Sejak diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka, ada banyak perubahan pada kegiatan pembelajaran maupun administrasi kelas. Salah satu yang tampak adalah buku siswa dan guru.
Jika sebelumnya kurikulum 13 menggunakan buku tematik, satu buku terdiri dari beberapa muatan pelajaran, misalnya tema satu terdiri dari muatan Pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan PKN. Sedangkan Matematika menjadi pelajaran tersendiri.
Saat ini pada Kurikulum Merdeka mata pelajaran bukan lagi berdasarkan tema, tetapi berdiri sendiri, Seperti Bahasa Indonesia dan PKn. tetapi untuk IPA dan IPS menjadi satu buku yaitu IPAS. Buku IPAS adalah gabungan dari materi IPA dan IPS.
Selain perbedaan di atas ada lagi materi pembelajaran yaitu P5. Apakah P5 itu?
Adalah singkatan dari Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila sendiri merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik berdasarkan nila- nilai luhur Pancasila.
Adapun tujuan dan manfaat adanya Profil Pelajar Pancasila ini adalah sebagai kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia. Dengan begitu sebagai pemangku kepentingan pendidikan lebih mudah menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan karena terdapat tujuan akhir dari segala pembelajaran dan program di satuan Pendidikan.
Di samping tujuan di atas ada 6 elemen penting dari profil pelajar Pancasila yaitu
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
- Berkebhinekaan global
- Gotong royong
- Mandiri
- Bernalar kritis
- Kreatif
Setelah mencermati definisi, tujuan, dan manfaat profil pelajar Pancasila kita menjadi tahu bahwa muara dari segala program dan visi pendidikan adalah membentuk karakter yang sesuai dengan dimensi profil pelajaran Pancasila.
Untuk itu sudahkah P5 diimplemantasikan pada murid?
Insyaallah lima dimensi di atas sudah sejak lama kita terapkan. Salah satunya dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Ini sesuai sila pertama Pancasila yaitu ketuhanan yang maha Esa.
Setiap satuan pendidikan memberikan kebebasan beragama bagi penganutnya. Setiap murid diberikan keleluasaan untuk menjalankan serangkaian ibadah menurut agamanya masing-masing. Misalnya saat mata Pelajaran Agama, maka sekolah menyiapkan guru agama, dan memberikan materi sesuai keyakinannya.
Profil pelajar Pancasila dapat dibangun melalui kegiatan keseharian dari setiap murid, melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler
Namun demikian di samping penerapannya masuk dalam kegiatan keseharian murid, secara spesifik P5 juga harus diterapkan dengan modul ajar yang harus disiapkan guru. Seperti apakah persiapan guru, di bawah ini hal-hal yang harus disiapkan guru saat melakukan kegiatan P5 antara lain:
Satu, mengatur pengelolaan jam pelajaran dan kolaborasi.
Dalam P5 ada alokasi waktu tersendiri, guru bisa menghitung berapa jam pelajaran dalam satu minggu. Jika sudah ketemu guru bisa memilih dan menentukan kapan pelaksanaan P5. Bisa menentukan hari dan alokasi waktunya.
Penting juga melakukan kolaborasi dengan rekan guru dari kelas lain, misalnya fase A (kelas 1 dan 2), fase B (kelas 3 dan 4) dan fase C( kelas 5 dan 6). Seperti saat ini saya berkolaborasi dengan rekan guru untuk menentukan kegiatan P5 yang sudah saya musyawarahkan bersama.
Pada P5 kali ini, sekolah kami akan mengangkat tentang pembuatan anyaman dari bahan bekas yang ramah lingkungan. P5 ini kami laksanakan di semua jenjang berdasarkan fase, dan berkolaborasi dengan semua guru di satuan pendidikan, termasuk guru agama maupun guru penjaskes.
Dua, mengatur sistem perencanaan hingga penilaian
Perencanaan dan penilaian adalah satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru. Perencanaan bisa dibuat dalam bentuk modul ajar sehingga lebih terperinci. Mulai dari tujuan, indikator penilaian juga hasil dan karakter yang diharapkan.
Penilaian juga menjadi prioritas dari hasil pembelajaran, baik itu penilaian sikap maupun karakter yang diharapkan dari kegiatan ini.
Tiga, menyiapkan sistem pendokumentasian proyek untuk digunakan sebagai portofolio.
Dewasa ini telah kita ketahui bersama bahwa setiap kegiatan harus ada pelaporan salah satunya dengan mendokumentasikan kegiatan. Sebagai bukti fisik bahwa kegiatan ini telah dilaksanakan. Selain laporan yang terprogram dokumentasi menjadi penting, sehingga dapat digunakan sebagai portofolio.
Saya sendiri saat mengimplementasikan kegiatan P5 di sekolah juga mendokumentasikan supaya menjadi bahan laporan sekaligus portofolio. Mulai dari kegiatan perencanaan, pembelajaran hingga pelaksanaan kegiatan dengan nara umber.
Empat, berkolaborasi dengan nara sumber proyek, masyarakat, komunitas, atau praktisi
Ada sebagian kegiatan P5 yang membutuhkan mitra, sehingga harus berkolaborasi dengan mereka yang lebih ahli, bisa saja dari komunitas, tokoh masyarakat, universitas maupun praktisi, tergantung apa proyek yang sudah disepakati pihak sekolah.
Misalnya, sekolah kami saat ini akan melakukan kegiatan P5 dengan mengangkat proyek anyaman dari bahan bekas. Karena kemampuan dari masing-masing guru belum cukup mahir maka pihak sekolah mendatangkan narasumber dari masyarakat yang lebih berpengalaman.
Mbak Yarni adalah anggota masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah, dia mahir membuat anyaman dari bahan bekas bungkus kopi kapal api. Dari bungkus tersebut Mbak Yarni telah membuat aneka kerajinan dari anyaman, seperti tas, dompet, taplak meja juga tikar lantai.
Kami dari pihak sekolah menghubungi Mbak Yarni untuk menjadi narasumber di sekolah saat kegiatan P5 berlangsung. Alhamdulillah pertemuan pertama sudah berlangsung, anak-anak dengan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini dengan seksama, termasuk rekan-rekan guru juga mengikuti kegiatan menganyam.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai dengan waktu yang sudah ditentukan, kami akan menyelenggarakan panen karya yang diikuti oleh semua warga sekolah, termasuk wali murid.
Diharapkan kegiatan P5 ini mempunyai dampak bagi siswa, yaitu melatih mandiri, kreatif, gotong royong dan bernalar kritis. Itulah tujuan dari P5 yang menjadi program penguatan proyek pelajar Pancasila.
Bapak dan Ibu, kegiatan P5 bukanlah pameran hasil yang wah, dengan panggung dan biaya yang mahal, namun harus dipahami bahwa anak harus mengerti bagaimana prosesnya, dari tahap satu ke tahap berikutnya, sehingga penerapan P5 sesuai harapan dan tujuan Kurikulum Merdeka.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Bahan bacaan : https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H