Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Serunya Kopdar Emak-Emak EPK( Emak Punya Karya) di Rumah Pak Cah ( seri 2)

26 Januari 2024   16:46 Diperbarui: 26 Januari 2024   16:49 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Emak-Emak Kepo di depan rumah Pak Cah. Foto dari Mbak Kuni Hamda.

 

Berharap cerita saya nanti menjadi buku solo. Saat mengikuti kelas menulis, Pah Cah selalu menyampaikan tulislah apa yang kamu alami, tulislah apa yang kamu lihat, tulislah apa yang kamu dengar.

Dari kalimat itu saya mempraktekkan langsung apa yang menjadi pengalaman-pengalaman saya, akhirnya menjadi tulisan, alhamdulillah sampai saat ini saya telah memiliki lima buku solo.

Kopdar yang berlangsung seru di rumah Pak Cah menunjukkan komitmen kami para Emak-emak yang menyisihkan waktunya di sela-sela kesibukan kami para Emak. Terbayangkan, bagaimana sibuknya Emak-emak pada usia emas.

Rata-rata dari kami hampir seusia, antara 40-50 tahun. Usia dimana kita sedang banyak tanggung jawab, baik dalam keluarga, karir, maupun di masyarakat. Sehingga mencari waktu luangpun tidak gampang. Apalagi yang sudah punya cucu, bertambahlah sibuknya.

Kami Emak-emak harus mencari waktu luang bahkan menominasikan kopdar ini diantara acara yang lain. Seperti Mak Rini, beliau seorang dokter yang harus melayani pasien di rumah. Beliau sengaja meliburkan jadual prakteknya dengan menuliskan 'Dokter libur selama tiga hari'.

Tentu pengalaman yang berbeda-beda disampaikan para emak, dengan mengunci beberapa kegiatan agar silaturrahmi kopdar bisa terlaksana dengan aman dan lancar. Salah satunya mengantongi izin suami, juga mengkondisikan anak-anak bagi yang masih punya anak usia SD, seperti saya.

Foto bersama saat di Parang Tritis. Dokumen pribadi
Foto bersama saat di Parang Tritis. Dokumen pribadi

Nah, beberapa Emak yang perlu saya kenalkan di sini diantaranya :

Satu, Dede Nur Janah,  Mak Janah kami memanggilnya. Beliau pengajar di SD Bina Amal Semarang. Saat di tanya tentang buku solonya beliau malu-malu menjawabnya karena masih dalam proses. Namun demikian sudah menemukan judul 'Belum Mau Pulang".

Saat kopdar kemarin beliau datang dengan putra tercintanya dengan naik motor. Melihat semangat beliau yang luar biasa ini, perlu diacungi jempol, bahwa komitmen untuk bersilaturrahmi sebagai  perwujudan menyambung persaudaraan sesama muslim.

Hal ini menjadi anjuran Rasulullah dalam hadisnya bahwa barang siapa yang mau bersilaturrahmi maka akan diperpanjang umur dan di luaskan rezekinya.

Dua, Hj. Yulia Kuraesin Ila Rohima(Yulia K. Rohima),  berasal dari Desa Cihanjuang Bandung Jawa Barat.  Beliau sudah mempunyai empat buku Solo diantaranya, 'Ola Petualang Nuraini, Catatan Pejuang Sakinah, Mahkota Cahaya Untukmu dan Kubantu Hijrahmu".

Mak Yulia ini sosok ibu rumah tangga yang mempunyai kesibukan luar biasa diantaranya sebagai nara sumber pada kajian muslimah, konsultan keluarga dan pendidikan, bagian humas di salah satu partai politik. Dan yang luar biasa saat ini beliau sedang menyiapkan untuk melanjutkan study doktornya. 

Tiga, Ratna Kushardidjanti, berasal dari Yogyakarta. Beliau telah mempunyai dua buku solo diantaranya "Nyanyian kehidupan" berupa kumpulan puisi dan novel parenting dengan judul "Mozaik Cinta Untuk Ananda".

Kesibukan beliau saat ini selain mengajar juga membina lembaga Graha Qurn , mom preuner dan pegiat pelestarian Eco Enzym.

Beliau datang bersama ibundanya yang sudah berumur 77 tahun namun masih sehat dan energik. Saat itu ibundanya menyerahkan buku kepada Pak Cah setebal kurang lebih 3 cm yang bertuliskan tangan beliau berisi tentang kajian yang diikutinya.

