Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mempunyai Asisten Rumah Tangga, Berikut 4 Hal yang Sebaiknya Dilakukan

8 September 2023   22:00 Diperbarui: 11 September 2023   12:15 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari : rumah.com

Membaca Topik pilihan tentang bagaimana sikap kita terhadap pekerja dalam rumah tangga mengingatkan saya saat mempunyai asisten rumah tangga (ART). Sebut saja namanya Mbak Bibi. Dia seorang yang cekatan masih muda dan lincah.

Rumahnya tidak jauh dari tempat tinggalku, masih satu RT. Mbak Bibi mempunyai anak TK, sedangkan anakku yang di asuh Mbak Bibi masih play group.

Mbak Bibi sudah saya anggap seperti keluarga sendiri, apa yang ada di meja makan adalah makanan bersama. Namun demikian dia pun menyadari, tidak serta merta kemudian semau sendiri. Adab dan unggah-ungguhnya tetap dijaga. Sehingga tidak ada keberanian untuk mengambil, jika tidak ada perintah.

Demikian juga keberadaan anaknya, tak pernah kami membedakannya. Sehingga jika membeli sesuatu pasti dua, untuk anakku juga anak Mbak Bibi. Seperti saat lebaran tiba baju juga beli yang sama. Supaya tidak terjadi saling iri antara keduanya. Maklum anak kecil biasanya akan meminta yang sama seperti yang dimiliki teman bermainnya

Tiap hari mbak Bibi mengantarkan anakku sekaligus anaknya yang kebetulan satu sekolah sehingga bisa berperan ganda, menjaga anaknya juga momongannya. Waktu itu anak Mbak Bibi duduk di bangku taman kanak-kanak, sedang anakku masih di play group.

Waktu berjalan hampir satu tahun. Tribulan pertama Mbak Bibi bekerja dengan baik, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, pekerjaan selalu beres. Terkait apapun tak bermasalah. Saya sendiri menaruh kepercayaan yang lebih karena kejujuran dan tanggung jawabnya.

Menginjak Tri Semester II, Mbak Bibi masih seperti awal masuk, tetap cekatan dan pekerjaan beres, namun sudah mulai minta bon gaji. Artinya gaji bulan depan sudah diminta hari ini. Supaya semangat dalam bekerja saya memberikan saran agar gaji bulanan harus tetap menerima, jadi jangan sampai setiap bulannya tidak menerima upah.

Mbak Bibi menyetujui saran saya, setiap bulan tetap menerima upah walaupun tidak utuh, karena sudah dipotong bon. Tri semester III, saya sudah mulai kurang nyaman, masalahnya beberapa kali selalu ada orang yang menanyakan keberadaaanya, untuk menagih utang.

Terkadang bersembunyi entah di mana sehingga si penagih selalu datang ke rumah. Terkadang waktu istirahat tiba-tiba ada tamu yang tak dikenal, ujung-ujungnya menanyakan keberadaan Mbak Bibi. Mbak Bibi sendiri menjadi sering bon untuk keperluan ini dan itu, sehingga bon bertambah banyak.

Hari itu, hari lahir anak bungsu, sebut saja Mirna, saya sendiri jarang merayakannya, bahkan tak pernah ada kue ulang tahun. Namun tiba-tiba pagi itu Mbak Bibi menyiapkan kue ulang tahun untuk Si Bungsu.

Saya merasa tersanjung, sungguh perhatian Mbak Bibi luar biasa terhadap anakku. Hari itu ulang tahun ke 4. Meniup lilin setelah mandi kemudian kue dibagi-bagi dengan teman-teman kecilnya termasik dengan anak Mbak Bibi.

Terbersit di hati, "Perhatian banget Mbak Bibi terhadap anakku ya". ucapku dalam hati.

Dua bulan setelah kejadian itu, tiba-tiba ada tetangga yang menanyakan "Bu, putrane sudah punya akte?"

"Ya sudah," jawabku.

"Coba jenengan cari."

"Lo, la wong tak ada kepentingan kok, biasane yo di alamari Bu." jawabku sekenanya saja

Ilustrasi gambar diambil dari : rumah.com
Ilustrasi gambar diambil dari : rumah.com

Setelah tidak ada respons apapun dari saya besuknya menyampaikan: "Bu, Jenengan cari aktene putrane, ada apa tidak."

"Lo, memangnya kenapa to, dengan akte anak saya," tanyaku heran.

"Saya mendengar kabar jika aktene putrane kok menjadi anggunan di koperasi, tempat pinjaman kumpulan ibu-ibu."

Kaget bukan kepalang saya, seumur-umur baru kali ini saya mendengar jika akte bisa dibuat anggunan di koperasi. Saya pun segera pulang dan mencari keberadaan akte, ternyata betul di rumah tidak ada.

Pagi itu saya tanya Mbak Bibi, "Mbak sampean tau aktene Mirna?"

"Mboten ngertos Bu," jawabnya.

Saya sudah mulai curiga sama Mbak Bibi, dari cerita tetangga yang menyampaikan ini dan itu. Belum ada kabar tentang keberadaan aktenya Mirna anakku, tetangga bilang lagi: "Bu coba cari BPKB nya Bapak."

"Wah, mungkin di almari Mbak, saya juga gak pernah tahu, barangnya aja saya belum pernah lihat sejak beli motor." jawabku enteng.

Ternyata hari itu saya cari juga tidak ada, akhirnya terungkap juga bahwa Akta Lahir dan BPKB motor dibuat anggunan Mbak Bibi di koperasi untuk meminjam sejumlah uang, kira-kira sudah tiga bulan yang lalu. Waduh saya kecolongan. 

Dari kejadian tersebut tentu kita harus hati-hati terhadap pekerja yang berada di rumah kita.

Berikut saran yang bisa saya sampaian:

Ilustrasi Gambar dari pngwing.com
Ilustrasi Gambar dari pngwing.com

Pertama, tetap waspada terhadap ART.

Bagaimanapun juga orang yang bekerja di rumah kita adalah orang lain, bukan anggota keluarga, walaupun kita anggap seperti keluarga sendiri. Dengan demikian kita tetap waspada terhadap mereka.

Seperti pengalaman saya di atas orang yang saya anggap saudara sendiri ternyata, menodai kepercayaan saya dan mengambil barang berharga tanpa sepengetahuan tuan rumah.

Kedua, jangan memberi kebebasan berlebih

Unggah-ungguh dan tata krama adalah hal penting yang harus dimiliki setiap orang, sehingga orang tahu batasan mana yang harus dilakukan dan mana saja yang harus ditinggalkan.

Saat kepercayaan sudah diberikan, seseorang menjadi merasa memiliki. Memakai barang milik orang lain tanpa sepengetahuan yang punya sudah dianggap biasa. Lunturnya kepercayaan terhadap diri seseorang akan berakibat fatal terhadap dirinya juga keluarganya.

Memberinya kebebasan, bukan berarti bebas melakukan apapun, namun tetap harus ada kontrol, supaya tetap terjalin komunikasi yang baik.

Ketiga, jangan segan memberikan nasihat jika melakukan kesalahan

Terkadang ada ewuh-pakewuh saat kita memberikan saran atau nasihat terhadap asisten rumah tangga, namun jika memang melakukan kesalahan sebaiknya kita memberikan nasihat agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Saat memberikan teguran, usahakan dikomunikasikan dengan baik-baik, sehingga tidak merasa direndahkan atau disalahkan. Bagaimanapun perkataan yang baik dan santun, akan lebih baik diterima seseorang dari pada dengan emosi.

Keempat, memberikan reward atau bonus saat rezeki berlebih

Siapapun tentu akan merasa senang dan bahagia jika pekerjaannya dipuji oleh orang lain. Tak terkecuali ART, mungkin saat waktu senggang kita ajak mereka sekadar jalan-jalan menikmati suasana liburan. Atau memberikan ampau saat ada rezeki berlebih.

Hal ini bisa menjadi reward bagi mereka atas kerja kerasnya selama ini.

Bapak dan Ibu, bersikap hati-hati dan waspada terhadap orang yang bekerja di rumah kita menjadi penting untuk dilakukan, Bagaimanapun juga mereka tetap orang lain walaupun sudah kita anggap seperti saudara sendiri.

Menjalin komunikasi yang baik dan bertutur kata yang lembut, akan mudah diterima daripada dengan emosi yang belum tentu menyelesaikan masalah.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun