Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berikut Pelajaran yang Bisa Dipetik Saat Ziarah ke Makam Waliyullah

30 November 2023   08:52 Diperbarui: 4 Desember 2023   17:51 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan saat berada depan masjid Demak. Dokpri.

Bersama rintik hujan kunikmati suasana dalam bus. Syair lagu Islami sholawatan ala habib syeih mengiringi perjalanan kami. Bersama rombongan majlis Taklim kami menikmatinya penuh Syukur. Wisata religi yang diagendakan setiap dua tahun sekali ini terpenggal karena pandemi covid yang melanda negeri tercinta ini.

Untuk itu kesempatan yang penuh Syukur ini, kembali kami melakukan ziarah wali songo  dengan tujuan lima waliyullah yang ada di Jawa Barat dan Jawa tengah. Yaitu Sunan Gunung Jati di Cirebon, Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak, Raden Fatah, Sunan Kudus dan Sunan Muria.  

Rombongan yang berasal dari Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban ini memulai perjalanan dengan tujuan pertama menuju makam Sunan Gunung Jati yang berada di daerah Cirebon, satu-satunya wali songo yang belum pernah disinggahi karena jarak yang cukup jauh dari Kota saya, Tuban Jawa Timur.

Berbekal sangu secukupnya dan panganan ala kadarnya kami menyusuri jalanan Tol Ngawi menuju Cirebon. Cukuplah Pak sopir dan kernetnya yang tahu daerah mana saja yang dilaluinya, kami para penumpang cukup menikmati sambil menonton you tube Gus Iqdam, penceramah kondang yang lagi  viral itu.

Kami dan rombongan menikmati perjalanan ini, berangkat dari rumah pukul 04.00 pagi atau setelah shalat subuh dan tiba di Cirebon tepatnya di Makam Sunan Gunung Jati pukul 16.00 WIB. Sesekali pak sopir berhenti di rest area, ngopi bareng  sambil melepaskan lelah menyusuri perjalanan nan jauh ini.

Kurang lebih dua belas jam kami berada di dalam bus, lelahnya perjalanan terbayar sudah saat kami tiba di pusara waliyullah Sunan Gunung Jati dengan nama asli Syarif Hidayatullah. pendakwah Islam yang masih keturunan Raja tersebut.

Berikut pelajaran yang bisa dipetik saat berziarah ke makam waliyullah.

whatsapp-image-2023-11-30-at-08-42-05-6567e96a12d50f17d07f78e3.jpeg
whatsapp-image-2023-11-30-at-08-42-05-6567e96a12d50f17d07f78e3.jpeg
Rombongan saat berada di makam Sunan Gunung Jati Cirebon. Dokpri 

Pertama, mengingatkan pada kematian

Setiap manusia pasti akan mengalami kematian. Untuk itu selama masih diberi kesempatan hidup hendaklah kita banyak manabung pahala dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat agar kelak saat datangnya ajal kita mempunyai bekal untuk menghadap Sang Ilahi Tuhan yang Maha Esa.

Di depan pusara waliyullah hendaklah  mengambil  pelajaran bahwa siapa saja pasti akan mengalami takdir mati. Tak ada yang dapat mengelak datangnya ajal. Seperti yang terdapat dalam Al-qurn Surat Al -A'raf ayat 34 yang artnya : "Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya".

Datangnya kematian tak ada yang tahu. Namun takdir mati akan dialami seluruh umat manusia. Tak  seorang pun yang bisa menolaknya, tak ada yang bisa menundanya pula. Bahkan saat detik-detik kematian diambang mata pun tak pernah tahu jika nyawanya akan dijemput oleh malaikat maut.

Sebagai pengalaman yang dapat penulis tulis, saat saya menunggui alamarhum suami yang berbaring lemah di ranjang, saat mataku menatap wajah penyejuk hati itu dan tak pernah kulepaskan pandanganku. Ku genggam erat tangan itu.

Namun, tiba-tiba dokter menyatakan bahwa Bapak telah tiada. Pertanyaannya, Kapan nyawa meninggalkan raga, kapan malaikat mencabut nyawa, dan mengapa tak pernah memberikan signal bahwa aku akan meninggal?  

Bahwa kematian adalah rahasia Allah, Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Sebagai hamba yang beriman maka kita wajib mempercayai bahwa mati adalah rahasia Ilahi. Untuk itu sebaiknya kita menabung kebaikan dengan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya.    

Para peziarah saat berada di makam sunan Muria. Dokumen pribadi.
Para peziarah saat berada di makam sunan Muria. Dokumen pribadi.

Kedua, mengajarkan kedamaian

Jika kita menyimak dan membaca sejarah para wali songo, mengajarkan  kita bahwa dakwah mereka dengan cara damai dan tidak dengan kekerasan. Terlebih dahulu para wali menyelami adat dan istiadat di lingkungan sekitar sebelum mengajak untuk bertauhid kepada Allah SWt.

Mereka menyebarkan agama melalui budaya dan adat jawa tempo dulu, seperti Sunan Kalijaga, beliau berasal dari  bangsawan Tuban. Putra Tumenggung Wilatikta Bupati  Tuban. Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui seni dan budaya. Dengan cara menggelar pertunjukan wayang.

Cerita-cerita pewayangan dikemas sedemikian rupa sehingga masyarakat pedesaan menyukainya. Beliau mengajarkan tasawuf melalui cerita pewayangan. Lambat laun masyarakat tertarik dan menyukai cerita wayang. Dengan begitu beliau berhasil menjadi pendakwah dengan cara damai melalui budaya.

Seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria pun berdakwah melalui seni dan budaya. Beliau mahir dalam menciptakan tembang-tembang Jawa seperti tembang Sinom dan Kinanti. Syair-syairnya berisi nasehat dan ajaran tauhid sehingga masyarakat pun menyukainya.

Demikianlah contoh-contoh ajaran para waliyullah yang tidak mengajarkan kekerasan namun dengan kedamaian. Hal ini mengajarkan pada kita bahwa dengan berziarah ke makam para waliyullah hendaknya kita juga dapat mengambil pelajaran salah satunya mengajarkan perdamaian dengan sesama.

Rombongan saat berada depan masjid Demak. Dokpri.
Rombongan saat berada depan masjid Demak. Dokpri.

Ketiga, melembutkan hati

Rasulullah pernah menyampaikan dalam hadisnya yang berbunyi : "Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan kalian akan negeri ahirat. Namun jangan kalian mengucapkan kata batil (didalamnya). Hadits Riwayat al-hakim nomor 133, dishahihkan syaikh al-Albani.

Dalam berziarah kubur ada beberapa ulama' yang berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada pula yang melarang. Sebagai orang Nahdliyin saya mengikuti pendapat yang membolehkan. Sehingga menjadi kebiasaan saya setiap hari jumat saya berziarah ke makam almarhum suami bersama anak-anak.

Mendoakan dan membaca alqurn untuk ahli kubur yang telah meninggalkan kita adalah hadiah terindah yang ditunggu-tunggu. Suasana saat di pemakaman memang berbeda  dengan tempat yang lain. Maka benar sekali ungkapan hadis di atas bahwa dengan berziarah kubur maka akan melembutkan hati, dan mengingatkan bahwa kelak ada kehidupan di akhirat.

Benar pula saat saya mendengar pengajian Gus Baha', beliau menyampaikan tentang nasehat Imam Ghozali, bahwa : "jika hatimu gelisah, susah dan gundah maka hendaklah engkau pergi ke kuburan, yakinlah bahwa semua orang yang telah mati, ingin hidup kembali dan beribadah kepada allah SWT, dan engkau masih mempunyai nikmat untuk hidup".

Bapak dan ibu, dengan berziarah ke makam kita akan mengingat kematian, Hal yang pasti terjadi dan tak mungkin menolaknya. Kematian adalah takdir. Tak ada seorangpun yang bisa menghindarinya pun juga tak bisa mendahuluinya.  

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Sumber bacaan : Parenting Islami, 9 tokoh Wali songo  dan Binbaz.or.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun