Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kebiasaan Unik dan Pentingnya Menjaga Kerukunan Bertetangga di Kampung

19 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:10 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gang masjid adalah kawasana rumah penulis dengan rumah tetangga. Kebiasaan kerja bakti menjadi pemandangan yang biasa disela-sela liburan. | Dokumentasi pribadi

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Sudah menjadi kodrat dan hukum alam, disadari atau tidak disadari ketergantungan dengan orang lain menjadi suatu keharusan. Kita membutuhkan kawan juga tetangga untuk menjalin relasi.

Tetangga sangat beragam, ada yang ramah, supel, dan mudah bergaul, ada juga yang jaim, pendiam, dan angkuh. Juga ada yang nyantai, gak peduli, dan masa bodoh. Semua akan kita temui dalam bertetangga.

Dengan demikian kita harus mengerti mereka dan bisa memahami karakter tetangga, agar hidup nyaman dan membawa kedamaian. Kerukunan dalam bertetangga sangat diharapkan, jangan sampai justru karena ulah tetangga malah menjadikan hidup tidak tenang dan menjadi sumber perselisihan.

Banyak kita temui antar tetangga tidak akur, bahkan bersaing dan saling menjatuhkan, kalau sudah demikian malah menimbulkan kesenjangan sosial juga timbul persaingan yang tidak sehat.

Bertetangga di lingkungan desa dan kota tentu berbeda, jika di desa keakraban antar tetangga masih tampak. Saling pinjam meminjam masih terlihat. Misalnya saat saya membutuhkan sesuatu, maka dengan ringan hati tetangga meminjamkannya. 

Demikian juga sebaliknya, jika mereka membutuhkan dan kita ada maka saling membantu adalah keniscayaan.

Bahkan tak jarang, jika maaf sampai pinjam uang atau ngutang. Kebiasaan di desa hal itu masih sering dijumpai. Walaupun ketika mengembalikan tidak sesuai dengan janjinya. Bahkan mungkin ada yang lupa mengembalikannya. Begitulah jika hidup di lingkungan pedesaan.

Sebagai pengalaman, berikut empat hal unik bertetangga di daerah pedesaan.

Warga desa bekerja sama saat mempersiapkan lomba kebersihana dan keindahan di RT 2 Singgahan Tuban Jawa Timur.| Dokumentasi pribadi
Warga desa bekerja sama saat mempersiapkan lomba kebersihana dan keindahan di RT 2 Singgahan Tuban Jawa Timur.| Dokumentasi pribadi

Pertama, masyarakat kampung masih kental kekerabatan.

Merasa hubungan yang akrab maka relasi yang dilakukan cukup nyaman. Satu sama lain dengan mudah meminjam. Hal seperti itu sudah biasa dan masih berlaku di lingkungan pedesaan. Bahkan kehilangan barang dan tidak dikembalikan pada pemiliknya, hal yang lumrah. Entah karena lupa atau memang sengaja.

Misalnya jika ada tetangga yang sedang punya hajat, biasanya akan membuat aneka kue dan pinjam cetakan kue tetangga. Karena sudah lama dan sudah berpindah tangan maka cetakan itu raib entah ke mana.

Kebiasaan yang sampai saat ini masih berlaku adalah jika ada salah satu tetangga yang kerepotan maka tanpa dimintai bantuan pun para tetangga segera membantu. Begitulah kebiasaan unik yang masih kita temui di desa.

Gang masjid adalah kawasana rumah penulis dengan rumah tetangga. Kebiasaan kerja bakti menjadi pemandangan yang biasa disela-sela liburan. | Dokumentasi pribadi
Gang masjid adalah kawasana rumah penulis dengan rumah tetangga. Kebiasaan kerja bakti menjadi pemandangan yang biasa disela-sela liburan. | Dokumentasi pribadi

Kedua, ringan tangan dan guyup rukun

Salah satu fungsi bertetangga adalah saling membantu jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Bahkan dalam beragama kita dianjurkan untuk saling menolong dan hidup rukun.

Dua minggu ini warga desa tempat tinggal saya akan mengadakan lomba kebersihan dan keindahan antar RT, semua warga bahu-membahu, bekerja bakti untuk membuat taman.

Satu komando dari ketua RT, ditanggapi dengan serius dan saling memahami. Semua ibu-ibu warga RT diminta menyetorkan 4 tanaman yang terdiri dari 2 tanaman hias, 1 tanaman toga, dan 1 tanaman pangan.

Secara kompak Ibu-ibu menyetorkan tanaman tanpa merasa terbebani. Semua menyumbangkannya dengan ikhlas tanpa pamrih. Taman pun dibuat oleh semua warga tanpa ada bayaran dari siapapun. bahkan ada yang dengan suka rela menyumbangkan cat.

Ketiga, lebih suka memberikan sedekah barang dari pada uang

Kegiatan di desa banyak sekali, mulai dari bersih desa, perayaan ulang tahun kemerdekaan, peringatan hari besar Islam, dan lain-lain.

Biasanya setiap suro atau 1 Muharram, kampung-kampung mengadakan peringatan bersih desa atau apapun acaranya yang dikemas berbagai bentuk kegiatan. Biasanya perangkat desa akan lebih mudah meminta sumbangan berupa aneka makanan dari pada minta sumbangan berupa uang.

Demikian juga ketika peringatan hari besar Islam, ketika memperingati maulud Nabi Muhammad SAW, pengurus takmir cukup meminta snak berupa jajanan. Hal ini lebih mudah terkumpul dari pada minta sumbangan seikhlasnya.

Keempat, kebiasaan sengketa karena pathok pembatas

Diantara kelebihan dan keunggulan bertetangga di pedesaan telah disebutkan di atas, namun juga ada sisi kelemahannya. Satu hal yang sering kita temui adalah terjadinya perselisihan gara-gara pathok pembatas tanah milik tetangga.

Misalnya tetangga A sudah ada pembatas dengan ukuran yang sudah ditetapkan, namun tetangga B yang di sebelahnya mengklaim bahwa pathok pembatas masuk di wilayah tanah miliknya. Nah, kalau sudah begitu pasti akan timbul pertikaian yang tak berujung, masing-masing mengklaim sama-sama benarnya.

Jika belum ada titik temu biasanya akan dibawa ke balai desa dan diputuskan oleh pamong desa yang disaksikan oleh pihak kecamatan. Setelah terjadi putusan maka keduanya harus bisa menerima dengan tangan terbuka.

Bapak dan Ibu, menjadi penting menjalin hubungan dengan tetangga, apalagi tetangga yang dekat dengan rumah. Karena jika terjadi kerepotan maka tetanggalah yang pertama kali akan membantu kita. 

Rasulullah SWA bersabda dalam hadisnya yang berbunyi: 

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari ahir maka hendaklah memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari ahir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. ( H.R Bukhori Muslim)"

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun