Sudah menjadi program tahunan Taman Pendidikan Alqur'an Nurul Huda melaksanakan Takbir keliling yang diikuti oleh semua santri putra dan putri.
Kegiatan ini menjadi menarik dan cukup berkesan bagi para santri. Takbir keliling dilaksanakan pada malam hari. Masing-masing diwajibkan membawa obor untuk penerang selama dalam perjalanan.
Obor terbuat dari bambu kemudian bagian dalamnya diisi bensinatau minyak tanah sebagai bahan bakar. Di ujung bambu ada kain sebagai sumbu. Sumbu menyerap bahan bakar maka obor akan menyala saat disulutkan api.
Menggunakan obor sebagai penerang jalan, mengingatkan pada masa kecil saya dulu. Belum ada listrik masuk desa, sehingga hanya pakai lampu teplok. Sedangkan jika keluar malam memakai obor sebagai penenrang jalan.
Jika dulu obor sebagai penerang utama saat seseorang melakukan aktivitas malam hari, misalnya, saat mengaiti sawah, pergi ke surau, atau saat mencari belalang di semak-semak. Sekarang beralih guna sebagai hiasan penarik perhatian yang unik di zaman digitalisasi seperti sekarang.
Menggunakan obor saat takbir keliling sambil berjalan mengelilingi kampung mempunyai kesan tersendiri. Menjadi syiar perayaan Hari Raya Idul Kurban. Masuk ke lorong-lorong jalan dan gang pedesaan untuk menambah nilai khazanah mengagungkan takbir di hari kemenangan.
Kemenangan Ibrahim AlaihissalamÂ
Hari kemenangan dan kebahagiaan Ibrahim saat mengishlaskan putra tercintanya Ismail untuk disembelih. Kemenangan menggantikan semua keraguan atas perintah Tuhannya dan kemenangan bujuk rayu setan yang menghasud untuk mengabaikan perintah.
Setan tak henti-hentinya membujuk Ibrahim dan meyakinkan bahwa perintah itu hanyalah kebohongan. Namun Ibrahim tetap pada pendiriannya. Tidak hanya Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail pun turut menjadi sasaran setan laknatullah. Dia menghasut dan menyulutkan keraguan bahwa perintah menyembelih anak hanyalah kekonyolon belaka.
Namun Ibrahim, Sarah juga Ismail telah membulatkan niat dan meyakini bahwa perintah itu datang dari Allah Subhanahu wata'ala dan harus ditaati. Dengan kuasaNya maka Allah gantikan Ismal dengan seekor kambing.
Jika dinalar secara logika, rasanya tidak ada yang sanggup untuk melaksanakan perintah yang maha berat ini. Putra satu-satunya setelah puluhan tahun menantinya, namun saat menginjak remaja harus merelakan untuk dikorbankan demi perintah Allah.
Cerita yang penuh hikmah ini menggambarkan betapa ketundukan dua hamba yang beriman tersebut atas perintah Tuhannya.
Berikut ini pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari pengorbanan Ibrahim Alaihissalam.
Perintah Allah harus melebihi kecintaan dunia
Sebagai orang tua mencintai anak di atas segala-galanya. Apalagi jika anak merupakan satu-satunya yang kita punya. Segala usaha dan ihtiyar hanya diperuntukkan untuk masa depan anak.
Demikian juga dengan Nabi Ibrahim, cinta dan kasih sayangnya kepada putranya Ismail juga sangat mendalam. Anak yang berbakti dan berahlakul karimah ini benar-benar menjadi permata hati.
Dididik dengan baik, diajarkan bagaimana menjalankan syariat Islam dengan kaffah, namun saat tumbuh remaja tiba-tiba Allah perintahkan untuk menyembelihnya.
Sebagai manusia, Ibrahim pun sempat ada keraguan apakah ini perintah Allah atau hanya mimpi bunga tidur saja. Sehingga Ibrahim pun berpuasa dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa tala.
Setelah mengetahui bahwa perintah ini datangnya dari Allah SWT maka dengan hati yang mantab, Ibrahim Alaihisaalam menjalankan perintah tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun.
Demikian juga dengan Ismail, saat ditanya apakah bersedia disembelih, maka dengan tegas Ismail pun menjawab, jika ini perintah Allah maka saya siap untuk menerimanya.
Cinta dan tunduk atas perintah Allah melebihi cintanya pada dunia, termasuk mencintai anak semata wayangnya.
Mempunyai keihlasan tingkat tinggi
Keihlasan yang dimiliki Nabi Ibrahim melebihi segalanya. Perintah menyembelih anak sama halnya dengan siap untuk kehilangan anak selama-lamanya. Namun karena ini adalah perintah maka tidak ada keraguan lagi atas dirinya.
Semua milik Allah dan hanya kepadanya kita akan kembali. Ibrahim menajamkan pedangnya supaya Ismail tidak merasakan sakit lebih lama, sedangkan Ismail memilih tidak mau diikat tangannya karena malu kepada Allah jika dirinya dinilai tidak ihlas menerima perintah ini.
Usaha antara Bapak dan anak ini menggambarkan betapa tundak dan ihlas yang luar biasa yang tidak dipunyai oleh manusia biasa.
Orang tua menjadi role model bagi anak
Menyetujui saat Ibrahim mengabarkan mendapat perintah dari Tuhannya, tanpa ada sedikitpun keraguan di hati Ismail menunjukkan bahwa apa yang telah diucapkan ayahnya adalah kebenaran.
Ismail melihat sosok Ayahnya sebagai role model yang bisa dipercaya, jujur, amanah, cerdas dan penuh kasih sayang.
Tak ada sedikitpun keraguan terhadap figur Ayah, karena selama ini Ismail percaya secara penuh dan menghormati Ayahnya sebagai sosok Nabi yang peringai dan ahlaknya sesuai dengan syariat Allah.
Kisah ini menjadi cerminan bagi kita sebagai orang tua hendaknya menjadi figur yang diidolakan anak, jangan malah sebaliknya. Anak akan melihat ahlak dan perilaku orang tuanya.
Jika figur orang tua berhasil menjadi teladan yang baik, maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang sholih dan berkarakter.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Referensi:
https://rumahamal.org/news/3_hikmah_perintah_penyembelihan_ismail_oleh_ibrahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H