Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apa yang Perlu Disiapkan Saat Anak Masuk Sekolah di Tahun Pelajaran Baru?

14 Juli 2023   11:20 Diperbarui: 14 Juli 2023   14:57 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar saat anak membuat permainan paper yang diambil dari youtube. Dokumentasi pribadi

Setelah menikmati masa liburan semester dua yang lumayan lama, kurang lebih ada tiga minggu atau 21 hari, tentu ada hal-hal yang menjadi kebiasaan anak yang harus segera ditinggalkan.

Dalam menikmati liburan kegiatan anak tentu beragam, ada yang berlibur ke rumah nenek, diajak jalan-jalan ke pantai, atau cukup di rumah bermain dengan temannya dan lain-lain. Semua kegiatan tergantung bagaimana orang tua memberikan kesempatan terhadap anak.

Saat saya bertemu dengan wali murid ada beberapa yang mengeluhka. "Kapan Bu masuknya, kok lama liburnya?"

"Lo, memangnya kenapa Bu, kan malah enak to liburan", jawabku spontan

"Walah saya lebih senang jika anak-anak masuk sekolah, sejak liburan anak-anak justru bermain HP terus, mager di tempat tidur."

Ilustrasi gambar saat anak masuk Sekolah Dasar. Gambar dari Tribun Palu.com
Ilustrasi gambar saat anak masuk Sekolah Dasar. Gambar dari Tribun Palu.com

Beberapa orang tua mengeluhkan hal yang sama, bahwa saat liburan anak-anak menghabiskan waktunya justru dengan bermain HP.

Hal ini juga saya rasakan karena anak saya juga masih di bangku SD. Namun sebenarnya orang tua bisa memberikan alternatif kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian anak tidak pada gadgetnya. Saya mengatur aktivitas anak dengan jadwal yang saya sepakati bersama dengan anak.

Berikut kesepakatan yang bisa dilakukan orang tua untuk anak saat liburan tiba.

Pertama-tama, membuat kesepakatan

Sebagai pengalaman, saya melakukan kesepakatan dengan anak. Kapan waktunya bermain HP. Ada jam-jam tertentu yang saya perbolehkan main game dan ada waktu yang saya larang.

Pagi hari pada pukul 08.00-09.00 WIB, anak saya beri kesempatan untuk browsing permaian yang dia suka. Setelah mendapatkannya maka Hp saya tarik Kembali. Dia sudah mengantongi satu permainan yang akan dia lakukan, sambil mendampingi anak memilih permainan, kita juga mengarahkan mana permainan yang tidak membahayakan bagi anak.

Siang harinya istirahat, saat sore hari anak akan bermain HP lagi dengan durasi waktu yang sama misalnya pada pukul 15.00-16.00 WIB. 

Pada malam hari setelah maghrib adalah waktu untuk mengaji maka saya melarang anak untuk bermain gadget.

Ilustrasi gambar saat anak membuat permainan paper yang diambil dari youtube. Dokumentasi pribadi
Ilustrasi gambar saat anak membuat permainan paper yang diambil dari youtube. Dokumentasi pribadi

Kedua, menciptakan permainan 

Saya memberikan alternatif permainan yang diadopsi dari youtube. Saya beri kebebasan untuk menciptakan permainan yang ia suka dan ia bisa melakukannya. Misalnya membuat pola-pola permaian paper yang dia buat sendiri, bisa dimainkan sendiri atau dengan temannya. Karena asyiknya bermain sehingga dia lupa HP, bahkan dia menyenangi permaianan yang dia buat sendiri. 

Ketiga, menyediakan buku cerita bergambar

Apakah selama liburan anak juga harus belajar? Namanya juga hari libur, tentu anak akan protes saat kita menyuruhnya belajar, cukup sediakan buku-buku cerita yang berhikmah, itupun tidak usah memaksa mereka untuk membacanya.

Kita cukup menyediakan buku-buku bergambar yang menarik, tentu pertama kali akan tertarik dengan gambarnya, Setelah tahu gambarnya menarik dengan sendirinya dia akan membacanya.

Nah, sekarang liburan tinggal beberapa hari lagi tentu kebiasaan-kebiasaan santai yang setiap hari dilakukan sudah harus ditinggalkan dan akan melakukan aktifitas belajar lagi. 

Sebagai orang tua, sebaiknya kita harus memberikan warning terhadap anak-anak. Bahwa waktu liburan hampir selesai dan harus kembali bersekolah.

Untuk itu beberapa tips yang bisa disiapkan saat anak akan masuk sekolah.

Pembelajran yang menyenangkan akan membuat suasana kelas menjadi nyaman. Dokumentasi pribadi
Pembelajran yang menyenangkan akan membuat suasana kelas menjadi nyaman. Dokumentasi pribadi

Pertama, menyiapkan kelengkapan sekolah

Saat anak memasuki tahun pelajaran baru yang perlu diperhatikan pertama kali adalah kelengkapan sekolah. Apakah seragam dan alat tulis sudah lengkap? 

Biasanya anak- anak yang baru memasuki kelas satu bundanya sudah menyiapkan sedemikian rupa, misalnya seragam baru, karena seragam TK sudah tidak dipakai di kelas satu.

Selain seragam baru, tas, sepatu, buku juga alat tulis lainnya sudah disiapkan oleh para bunda. Hal ini penting yang perlu kita perhatikan, terkadang ada anak yang suka ngambek sekolah. Nah dengan dilengkapi seragam dan peralatan tulis yang lucu dan baru, anak akan menjadi lebih bersemangat saat bersekolah. 

Jika anak sudah memasuki kelas di atasnya, kenaikan kelas menjadi hal yang biasa, namun tetap harus menyiapkan kelengkapan buku dan alat tulisnya, karena bagi anak barang-barang baru yang dia miliki akan menambah semangat bersekolah.

Beruntunglah mereka yang mempunyai tabungan PIP (Program Indonesia Pintar), mereka dengan mudah belanja menggunakan tabungan untuk keperluan kelengkapan sekolah. 

Kedua, menyiapkan mental anak

Saat pertama kali masuk, sekolah sudah mempunyai kegiatan yang di sebut MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu siswa baru lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang meliputi sarana prasarana, aspek keamanan juga fasilitas umum. Selain itu juga untuk menggali potensi yang terdapat pada siswa baru. 

Selain siswa baru, MPLS bisa digunakan untuk mengkondisikan kelas baru, mulai mengenalkan wali kelas baru juga mengatur tempat duduk, memilih ketua kelas dan pengurus kelas yang baru. 

Bagi orang tua, saat pertama kali mengantarkan putra-putrinya sekolah harus juga dengan semangat yang baru, memberikan motivasi untuk belajar yang lebih sungguh-sungguh agar apa yang mereka cita-citakan tercapai.

Ketiga, menyerahkan tanggungjawab kepada guru saat anak berada di sekolah

Bapak dan ibu, penting bagi kita untuk mendampingi anak saat pertama kali masuk sekolah. Namun saat anak sudah berada di sekolah atau di kelas adalah tanggung jawab guru. Anak tidak perlu ditunggui saat berada di dalam kelas. Hal ini justru akan menghambat perkembangan mental anak. Anak akan tergantung dengan bundanya.

Beberapa kali masih saya temui saat anak pertama masuk sekolah bunda atau neneknya selalu menungguinya hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Zidan (bukan nama sebenarnya) saat ini sudah kelas dua, namun neneknya masih menungguinya diemperan kelas. Di awal masuk neneknya selalu menungguinya di dalam kelas hingga usai pelajaran.

Sebenarnya Zidan anaknya aktif dan mudah bergaul namun karena neneknya selalu melindunginya saat bermain dengan teman sebanyanya hingga saat ini Zidan tergantung pada neneknya. Saat bermain dan menangis maka neneknyalah yang menjadi pahlawan dan pembela Zidan.

Sudah kesekian kalinya kami guru kelas juga kepala sekolah menyampaiakn untuk tidak menunggui Zidan, karena sebenarnya Zidan sudah mulai tumbuh menjadi anak yang mandiri dan pemberani, namun begitu neneknya masih saja bandel hawatir cucunya bertengkar dengan temannya.

Sehingga justru Zidan menjadi anak yang cengeng dan bandel karena setiap ada masalah dengan temannya neneknyalah yang akan menjadi pembelanya.

Bapak ibu, orang tua memang berkewajiban mendidik anak, namun saat di sekolah gurulah yang menjadi pengganti orang tua, biarkan anak tumbuh sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alamnya, sehingga lambat laun akan tumbuh potensi yang dimilikinya. Di saat itulah guru akan menebali karakter yang melekat pada dirinya.

Bersamaan dengan itu tumbuhlah mereka menjadi pribadi-pribadi yang yang berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila yaitu, beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun