"Bapakmu ke lek dibong ora kobong, lek disok i banyu ora teles", kalimat itu sering diucapkan  Simbok waktu itu.
Simbok orangnya pekerja keras, tangguh dan berani mencoba, sedangkan Bapak neriman, tidak mau ngoyo dan menerima apa adanya, semeleh dan santai. Dua sifat dan sikap itulah Allah menakdirkan mereka berjodoh. Saling melengkapi, seperti itulah skenario yang Allah ciptakan.
Beruntung saya mewarisi sikap Simbok yang tangguh dan pekerja keras, beruntung pula saya kecipratan sifat Bapak, tidak ngoyo dan sumeleh. Sifat keduanya membantu saya untuk menyeimbangkan kekuatan batin yang terkadang liar.
Pada hari Ibu kali ini, saya ingin mengukir kebersamaan Simbok dalam mendidik putra-putrinya. Dalam keterbatasannya sebagai kaum wanita pinggiran yang hanya mengenyam bangku sekolah dasar membuat cara berpikirnya apa adanya, lugas dan tidak berbelit.
Sedangkan sosok Bapak, lahir dari lingkungan yang pernah nyantri maka cara berpikirnyapun lebih relegius dan nyantai.
Simbok sering menuntut Bapak agar menjadi sosok yang pekerja keras, sehingga lebih banyak menghasilkan rupiah  untuk anak-anaknya yang masih sekolah. Sedangkan Bapak lebih suka berspekulasi, jika ada pekerjaan ya kerja jika tidak ada ya leren(baca istirahat) kalau sudah rejeki pasti akan menghampirinya.
Simbok lebih berperan mengatur ekonomi, dan tetek bengek kebutuhan hidup, menjadi lebih dominan dalam mengatur rumah tangga. Seringkali Bapak ngalah dari Simbok. Hal ini dilakukan untuk menghindari perselisihan dan beda pendapat yang berkelanjutan.
Jika tidak menyangkut hal yang prinsip dan menyalahi aqidah biasanya Bapak akan manut saja apa kata Simbok. Sosok yang pekerja keras tanpa lelah mengukir masa depan anak-anaknya itulah yang menjadi sosok panutan bagi anak-anaknya, termasuk saya.
Saya banyak belajar dari Simbok, bahwa "Dadi wong wadon iku, kudu pinter ngatur duwik lan nyisihne duwik "(jadi perempuan itu harus pandai-pandai mengatur uang dan menyisihkan uang).
Kalimat di atas sengaja disampaikan pada kami, anak-anaknya. "La caranya gimana Mbok", tanya adikku yang bungsu. "Yo ngene", sahut Simbok menerangkan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!