Empat bulan yang lalu, anak gadis (Nakdis) mengikuti seleksi Enumerator SKI dari Kementerian Kesehatan. SKI kepanjangan dari Survei Kesehatan Indonesia.Â
Karena kami tinggal di Kabupaten Tuban maka seleksi tersebut di daerah Tuban Setelah dinyatakan lulus dia pun  mengikuti workshop selama sembilan hari, tiga hari daring melalui zoom meeting dan enam hari dilaksanakan secara offline di Surabaya.
Misi dan tugasnya adalah mengumpulkan data kesehatan menggunakan kuesioner dan pengukuran. Kuesionernya pun cukup banyak, ada kuesioner rumah tangga, kuesioner individu, dan kuesioner rumah tangga balita.
Sampel survei diperoleh secara acak melalui aplikasi yang sudah terinstal di laptop, dalam satu desa kurang lebih terdiri dari 2-3 RT dan dalam RT tersebut diperoleh 10 sampel rumah tangga dan 7-9 sampel rumah tangga balita yang siap dilakukan wawancara.
Dalam workshop tersebut dibekali bagaimana cara melakukan wawancara yang baik, diajari bagaimana cara mengisi kuesioner dan cara menanyakannya dengan Bahasa awam kepada sampel masyarakat.
Untuk pengukuran status gizi balita dilakukan pengukuran tinggi badan/Panjang badan dan berat badan yang juga dilihat umur dari balita tersebut sehingga dapat diketahui status gizi balita, apakah stunting atau tidak, apakah wasting (kurus) atau tidak.
Selain itu petigas juga melakukan pengukuran lingkar lengan atas bagi wanita usia subur (10-54 tahun), mengukur lingkar perut bagi orang dewasa (lebih dari sama dengan 15 tahun), dan mengukur tekanan darah (lebih dari sama dengan 15 tahun).
Tujuan survei ini, selain mengetahui kondisi balita di masyarakat tersebut apakah ada kasus stunting /wasting di daerah tersebut.Â
Namun secara keseluruhan untuk mengetahui status kesehatan masyarakat di Kabupaten Tuban secara menyeluruh baik dari segi kesehatan lingkungan, perilaku masyarakat, pola makan, serta pengetahuan tentang fasilitas kesehatan terdekat.