Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jika Ajal Menjemput, Tak Seorang Pun Mampu Menghindarinya

5 Agustus 2023   21:31 Diperbarui: 6 Agustus 2023   05:59 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu seperti biasa, saya bangun pada pukul 03.00 dini hari. Tiga puluh menit setelah menunaikan ibadah sunah tiba-tiba gawaiku berdering, tidak seperti biasa nada dering ponsel berdering sepagi itu, segera kuangkat,  suara Pak Puh terdengar sangat jelas.

"Sudahkah mendengar kabar Mbah Uti Meninggal" suaranya tegas seperti bukan nada seorang yang sedang memberi kabar duka.

" Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun, kapan Puh" suaraku parau, tercekat lidahku tak kuasa menyusun kata tanya. Seketika gawai kututup, dan segera saya menyampaikan berita duka ini kepada anak-anakku.

"Mbak, kita ke Ponorogo, Mbah Uti meninggal, segera kita berangkat". Ucapku menghubungi anak sulung yang tinggal di kos 30 KM dari tempat tinggalku. Terbayang olehku wajah keriput yang penuh harap kasih sayang putra tercintanya. Sejak ditinggal putra keduanya, suamiku Mbah Uti sering mengeluh, menyesali kepergiannya yang tak akan kembali lagi.  

Anak yang menjadi harapan untuk dingengeri saat dirinya sudah sepuh, ternyata berpulang terlebih dahulu dua tahun lalu, pupus sudah harapan untuk bersanding dengan putra tercinta. Mbah Uti tinggal di Ponorogo sedang saya dan suami berada di kota Tuban.

Beliau sering mengatakan "Nduk, suamimu sering mengatakan nanti kalau sudah pensiun akan ngopeni aku, ternyata dia lebih dulu menghadap Gusti Allah, sulit kupercaya kenyataan ini, begitu cepat dia meninggalkan aku" Itulah kalimat yang sering disampaikan padaku.

Hari itu Jumat, tanggal 28 Juli 2023 bertepatan dengan 10 Muharram 1445, pukul 03.30 Mbah Uti yang berusia 81 tahun meninggalkan kami anak, menantu dan cucu- cucunya untuk selamanya.

Foro Mbah Uti saat lebaran. Dokumen pribadi
Foro Mbah Uti saat lebaran. Dokumen pribadi

Peristiwa ini tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi kami keluarga besar, namun terbersit di hati yang paling dalam ada rasa syukur karena meninggalnya dalam keadaan baik, saat akan menunaikan salat malam.

Menurut keterangan adik ipar, saat akan menggelar sajadah tiba-tiba Mbah Uti terjatuh tergeletak dengan mukena yang masih dipakainya. Adik yang berada tidak jauh dari tempat salat segera menolongnya dan menyatakan jika Mbah Uti sudah wafat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun