"Bunda boleh gak saya  minum seteguk saja, saya haus", pintanya Ananda saat puasa di hari pertama.
"Lo, Adik sudah gak kuat puasa ya"
"Kuat Bun, tapi adik haus", kan gak makan bunda cuma pengin minum saja", pinta Ananda sambil merengek
"Boleh, bunda kasih satu gelas ya, setelah itu diteruskan lagi puasanya, hingga adzan dhuhur terdengar",
"Iya, bund, siap", jawab Ananda tampak girang.
Itulah pertama kali yang saya ajarkan kepada Ananda. Hari pertama puasa, berbuka sampai pukul 10.00 WIB. Selanjutnya meneruskan puasa dan  berbuka lagi saat adzan dhuhur tiba.
Mengundur waktu berbuka secara bertahap.
Jika di hari pertama Ananda merasa haus dan minta minum pukul 10.00, Hari kedua, Ananda sudah kuat puasa mbeduk. Yaitu puasa saat adzan dhuhur berkumandang dia berbuka. Selanjutnya meneruskan puasanya hingga maghrib tiba. Dia sudah tidak minta minum lagi.
Di hari ketiga  dan keempat puasa Ananda saya undur hingga pukul 14.00 WIB baru berbuka. Hingga waktu masuk sekolah tiba.  Alhamdulillah di hari kelima Ananda sudah kuat puasa hingga maghrib. Justru saat di sekolah bertemu dengan temannya, bermain, belajar hingga lupa rasa lapar.
Saat anak-anak mempunyai aktifitas bersama dengan temannya anak lupa kalau dia berpuasa karena asyik bermain. Â Kebalikannya saat di rumah, tak ada teman bermain, cuma rebahan dan nonton TV sehingga penyakit lapar mudah terasa.
Melatih anak puasa saat bersekolah adalah waktu yang tepat, jangan berpikir sebaliknya, puasa kok masuk sekolah. Karena saat sekolah penjual jajanan tidak ada, sehingga anak-anak focus bermain, dan tidak tergoda dengan jajanan.