Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berikut 4 Pesan Simbok yang Patut Kita Renungkan

1 Januari 2023   13:52 Diperbarui: 1 Januari 2023   13:56 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapakmu ke lek dibong ora kobong, lek disok i banyu ora teles", kalimat itu sering diucapkan  Simbok waktu itu.

Simbok orangnya pekerja keras, tangguh dan berani mencoba, sedangkan Bapak neriman, tidak mau ngoyo dan menerima apa adanya, semeleh dan santai. Dua sifat dan sikap itulah Allah menakdirkan mereka berjodoh. Saling melengkapi, seperti itulah skenario yang Allah ciptakan.

Beruntung saya mewarisi sikap Simbok yang tangguh dan pekerja keras, beruntung pula saya kecipratan sifat Bapak, tidak ngoyo dan sumeleh. Sifat keduanya membantu saya untuk menyeimbangkan kekuatan batin yang terkadang liar.

Pada hari Ibu kali ini, saya ingin mengukir kebersamaan Simbok dalam mendidik putra-putrinya. Dalam keterbatasannya sebagai kaum wanita pinggiran yang hanya mengenyam bangku sekolah dasar membuat cara berpikirnya apa adanya, lugas dan tidak berbelit.

Sedangkan sosok Bapak, lahir dari lingkungan yang pernah nyantri maka cara berpikirnyapun lebih relegius dan nyantai.

Simbok sering menuntut Bapak agar menjadi sosok yang pekerja keras, sehingga lebih banyak menghasilkan rupiah  untuk anak-anaknya yang masih sekolah. Sedangkan Bapak lebih suka berspekulasi, jika ada pekerjaan ya kerja jika tidak ada ya leren(baca istirahat) kalau sudah rejeki pasti akan menghampirinya.

Simbok lebih berperan mengatur ekonomi, dan tetek bengek kebutuhan hidup, menjadi lebih dominan dalam mengatur rumah tangga. Seringkali Bapak ngalah dari Simbok. Hal ini dilakukan untuk menghindari perselisihan dan beda pendapat yang berkelanjutan.

Jika tidak menyangkut hal yang prinsip dan menyalahi aqidah biasanya Bapak akan manut saja apa kata Simbok. Sosok yang pekerja keras tanpa lelah mengukir masa depan anak-anaknya itulah yang menjadi sosok panutan bagi anak-anaknya, termasuk saya.

Saya banyak belajar dari Simbok, bahwa "Dadi wong wadon iku, kudu pinter ngatur duwik lan nyisihne duwik "(jadi perempuan itu harus pandai-pandai mengatur uang dan menyisihkan uang).

Kalimat di atas sengaja disampaikan pada kami, anak-anaknya. "La caranya gimana Mbok", tanya adikku yang bungsu. "Yo ngene", sahut Simbok menerangkan:

Penulis saat bersama Simbok di masjid Nabawi. Dokpri
Penulis saat bersama Simbok di masjid Nabawi. Dokpri

Pertama, belanja sesuaikan kemampuan

Sebagian besar kaum hawa pasti suka belanja, munafik jika perempuan gak suka belanja. Apalagi masuk Mall, bawaannya mata menjadi berbinar melihat barang-barang yang dipajang tertata apik di etalase. Semuanya menggoda iman kaum hawa.

Namun ingat pesan Simbok, jangan beli di atas kemampuan. Itu namanya besar pasak dari pada tiang. Barang-barang branded saat inipun berkeliaran di ponsel, belanja cukup dengan jari, tanpa harus keluar rumah barangpun datang sendiri.

Menahan godaan belanja memang tidak mudah, harus bisa diminimalisir dan menekan nafsu. Apakah barang yang akan kita beli sesuai dengan kemampuan. Maka penting bagi kita untuk mengatur keuangan agar dapur tetap mengepul namun kecipratan belanja sekunder.  

Kedua, bedakan kebutuhan dan keinginan.

Menginginkan barang bagus memang manusiawi, bisa memiliki mobil mewah, tas branded, sepatu bermerk dan barang-barang lainnya. Namun sudahkah kita mengukur apakah barang yang kita beli sesuatu yang kita butuhkan? atau hanya keinginan belaka, supaya dipandang orang lain berkelas, tidak ketinggalan zaman atau hanya ikut-ikutan mode.

Kebutuhan adalah sesuatu yang harus ada keberadaannya karena kita membutuhkan. Sedangkan keinginan sesuatu yang boleh jadi kita butuhkan atau bahkan kita tidak butuh sama sekali. Misalnya keinginan membeli barang mewah untuk aksesoris rumah.

Jika keuangan berlebih boleh saja menganggarkan untuk membelinya, karena itu sifatnya tidak urgen, namun jika ada kebutuhan lain yang mendesak harus dipenuhi misalnya membeli laptop untuk kebutuhan anak kuliah. Mungkin laptop sekian tahun yang lalu merupakan barang sekunder, namun bagi mahasiswa saat ini menjadi kebutuhan primer.

Dari dua opsi tersebut di atas tentu kita tahu mana yang masuk dalam kategori keinginan dan mana yang masuk dalam ranah kebutuhan.

Ketiga, ojo gampang kobongan (jangan mudah terbakar)

Berinteraksi dengan banyak teman dengan latar belakang yang berbeda tentu menemukan banyak karakter. Semua kita temui di lingkungan yang berbeda, bisa jadi dalam keluarga, teman kerja, atau lingkungan masyarakat.

Selain karakter yang berbeda sikap dan sifatnya pun berbeda, ada yang sabar dan pemarah, egois dan lemah lembut, sombong dan tawadhu', ada juga yang suka ngalah dan ingin menang sendiri.  Ada juga yang suka pamer. Nah untuk yang satu ini Simbok berpesan "jangan kobongan", atau silau dengan kepemilikan orang lain.

"Kamu tidak akan mampu mengejar nafsumu, karena dia liar sedang yang bisa meredamnya hanya sifat tawadhu'mu", weling Simbok berikutnya. "Sifat kobongan bukan perangai yang baik, timbul rasa ingin karena ada teman yang memiliki, itu sifatnya anak-anak yang suka mainan".  

Keempat, gampang bersyukur.

Pesan Simbok berikutnya adalah hendaklah pandai bersyukur di setiap moment. Adakalanya kita berlimpah rezeki, maka saatnya berbagi kepada yang lebih berhak. Itu wujud dari syukur kita. Rezeki yang kita bagikan tidak akan berkurang sedikitpun tapi justru Allah akan menambahkannya. Namun, jika dalam keadaan sempit maka hendaklah bersabar. karena itu merupakan kebaikan.

Bersyukurlah apapun keadaanmu, Janganlah ucapan syukur tatkala menerima rezeki berupa finansial saja, ingatlah anggota tubuh yang melekat dengan sempurna, sehat jasmanimu juga bagian dari rezeki yang kita terima.

Hendaklah kita melihat ke bawah dalam masalah harta dan dunia, sebaliknya lihatlah ke atas, pada budi dan kebaikan seseorang.

Seperti pada hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim yang artinya : "Lihatlah orang-orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan padamu".

Bapak dan Ibu, Keempat pesan Simbok tersebut menjadi penting untuk kita renungkan, agar menjadi pengingat atau piweling dalam menjalani hidup yang serba kompetetif ini.  Dalam memperingati hari Ibu sekaligus pergantian tahun baru ini semoga kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana dalam bertindak. Amiin.

Selamat tahun baru 2023 untuk kompassiana, salam sehat selalu semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun