Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlukah Vendor Pernikahan Jika Berada di Kampung?

14 Oktober 2022   10:37 Diperbarui: 14 Oktober 2022   10:38 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin terlahir sebagai anak mbarep pun sudah berkeluarga maka segala sesuatunya dipasrahkan padaku. Simbok mempercayakan tanggungjawab ini karena dianggap yang lebih berpengalaman diantara saudara yang lain.

Saya anak mbarep dari lima bersaudara 4 perempuan dan yang paling bungsu laki-laki. Adik-adik saya masih sekolah ketika saya menikah.  Tiga tahun setelah itu menyusul adikku menikah. tiga tahun berikutnya adikku nomor tiga hingga sampai yang nomor empat, sedangkan si bungsu saat ini masih kuliah. 

Ketiganya menikah dibawah kepanitiaan yang saya bentuk dengan warga kampung. O ya, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. setiap kampung punya adat dan cara sendiri dalam berbagai hal termasuk di dalamnya bagaimana adat mantu.

Untuk menulis topik pilihan ini ingatanku melayang 26 tahun yang lalu tepatnya ketika pernikahan saya sendiri. Tahun 1994 saya menikah dengan pria pujaan hati. Waktu itu saya sendiri yang mencari tukang rias, dekor manten juga sound system.

Setelah semua pesanan sudah ok, baru kepanitian dibentuk. Saya tinggal menyampaikan bahwa perlengkapan sudah siap. Sehingga panitia tinggal action pada waktu pelaksaannya.

Berikut ini cara dan kebiasaan dikampung saya jika punya hajat.

Pertama-tama, membentuk panitia. Empat kali keluarga Simbok mengadakan walimatul Arsy atau resepsi pernikahan maka empat kali juga kami membentuk kepanitiaan. Panitia terbentuk dari Sinoman. Sinoman adalah para pemuda baik laki-laki maupun perempuan yang siap membantu pelaksanaan walimah. tugasnya pertamanya H-1 adalah ater-ater ke saudara dan tetangga shahibul hajat.

Sinoman jumlahnya lumayan banyak 40 hingga 50 orang. Mereka biasanya dari golongan pelajar baik itu mahasiaswa atau masih sekolah setingkat SMA.

Selain sinoman ada lagi yang harus dikondisikan yakni Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Bertugas sebagai penerima tamu. Ada juga Ibu-ibu yang ada di dapur bertanggungjawab menyiapkan suguhan atau catering saat pelaksanaan resepsi.

Sinoman biasanya datang sehari sebelum pelaksanaan. Membantu menyiapkan perlengkapan untuk Acara resepsi. Mulai menghitung dan mengelap piring, mangkok, sendok  dan perlengkapan lain yang dibutuhkan saat acara resepsi berlangsung.

Kedua, sebelum hari pelaksanaan ada adat buwuh. Biasanya tamu perempuan membawa beras, kentang, gula, emi dan sebagainya. Pada kondisi ini ada penerima tamu sebagai pencatat apa saja yang di bawa dari tamu. dicatat dalam buku nama, alamat dan apa saja  bawaannya.

Biasanya dalam tas sudah ada cataatannya sehingga penerima tamu tinggal menyalin di buku tanpa harus bertanya bawa apa pada pemilik tas.

Setelah menunggu beberapa saat, ada suguhan setiap tamu yang datang, mereka jagongan dan ngobrol sambil menunggu tas terisi nasi dan lauk pauk yang disiapkan oleh shohibul hajat. Menunggunya lumayan lama, maklum menunggu nasi hingga lauk pauk selesai.

Semua tergantung dari tukang masak yang ada di dapur. Biasanya tukang masak nasi dari laki-laki dan memasak sayur dari perempuan. Di dapur tentu sangat repot. mereka harus membuat bungkusan nasi dan lauk sejumlah tamu yang hadir. Banyak tetangga yang berdatangan membantu memasak. jumlahnya bisa 15 sampai 20 orang. 

Begitulah adat di kampung, semuanya bergotong royong tanpa ada upah. Namun setelah selesai acara tuan rumah memberikan beras, emi, dan sabun ala kadarnya sebagai tanda terima kasih kepada siapa saja yang telah membantu acara mantu.

Perlukan vonder pernikahan jika di kampung?

Seperti yang saya ceritakan di atas, bahwa semua bekerja berdasarkan panitia yang dibentuk tuan rumah sebagai wujud kerja sama yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Menyewa jasa vonder dan tidak melibatkan tetangga rasanya tidak mungkin.

Bisa saja tetangga akan menggunjingkan karena anggapan mereka sok kaya tidak mau melibatkan tetangga dekat. Namun dengan perkembangan waktu dan zaman kebiasaan-kebiasaan itu telah berkurang. Sebagian  tetangga ada yang sudah menggunakan jasa vendor walaupun tidak semuanya.

Saat ini semua telah dimudahkan  tuan rumah tinggal menyalurkan dana atau budget yang sudah disiapkan. Supaya lebih murah maka pemesanan bisa secara terpisah, artinya dari semua kebutuhan  menggunakan jasa vendor sendiri-sendiri.

Misalnya jasa rias vendor A, sound system dan terop vendor B, catering vendor C dan sebagainya, sehingga bisa memilah dan memilih mana yang lebih miring harganya. Ini cukup membantu tuan rumah, semua tanggungjawab dibebankan pada seseorang yang telah ditunjuk. Cara seperti ini akhirnya menjadi pilihan masyarakat di  kampung.

Saya sendiri jika nanti mantu juga akan menggunakan pilihan kedua, yaitu memilah dan memilih beberapa jasa vendor. Sehingga bisa pas di bugjed.

Bapak Ibu, penting bagi kita untuk menyesuaikan kemampuan dalam biaya pernikahan, jangan sampai besar pasak dari pada tiang. Perta pernikahan meriah, namun setelah itu banyak tanggungan di sana- sini.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun