Hal inilah yang terjadi di beberapa TPS yang menghitung ulang karena selisih satu surat suara atau karena salah memasukkan kartu surat suara. Â
Pernak-pernik yang dirasakan petugas KPPSÂ
Satu, pengalaman yang tak mungkin dilupakan.
Sejak diberlakukannya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden atau anggota legislative baru kali ini saya menyelesaikan  sampai larut malam, lima tahun yang lalu TPS saya berahir pada pukul 23.00 WIB.
Yang menjadikan lama kali ini adalah adanya aturan baru untuk mengaploud hasil C salinan perolehan suara. Sehingga terkadang terkendala signal atau terkadang print atau scanner  tiba-tiba tidak bisa bekerja atau rusak.
Sehingga walaupun sebenarnya penghitungan sudah selesai namun menunggu sirekap untuk scan dan menandatangani ratusan lembaran, itulah yang memerlukan waktu yang lama.
Dua, kebutuhan  kertas lebih banyak
Baru kali ini, untuk keperluan  pelaporan menghabiskan kertas lebih dari 1 rim. Bisa bayangkan 1 rim kertas berjumlah 500 lembar, jika 1 rim lebih berarti kira-kira saya menghabiskan hampir 800 lembar kertas. Beruntung saya menyiapkan dua rim kertas.
Pantas saja saat pelantikan KPPS, KPU menghimbau supaya setiap KPPS menanam satu pohon sebagai ganti kertas yang ada. Walaupun harus sekian tahun yang akan datang memanen kertas. Usaha yang patut diacungi jempol.
Tiga, honor lumayan dengan kerja yang sangat berat.
Belum lama ini setelah KPU menetapkan besaran honor maka banyak tik-tok yang beredar di masyarakat bahwa petugas KPPS menjadi menantu idaman, karena honornya satu hari Rp. 1.100.000,- .lalu mereka mengalikan berapa jumlah gaji perbulannya.
Tidak salah memang sindiran-sindiran itu, namun yang perlu diketahui, jangan melihat besarnya honor satu hari, sebab beban kerja dan tanggung jawabnya yang cukup berat, perlu menjadi pertimbangan, bekerja tanpa istirahat selama 24 jam itulah baru saya alami seumur hidup saya. He he