Tiga, menyiapkan sistem pendokumentasian proyek untuk digunakan sebagai portofolio.
Dewasa ini telah kita ketahui bersama bahwa setiap kegiatan harus ada pelaporan salah satunya dengan mendokumentasikan kegiatan. Sebagai bukti fisik bahwa kegiatan ini telah dilaksanakan. Selain laporan yang terprogram dokumentasi menjadi penting, sehingga dapat digunakan sebagai portofolio.
Saya sendiri saat mengimplementasikan kegiatan P5 di sekolah juga mendokumentasikan supaya menjadi bahan laporan sekaligus portofolio. Mulai dari kegiatan perencanaan, pembelajaran hingga pelaksanaan kegiatan dengan nara umber.
Empat, berkolaborasi dengan nara sumber proyek, masyarakat, komunitas, atau praktisi
Ada sebagian kegiatan P5 yang membutuhkan mitra, sehingga harus berkolaborasi dengan mereka yang lebih ahli, bisa saja dari komunitas, tokoh masyarakat, universitas maupun praktisi, tergantung apa proyek yang sudah disepakati pihak sekolah.
Misalnya, sekolah kami saat ini akan melakukan kegiatan P5 dengan mengangkat proyek anyaman dari bahan bekas. Karena kemampuan dari masing-masing guru belum cukup mahir maka pihak sekolah mendatangkan narasumber dari masyarakat yang lebih berpengalaman.
Mbak Yarni adalah anggota masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah, dia mahir membuat anyaman dari bahan bekas bungkus kopi kapal api. Dari bungkus tersebut Mbak Yarni telah membuat aneka kerajinan dari anyaman, seperti tas, dompet, taplak meja juga tikar lantai.
Kami dari pihak sekolah menghubungi Mbak Yarni untuk menjadi narasumber di sekolah saat kegiatan P5 berlangsung. Alhamdulillah pertemuan pertama sudah berlangsung, anak-anak dengan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini dengan seksama, termasuk rekan-rekan guru juga mengikuti kegiatan menganyam.