Melihat semangat dan telaten Ibundanya Mak ratna rasanya alat tulis bukan menjadi satu alasan orang untuk tidak menulis, semua bisa dilakukan asalkan ada kemauan.

Bersilaturrahmi di Ruman Pak Cah. Dokumen pribadi
Bersilaturrahmi di Ruman Pak Cah. Dokumen pribadi

Meneladani Cara Pak Cah Menjadi Tuan Rumah yang Baik 

Tamu adaah raja, adalah pepatah yang sering kita dengar bahkan disebutkan beberapa mushonnif bahwa tamu seperti mayit. Artinya dihormati, dimuliakan dan dilayani.

Itulah gambaran kami para Emak-emak saat menjadi tamu di rumah Pak Cah. Beliau adalah teladan yang baik dan contoh riel bagi kami. Suguh, aruh dan gupuhnya saat menyambut tamu diterapkan pada keluarga Pak Cah.

Semua anggota keluarga mempunyai peran sendiri-sendiri, ada yang menjemput tamu dari penginapan, menyambut tamu dengan ucapan selamat datang, ada yang membawa teh dan kudapan, menyiapkan dan menyajikan hidangan hingga semua anggota keluarga terlibat dalam penyambutan tamu.

Saat pertama kami datang Bunda Ida mengatakan, 'Maaf Mak, Pak Cah masih masak di dapur", Sebentar kami duduk, beberapa putra Pak Cah membawa wedang jae, buatan Pak Cah sendiri.

Disamping membuat wedang jahe, rupanya pak Cah juga menyiapkan bakso untuk kami. Beliau buat sendiri. Sungguh menjadikan kami tersanjung atas sambutan ini. Selain itu ada banyak jajanan yang sudah bunda Ida siapkan untuk kami para Emak KEPO.

Sungguh luar biasa, Pertama-tama kami diterima oleh Mbak Hamda sebagai pembuka perbincangan. Setelah itu di isi sambutan dari Pak Cah, kami diberikan waktu untuk memperkenalkan diri satu persatu. Karena memang kami tidak saling kenal dan tidak saling mengetahui satu dengan yang lain.

Setelah beberapa saat kami memperkenalkan diri satu persatu, bahkan anggota keluarga yang diajak pun diberi kesempatan untuk mengenalkan diri, ini adalah etika dalam menyapa tamu yang luar biasa.

Sehingga mereka yang kita ajak sebagai anggota keluarga baik anak, suami maupun teman merasa menjadi bagian dari tamu tersebut. Bukan hadir sebagai temannya tamu. Sungguh perilaku yang patut dicontoh dari seorang Pak Cah.

Saat berada di pantai Parang tritis. Dokumen pribadi
Saat berada di pantai Parang tritis. Dokumen pribadi

Setelah itu kami diantarkan ke Pantai Parang Tritis, salah satu objek wisata yang menjadi tujuan wisatawan domestic di kota gudek. Pak Cah dan bu Ida membersamai kami hingga ke pantai dan menunggui sampai puas menikmati indahnya suasana pantai.

Walaupun cuaca kurang bersahabat karena diguyur hujan tapi beliau berdua dengan sabar membersamai kami.  Setelah masuk waktu dhuhur kami diantarkan untuk makan siang bersama di salah satu warung favorit beliau.

Apa yang sudah dilakukan Pak Cah, menjadi pelajaran bagi kami, para emak,  bagaimana menjadi tuan rumah yang baik, sikap gupuh, aruh dan suguhnya semua mencerminkan etika dalam menerima tamu sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Dari Abu Suraih Al ka'bi bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya siang dan malam". ( H.R. Bikhari dan Muslim dari Aisyah)

Wasana kata

Menyambung silaturrahmi dianjurkan oleh agama, karena di dalamnya banyak manfaat. Menjadi tamu dan menjadi tuan rumah adalah dua hal penting yang perlu menjadi perhatian. Ada etika kebaikan yang perlu diterapkan.

Tak ada kata yang pantas kami ucapkan selain terima kasih, jazakumullohu ahsanal jaza', semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah dilakukan seorang hambanya. Hal ahsanal jaza' illal jaza'.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun