Hari lahir mungkin begitu penting bagi Ananda, usianya yang baru genap sembilan tahun itu tak banyak impian. Namun dia selalu mengingatkan bunda dan juga kakak-kakaknya untuk memberikan hadiah spesial untuknya. Bukan kado namun senampan kue yang dihiasi lilin kecil supaya mirip di TikTok yang dia tonton sebelumnya.
Sebagai bundanya, saya sendiri tidak pernah mengajarinya bahwa ulang tahun harus dirayakan, itu juga berlaku pada kakak-kakaknya.Â
Saya hanya menanamkan bahwa bertambahnya usia harus semakin dewasa, itu saja. Kado dan kue hanyalah sebagai simbol pengingat saja.
Sejak sore Ananda selalu nagih pada kakaknya, "Mbak aku kok gak disiapkan kue ultah."
"Besuk wae, pagi-pagi yang penting lilin siap ditiup," ujar kakaknya.
Malamnya kedua kakaknya membelikan bahan pudding juga lilin kemudian dimasak dan dimasukkan lemari pendingin supaya besuk pagi siap disantap.
Malam itu Ananda tampak bahagia karena kakak-kakaknya mempersiapkan sedemikian rupa demi adik tercinta. Ananda begitu girang saat menerima kado dari kakaknya, sebuah buku mewarnai lengkap dengan pensil warna.
Sederhana namun sangat berarti, menurut kakaknya untuk mengalihkan perhatiannya supaya tidak rajin mewarnai ponselnya, celetuk kakaknya, saat saya tanya, mengapa kadonya buku mewarnai gambar.
"Mama, aku dapat kado dari Mbak Bela," teriaknya saat saya masuk kamarnya.