Beberapa waktu yang lalu saya memposting tentang kegiatan  Guru Penggerak yang berjudul "Saatnya Panen, Setelah 6 Bulan Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak". Berbagai tanggapan yang positif muncul dari para pembaca yang budiman, ada yang penasaran dan menanyakan seperti apa maksud dari panen karya itu?
Selain judul di atas saya juga menuliskan tentang Peran dan Nilai Guru Penggerak. Diantaranya, guru penggerak diharapkan menjadi pemimpin pembelajar, menggerakkan komunitas praktisi, menjalin kolaborasi antar guru dan lain sebagainya.
Selain nilai dan peran di atas ada nilai lebih yang saya rasakan yaitu, bertambahnya ikatan saudara, teman juga tali silaturrahmi antar peserta CGP.
Suka duka saat mengikuti pendidikan selama kurang lebih 6 bulan sangat dirasakan peserta CGP, mengerjakan tugas yang berkutat pada LMS, video conference, juga ruang kolaborasi menjadikan satu ikatan yang menambah nilai tambah dari seorang Guru Penggerak.
Seperti saat ini, kami kelompok Srikandi yang terdiri dari Indah Puji Lestari, Anis Wijayanti, Nurul Farida, Wijayanti, dan Endang Sasmita menjadi saudara yang saling mengisi dan saling support, membantu satu dengan yang lain, bahkan dengan Pengajar Praktik, Bapak Mufit Tohari yang selama ini mendampingi kami saat Pendampingan Individu(PI).
Setiap momen berkumpul pasti diabadikan dengan foto-foto dan selfi bersama. Ada celotehan yang sering diucapkan. "Bu, Yang penting masuk Kompassiana". Kalimat itu menjadi viral di antara kami karena beberapa kali saya posting di Kompassiana tentang kegiatan guru penggerak.
Bahkan saat silaturrahmi dengan Pengajar Praktik, Beliau pun menyampaikan "Walaupun kegiatan CGP telah usai, kita paseduluran sak lawase". Walapun kegiatan sudah selesai, namun kita tetap jalin silaturrahmi sepanjang waktu, kurang lebih begitu maksudnya.
Ada banyak manfaat yang kami peroleh saat menjadi CGP diantaranya :
Pertama, bertambah saudara atau teman
Saat pembelajaran selama enam bulan kami dibagi beberapa kelompok yang terdiri dari guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Walaupun jenjang kami tidak sama, namun tak ada perbedaan. Semua berjibaku dalam mengerjakan tugas-tugasnya baik individu maupun kelompok.
Semua Calon Guru Penggerak tidak memandang berlatar belakang siapa dan bergelar apa, semua bertujuan satu yaitu belajar bersama, menambah hasanah pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan kompetensi sebagai guru pembelajar di kelas dan di lingkungan sekolah. Â
Kedua, menjadi melek IT
Sebelum mengikuti CGP saya kurang begitu akrab dengan pembelajaran berbasis IT, saat menjadi CGP kita dituntut untuk paham dengan berbagai tugas yang penyelesainnya harus diunggah melalui LMS.
Misalnya saat mengunggah tugas saya sering menggunakan Canva, membuat video pembelajaran, juga bermain kahoot, semua saya peroleh saat mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak. Dengan sendirinya kita harus melek IT. Membuka LMS dan fitur-fitur yang disuguhkan saat mengikuti program Pendidikan ini.
Beruntung saya dibantu teman-teman yang sudah berpengalaman di bidangnya. Seperti  Nurul Farida yang menjadi Master Google Trainer  sehingga banyak belajar dari hal-hal yang saya belum tahu.
Ketiga, berlatih public speaking yang baik
Menjadi calon guru penggerak, harus berani bersuara, berani mengungkapkan pendapat. Karena di dalam pembelajaran fasilitator memberikan kesempatan kepada masing-masing CGP untuk menyampaikan pendapatnya tentang materi yang disampaikan.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui sejauh mana CGP memahami materi yang ada di modul. Ada diskusi kelompok yang hasilnya harus dipresentasikan saat rukol atau ruang kolaborasi berlangsung. Saat presentasi itulah masing-masing CGP diberikan kesempatan untuk mengambil tugas masing-masing.
Misalnya, ada yang menjadi moderator, penyaji, ada yang harus menjadi penanya, juga menyampaikan sanggahan dari kelompok yang lain yang memberikan tanggapan hasil presentasi. Sehingga hal ini membutuhkan ketrampilan berbicara atau public speaking yang baik.
Demikian juga saat video conference (vicon) yang dibimbing  instruktur, peserta harus menyuarakan  pendapatnya, pengalamannya dan sudut pandang  terhadap materi jika dikaitkan dengan pembelajaran di kelas, capaian apa yang sudah dilakukan.Â
Keempat, melatih disiplin
Calon Guru Penggerak adalah mereka yang siap dengan segala tantangan dan resiko pekerjaan. Harus pandai membagi waktu antara pekerjaan utama mengajar dan pekerjaan rumah. Tanggung jawab sebagai kepala keluarga atau ibu rumah tangga.
CGP diharapkan bisa menjalankan tugasnya di sekolah sebagai guru, namun juga harus menyelesaikan tugas dan diunggah di LMS sesuai dengan due datenya. Disela-sela liburnya, harus mengikuti lokakarya yang sudah dijadualkan.
Dari sekian tugas dan tanggungjawab yang diembannya, CGP dituntut untuk disiplin. Jika tidak maka tugas-tugas dalam LMS akan terbengkelai dan tidak memenuhi prosentasi  seratus persen.
Membudayakan disiplin merupakan hal yang wajib dilakukan karena semua pekerjaan akan berhasil dan membanggakana jika dilaluinya dengan mendisiplinkan diri.
Bapak dan Ibu, aktivitas yang biasa menjadi luar biasa jika masuk di halaman kompassiana, seperti kata temanku, Anis Wijayanti: Â "Bu, yang penting masuk Kompassiana".
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H