Saat ini sudah memasuki ahir semester di tahun pelajaran 2023/2024. Di penghujung semester ini UPT SD Negeri Tunggulrejo melaksanakan gelar panen karya  P5 dengan secara sederhana, namun tetap mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam P5 yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan yang Esa, Berkebhinekaan global, Gotong royong, Mandiri, Kreatif dan Bernalar kritis.
Gelar panen karya tersebut sebelumnya dibuka oleh kepala SDN Tunggulrejo Ibu Sumrahayu, S.Pd. beliau menyampaikan bahwa kegiatan P5 ini hendaklah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh hidmat. Pada kegiatan P5 kali ini mengusung tema berkebhinekaan global.
Sebelumnya kegiatan dibuka dengan senam Pelajar Pancasila yang diikuti oleh semua siswa dan Bapak ibu guru secara bersama-sama. Dilanjutkan dengan menampilkan karya seni tari tradisional yang sudah disiapkan dan dipelajari selama satu semester. Berikut tema dan tari yang diusung dari tiap-tiap kelas  Â
Kelas satu, Tari Gundul-Gundul Pacul
Pada gelar panen karya kali ini kelas satu menampilkan Tari kreasi gundul-gundul pacul dari daerah jawa Tengah.
Lagu gundul-gundul pacul merupakan tembang Jawa yang dikenalkan Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an. Lagu ini terdengar unik seperti guyonan, namun isi dan makna disetiap syairnya mengandung arti yang cukup mendalam.
Berisi tentang bagiamana seorang pemimpin bukan hanya berkuasa memerintah bawahannya namun bisa ngemong pada rakyat dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Kelas dua, Tari Sajojo
Tari Sajojo berasal dari Daerah Papua. Tari ini bisa diperagakan oleh semua kalangan baik pria, wanita, tua dan muda, bahkan pantas juga ditarikan oleh anak-anak kecil seperti yang saat ini dilakukan oleh oleh siswa dan siswi kelas dua.
Tari Sajojo merupakan tari hiburan karena gerak dan iringan tarinya penuh dengan semangat, cera, dan energik. Penari dituntut untuk lincah dalam membawakannya supaya tampak bersemangat. Tari ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1990-an.
Kelas tiga, Tari lir-Ilir
Tembang lagu Lir ilir berasal dari daerah Jawa Tengah. Lagu ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, seperti lagu Gundul-gundul Pacul. Tembang ini sarat akan makna yang terkandung di dalamnya. Banyak nasehat dan petuah yang bisa menjadi pitutur bagi seseorang.
Sebagai manusia harus selalu semangat dalam menghadapi kehidupan, jangan jatuh dalam keterpurukan saat ditimpa musibah atau bencana. Lagu ini mengajak pada kita semua supaya bangun dari sifat malas dan putus asa.
Manusia dilambangkan sebagai tanaman yang sedang bersemi dan berwarna hijau. Tembang ini biasanya dinyanyikan pada acara adat maupun kegiatan relegius Jawa.Â
Kelas empat, menampilkan pantomim
Penampilannya memukau penonton siswa- siswi SDN Tunggulrejo. Pantomim yang diperagakan oleh tiga siswa tersebut menggambarkan kejadian yang dialami saat berangkat sekolah.
Digambarkan saat berangkat sekolah sepeda yang digunakan kempes di tengah jalan, ahirnya mereka pun memompanya. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya.
Tiba sekolah mereka bermain dengan teman-temannya seperti tarik tambang dan permainan lainnya. Pantomim membutuhkan penjiwaan dalam memperagakannya. Selain itu alur ceritanya harus mengandung  pesan positif yang bisa menjadi pelajaran bagi penonton.
Kelas lima, Tari Piring
Tari piring berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat. Tari tradisional ini telah ada sejak ratusan abad yang lalu. Pada mulanya tarian ini dilakukan sebagai ritual untuk mengucapkan rasa syukur hasil panen yang melimpah.
Tarian ini dibawakan oleh para gadis sambil membawa sesaji makanan dalam piring. Sejalan dengan perjalanan waktu tari ini ditampilkan dalam peringatan di masyarakat, misalnya ada perayaan hajatan, pernikahan ataupun syukuran.
Kelas enam, Tari Manuk Dadali
Tari manuk dadali adalah tarian tradisional berasal dari Jawa Barat. Tarian ini lekat dengan budaya Sunda. Manuk dadali diartikan sebagai burung Garuda namun gerak tarinya tetap gemulai agar terkesan menarik dan penuh wibawa.
Tari manuk dadali ini sering dipentaskan saat perayaan peringatan kemerdekaan ataupun kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa tari kreasi anak bangsa yang bisa diadopsi dari kebudayaan yang berfilosofi lambang negara yaitu burung Garuda.
Setelah berahirnya penampilan tari yang dipentaskan secara apik pada setiap kelas, kegiatan panen karya selanjutnya diisi dengan bazar. Bazar kali ini diikuti oleh siswa dan siswi kelas empat, lima dan enam.
Mereka menyiapkan aneka jajanan, hasil karya mereka. Mereka belajar menjadi pedagang, bagaimana cara menjual, menjumlahkan modal dan laba yang diperolehnya. Berdagang juga melatih kesabaran saat dagangannya belum laku, juga bagaimana cara memasarkannya.
Dari kegiatan panen karya P5 ini banyak manfaat yang mereka peroleh, mulai dari  kemandirian, gotong royong, kreatif,  semua diaktualisasikan dalam kegiatan tersebut.
Bapak dan Ibu, gelar P5 tidak harus mewah dan berbiaya mahal, cukup dipentaskan secara sederhana di halaman sekolah, anak-anak cukup terkesan dan mendapat pengalaman bermakna dari kegiatan tersebut.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H