Sehingga diimbau tetangga-tetangga di sekitar pekarangan untuk membuang sampah di situ, selanjutnya akan ditimbun dengan tanah sehingga pekarangan bisa disiapkan untuk lahan perumahan.
Untuk memilah sampah sudah saya lakukan sejak dulu. Sebelum membuang sampah saya pilah terlebih dahulu. Misalnya bahan-bahan kardus atau kertas bekas kotak nasi, kotak jajan biasanya saya pisahkan, demikian juga botol-botol bekas. Sementara sampah-sampah organik lainnya dibuang di pekarangan Pak Karto.
Selanjutnya, setelah terkumpul setiap satu bulan sekali abang sampah akan mengambilnya. Julukan abang sampah di desa namanya, 'Hoyak-Hayik', mereka mencari sampah bekas dari kertas atau karton dan botol-botol bekas atau sejenisnya. Terkadang juga bekas onderdil motor atau mobil.
Sebagai imbalannya dia menyediakan beberapa pilihan barang misalnya piring, mangkok, ataupun uang. Pertama-tama sampah yang sudah disendirikan menurut jenisnya ditimbang dulu, nanti jika sudah dapat sekian kilo abang sampah akan menukarnya dengan beberapa pilihan, bisa piring, mangkok atau uang, sesuai permintaan.
Dia akan memberikan piring atau mangkok setelah dikalkulasikan berapa harga semuanya. Harga 1 kg kardus tidak sama dengan 1 kg botol. Misalnya jika 5 kg, setiap 1 kg-nya dihargai Rp 2000,maka saya akan menerima Rp 10.000
Untuk menukarnya, tergantung tuan rumah boleh diambil uang atau barang. Biasanya saya akan mengambil piring atau mangkok.
Alhamdulillah dari sampah-sampah berupa kardus dan botol tersebut, saya sudah mendapat lebih dari 5 dosin piring, yang berguna untuk menambah perabot dapur kita.
Bapak dan Ibu, sampah memang selalu menjadi sorotan dari hari ke hari karena tidak pernah berkurang kuantitasnya, namun malah bertambah, bahkan sampah di bulan Ramadan ini meningkat hingga 20%.
Untuk itu marilah kita mengambil bagian untuk bijak memilah dan mengelola sampah, terutama di bulan Ramadan ini. Dengan demikian kita sudah bisa ambil bagian untuk peduli dengan lingkungan, terutama dimulai dari rumah sendiri.
Salam sehat selalu semoga bermanfaat.