gabut.

Biasanya ruangan dalam Bank tenang dan berAC sehingga kita bisa mengkondisikan untuk menulis. Bisa buka tablet, Ponsel atau laptop sesuai yang kita inginkan.

Ngobrol dengan teman

Saat menunggu paling enak sambil ngobrol dengan teman. Bisa saling tukar informasi ataupun saling berkenalan. Karena mereka yang  datang belum tentu kita mengenalnya. Karena mereka berasal dari lembaga atau sekolah yang berbeda. 

Saat ngobrol bisa  mengurangi rasa jenuh, apalagi dibarengi ghibah tipis-tipis, he he bisa juga dengan diskusi tentang hal-hal yang lebih bermanfaat. Misalnya tenang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), tentang Rapor Pendidikan  atau yang lain dan pada ahirnya urutan kita terpanggil sesuai antrean yang didapat.

Ajang silaturrahmi

Saat menunggu bisa saja menjadi ajang silaturrahmi dengan teman. Karena kita akan bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Seperti saya, saat melakukan transaksi selalu bertemu dengan sahabat-sahabat yang sekian tahun tidak bertemu dari lembaga dan kecamatan yang berbeda.

Hal ini menambah nilai positif, karena kita bisa mengabarkan keberadaannya sekarang, bahkan bisa saling tukar No Handphone dan sebagainya.

Bapak dan Ibu, menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, namun bisa diatasi dan dialihkan pada kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat.

Salam silaturrahmi, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun