Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Sudah menjadi kodrat dan hukum alam, disadari atau tidak disadari ketergantungan dengan orang lain menjadi suatu keharusan. Kita membutuhkan kawan juga tetangga untuk menjalin relasi.
Tetangga sangat beragam, ada yang ramah, supel, dan mudah bergaul, ada juga yang jaim, pendiam, dan angkuh. Juga ada yang nyantai, gak peduli, dan masa bodoh. Semua akan kita temui dalam bertetangga.
Dengan demikian kita harus mengerti mereka dan bisa memahami karakter tetangga, agar hidup nyaman dan membawa kedamaian. Kerukunan dalam bertetangga sangat diharapkan, jangan sampai justru karena ulah tetangga malah menjadikan hidup tidak tenang dan menjadi sumber perselisihan.
Banyak kita temui antar tetangga tidak akur, bahkan bersaing dan saling menjatuhkan, kalau sudah demikian malah menimbulkan kesenjangan sosial juga timbul persaingan yang tidak sehat.
Bertetangga di lingkungan desa dan kota tentu berbeda, jika di desa keakraban antar tetangga masih tampak. Saling pinjam meminjam masih terlihat. Misalnya saat saya membutuhkan sesuatu, maka dengan ringan hati tetangga meminjamkannya.Â
Demikian juga sebaliknya, jika mereka membutuhkan dan kita ada maka saling membantu adalah keniscayaan.
Bahkan tak jarang, jika maaf sampai pinjam uang atau ngutang. Kebiasaan di desa hal itu masih sering dijumpai. Walaupun ketika mengembalikan tidak sesuai dengan janjinya. Bahkan mungkin ada yang lupa mengembalikannya. Begitulah jika hidup di lingkungan pedesaan.
Sebagai pengalaman, berikut empat hal unik bertetangga di daerah pedesaan.
Pertama, masyarakat kampung masih kental kekerabatan.