Jika pembelajaran lewat daring maka kita kesulitan untuk menyampaikan penjelasannya, bahkan kita tidak tahu, seberapa tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang kita sampaikan. Dengan demikian bagi sekolah dan guru-guru WFO adalah hal yang sangat dinantikan.
Lalu bagaimana yang bekerja di perkantoran? Apakah mereka juga mengalami hal yang sama seperti di sekolah-sekolah?
Kebetulan anak sulung saya juga bekerja di salah satu kantor pemerintahan. Baginya WFH justru menambah ruwet dan terkendala pada pelaporan.
Anakku bekerja pada bagian survelier. Setiap bulannya harus memberikan laporan pada atasan dengan deadline waktu yang telah ditentukan.Â
Dia mendapatkan laporan dari bawahannya terlebih dahulu, sehingga bisa memasukkan data. Namun terkadang banyak kendala di lapangan, pengiriman pelaporan tidak sesuai dengan format yang ditentukan karena mereka membuat laporan sesuai dengan pemahamannya masing-masing. Memberikan penjelasan lewat zoom juga kurang efektif, karena sebagian ada juga yang belum memahaminya.
Dengan bekerja kembali di kantor (WFO) rasanya menjadi lebih tenang, bisa berinteraksi langsung dengan bawahan, apalagi jika terlebih dulu mengadakan pertemuan atau rapat untuk memberikan penjelasan.
"Mbak lebih enakan mana WFH atau WFO?" pertanyaanku padanya.
"Ya WFO lah," jawabnya tegas.
"Tapi ya gitu, harus menyiapkan jatah bensin, juga makan siang," imbuhnya kemudian.
Baik WFH dan WFO adalah perspektif. Kondisi masing-masing tidak sama. Bisa jadi WFH lebih nyaman bagi sebagian orang, namun boleh jadi WHO lebih efektif. Semua tergantung pribadi masing-masing bagaimana menyikapinya.
Bapak dan ibu, bekerja di rumah ataupun di kantor semua menjadi tanggung jawab kita. Karena situasi dan kondisilah ada WFH atau WHO.Â