Bapak Ibu mungkin pernah melihat anak yang sedang bertengkar atau melakukan kesalahan, baik itu di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Wajar bukan? bahkan kita sendiri pernah melakukan kesalahan. mengapa? tentu jawabnya karena kita adalah manusia yang tak lepas dari Salah.
Seperti yang terjadi pagi ini. Siswa kelas 5 mendapat jadual  BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Tepat pukul 09.30 WIB bel istirahat  berbunyi. Tak berlangsung lama petugas dari puskesmas datang sesuai jadual yang telah kami terima. Hari ini yang mendapat jatah imunisasi adalah siswa kelas 1 dan kelas 5. Setelah mempersiapkan alat suntik dan obat-obat yang diperlukan segera petugas masuk ruang kelas 5.
Dengan sabar petugas memberikan suntikan pada semua siswa. Satu per satu secara bergantian anak-anak mendapatkan suntikan di lengan sebelah kanan. Akhirnya selesai sudah petugas itu memberikan imunisasi. Sebagian anak ada tampak biasa-biasa saja, dan tidak merasakan sakit, namun ada beberapa anak yang merasa kesakitan hingga meringis menahan sakit di lengannya.
Petugas segera memberikan beberapa butir pil dan menyampaikan "jika nanti badannya panas segera minum obat, hal itu wajar dan tidak akan berbahaya", ujarnya pada murid-murid kelas 5.
Setelah istirahat berlangsung beberapa saat, tiba-tiba saya dikejutkan dengan suara anak yang sedang adu mulut hingga kontak fisik. Sebut saja Adam dan Kana. Sejak tadi Adam merasa lengan bekas suntikan terasa sakit.
Secara tiba-tiba tangan Kana menepuk  lengan Adam, sehingga menyebabkan Adam kesakitan. Sepontan Adam langsung meninju wajah Kana. Merasa tidak terima karena ditinju, ahirnya keduanya saling pukul. Saya berusaha melerai keduanya.
Adam anaknya pendiam, begitu juga Kana, keduanya jarang terlibat perkelaian, keduanya termasuk anak yang pendiam, namun tiba-tiba saja terlibat perkelaian dan saling jotos. Saya berusaha melerainya, namun kewalahan karena keduanya berbadan besar. Â
Ahirnya saya berhasil memisah keduanya. Mereka saya bawa ke ruang guru dan menanyakan mengapa terlibat saling jotos?
"Tiba-tiba lengan saya di pukul Kana Bu", kata Adam
"Nggak Bu, saya hanya menyenggol", jawab Kana membela diri.
"Halah pura-pura saja kamu tidak tahu, sejak tadi aku bilang kalau lenganku bekas suntikan sakit, malah kamu tepuk pundakku", Adam nyerocos tidak terima.
"Tidak Bu, dia duluan memukul saya Bu", sahut Kana
"Sudah-sudah, Bu guru tidak mencari siapa yang salah, tapi Bu guru ingin menyelesaikan masalah kalian agar tidak adu jotos".
Nah, anak-anak ... Â semua orang pasti ada lalainya, pasti pernah salah, bahkan bu guru juga pernah berbuat kesalahan. Tetapi Bu guru kemudian menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaikinya.
"Nah Kana, apa kamu menyadari kesalahanmu, dan kamu Adam apa kamu juga tidak merasa bersalah?",
Keduanya saling pandang, Nampak sorot matanya masih timbul amarah, namun perlahan kedua tangan nya saya rekatkan.
"Betul Kana, kamu tidak sengaja menepuk pundak Adam", Â Ya bu
Dan kamu Adam, jika saya sebagai kamu, Bu guru juga akan marah karena tersakiti, mempertahankan diri itu juga penting, Namun kita juga harus mendengar pendapat orang lain, sehingga kita tidak gegabah melakukan tindakan",
Ahirnya keduanya mau bersalaman dan saling memaafkan. saya juga menyampaikan tentang keyakinan kelas bahwa kita harus saling menghormati, saling menghargai dan tidak boleh grusah grusuh bertindak.
Restitusi  adalah Proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat ketika kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat ( Gossen: 2004)
Restitusi juga merupakan proses kolaborasi yang mengajarkan murid untuk mencari solusi masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Dossen, 19996)
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Pada Ilustrasi di atas guru sebaiknya mengkondisikan murid melalui segitiga restitusi. lalu seperti apa tahapan segitiga Restitusi tersebut ?
Pertama, menstabilkan identitasÂ
Pada dasarnya anak membutuhkan kebutuhan dasar yaitu perhatian, nyaman dan senang. Adam ingin nyaman dan tenang karena merasa lengannya sakit bekas suntikan. Sedangkan Kana ingin merasa senang sehingga secara sepontan menepuk lengan Adam.
Kesenangan Kana ternyata kurang tepat sasaran, sehingga menimbulkan keduanya bertengkar. Untuk itu keduanya harus dilerai dan diluruskan untuk mencari akar masalahnya. Dengan mengatakan :
"Saya tidak ingin mencari siapa yang salah, tapi saya akan mencari solusi",
"Setiap orang pasti berbuat salah, saya juga pernah seperti itu",
"Tidak ada manusia yang sempurna", adalah kalimat yang bisa menahan emosi keduanya. Dengan kalimat yang menyejukkan maka emosi anak akan mereda.
Kedua, validasi tindakan yang salah.Â
Dalam menvalidasi tindakan yang salah guru harus terlebih dulu memahami apa kebutuhan dasar yang ingin dimiliki anak. Tindakan menepuk bahu adalah hal yang tidak sengaja, namun bisa saja guru akan mengatakan:
"Kana, padahal kamu bisa lo, lebih keras menepuk pundak Adam", demikian juga Adam, Ibu lihat tadi Adam langsung main jotos pada kana, Adam juga bisa lebih keras lagi Lo",
Tapi Bu guru tahu pada dasarnya kalian berdua anak-anak yang baik yang tidak mungkin berbuat seperi itu. Mengapa ? karena kita tahu main jotos adalah perbuatan yang tidak baik. dan merugikan orang lain. Benarkan? Keduanya mengangguk dan menyadari kesalahannya.
Ketiga, menanyakan keyakinan
Tahapan berikutnya adalah menanyakan keyakinan anak. Setelah mereka mengakui kesalahannya dan sadar akan tindakannya yang salah maka guru bisa menguatkan murid dengan menanyakan seperti ini :
"Keyakinan apa saja yang dulu pernah kita sepakati di kelas"
Tentu keduanya masih ingat bahwa keyakinan kelas yang sudah disepati adalah saling menghormati, tidak boleh bertengkar, toleransi, tidak boleh adu jotos dan tidak boleh saling mengolok-olok.
"Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses?" Keduanya mengangguk. "Nah, sukses tidak akan dimulai dengan perbuatan yang merugikan orang lain, sukses juga tidak akan bisa diraih dengan sikap seperti ini".
"Mulai saat ini apakah kalian mau saling memaafkan?", "iya Bu", Nah sekarang kalian bersalaman ya. Ahirnya keduanya rukun lagi dan saling memaafkan.
Bapak dan Ibu, Menjumpai anak-anak yang sedang bertengkar adalah hal yang wajar, bahkan mungkin saja kita temui setiap hari. Seperti anak-anak kita di masa kecil dulu juga sering bertengkar dengan kakak atau adiknya.
Untuk itu dengan segitiga restitusi kita dapat mencari solusinya tanpa ada yang merasa tersinggung dan dikalahkan. Segitiga restitusi menyeleaikan masalah dengan melakukan kontrol yang positif sehingga anak tetap merasa mendapat perlindungan dari orang-orang di sekitarnya.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Bahan Bacaan: Â Modul 1.4. Budaya positif (Materi Calon Guru Penggerak)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H