Cuitan kenaikan BBM terdengar di mana-mana, di pasar, di kantor, di warung kopi, di sawah hingga menjadi trending topik Ibu-ibu arisan, semua mengeluh tentang imbasnya harga segala kebutuhan pokok. Mulai dari kenaikan belanja di dapur, di sumur hingga di tempat tidur.
"Ma, mulai minggu depan aku kos saja, Gajiku gak cukup untuk naik Bis", ucap sulungku sambil melemparkan tasnya di tempat tidur. Â Wajahnya kelihatan lesu terlebih merasakan dampak kenaikan BBM awal September ini.
Saya beranjak dari tempat duduk sembari mengampiri sambil rebahan di sampingnya. "Lo memangnya ongkos bis sekarang berapa?", Tanyaku hati-hati.
"Kemarin Rp 15.000,- sekarang Rp 20.000, turun di pasar buah. Nanti tambah gojek ke kantor, dulu Rp 11.000,- sekarang Rp 14.000,-. itu baru berangkat saja Ma, Jika pulang-pergi Ma, aku harus menyiapkan 20.00 x 2 =40.000 dan 14.000 x 2= 28.000 jadi 68.000,- Itu saja kalau bang gojek punya kembalian seribu, jika tidak aku juga gak tega ambil kembaliannya. Jadi minimal 70.000 harus siap untuk jatah transportasi.
"Kalau tiap hari, Waduh gajiku gak cukup Ma, Makanya aku putuskan besuk cari kos aja ya Ma, pintanya padaku.
"Ok, besuk kita cari kos", aku menyetujui niat nakdis untuk kos. Saya tahu gaji yang ia terima baru 80% pantes saja habis untuk ongkos bis.
Sebenarnya jarak tempat dia bekerja, bisa ditempuh dengan motor, kurang lebih 25 Km. Bahkan sejak pertama kali tugas februari lalu dia naik motor. Namun setelah terjadi kecelakaan yang menyebabkan tangan kanannya patah dan harus operasi, maka dia naik bis sembari menunggu pulihnya tangan. Â
Saya sendiri, Simboknya cukup merasakan kenaikan itu, Mak-Mak seperti saya mungkin yang paling merasakan dampak kenaikan BBM, karena ujung-ujungnya bahan pokok di dapur melesat paling cepat utamanya cabe rawit, cabe merah, bawang merah, telur dan sejumlah sayuran. Â
Tepatnya Minggu kemarin saya mencari kos. "Mbak, sementara belum bisa naik motor, kita cari kos yang dekat dengan kantor saja, kamu bisa jalan kaki", ucapku dalam perjalanan mencari tempat kos.
"Gih Ma", Sulungku menyetujuinya. Ada referensi dari beberapa teman sebelah ini dan itu, dari sini dan dari sana. Â Menyusuri setiap gang untuk menemukan tempat kos yang cocok dengan harga kantong.
Berikut 4 hal yang menjadi pertimbangan mencari kos
Pertama, utamakan tempat kos yang khusus putri atau khusus putra.
Banyak tempat kos yang menawarkan dengan berbagai fasilitas dan harga, namun sebaiknya mencari kos yang khusus untuk putri atau putra. Karena sulungku perempua saya mencari kos khusus untuk perempuan.
Memang tidak mudah mencari kos yang menyediakan tempat khusus, kebanyakan Ibu kos menyediakan tempat kos campuran. Artinya dari sekian kamar yang ada, yang menempati bisa laki-laki atau perempuan. Bisa jadi kamar sebelah kamar laki-laki, atau sebaliknya kamar depan adalah perempuan.
Akan lebih nyaman jika  kita mencari kos khusus laki-laki atau tempat kos khusus putri.
Kedua, kos dekat penjual makanan atau warung.
Sebagian besar kos pada umumnya hanya menfasilitasi tempat saja sedang makan harus cari sendiri atau masak sendiri. Maka warung atau penjual makanan dekat kos menjadi pertimbangan, supaya setiap makan tidak kesulitan mencari warung.
Namun saat inipun tidak sulit lagi untuk memesan makanan, Â jika di wilayah kota maka cukup dengan Go Food, makanan sudah sampai di tempat. Â Berbeda jika masih di lingkungan perkampungan maka masak sendiri atau beli di warung menjadi keharusan.
Ketiga, kos yang menyediakan  wifi.
Yang tak kalah pentingnya dan menjadi keharusan bagi kaum milineal adalah adanya wifi di tempat kos. Ini juga yang menjadikan kos diburu oleh para mahasiswa atau pelajar lainnya.
Kebutuhan internet menjadi hal yang sudah mendekati primer, karena berbagai informasi penting akan kita terima jika kita dapat menyambung dengan wifi. Untuk itu salah satu pertimbangan mencari kos jika menyediakan wifi yang include dengan fasilitas kos.
Keempat, jika memungkinkan kos dekat dengan rumah ibadah/masjid
Bukan menjadi sebuah keharusan namun jika memungkinkan maka sebaiknya mencari kos dekat dengan rumah ibadah. Bagi saya sebagai muslim maka masjid atau musholla dekat kos menjadi pertimbangan, karena memberi kesempatan kita untuk beribadah. Misalnya dapat melaksanakan salat berjamaah di masjid.
Selain itu juga akan memberikan pengaruh yang baik karena kita selalu diingatkan dengan suara adzan yang setiap waktu salat tiba selalu terdengar, sebagai pengingat kita untuk malaksanakan kewajiban terhadap Allah SWT.
waduh, kok tulisan ini menjadi mencolot dari tema ya, padahal  di awal tulisan saya akan membahas tentang dampak kenaikan BBM. Namun tetap saja apa yang saya lakukan sehari ini juga karena imbas dari harga BBM.
mencari kos juga tidak mudah harus keluar masuk gang-gang, mencari info, tanya sana tanya sini. Menguras tenaga juga pikiran. Terkadang sudah pas di harga namun belum pas di fasilitas, atau sebaliknya, Â atau sudah pas di harga dan fasilitas namun lingkungan kurang mendukung.
Alhamdulillah pada ahirnya menemukan kos juga yang ramah harga juga fasilitas memadahi. Nakdisku berharap, semoga BBM turun lagi sehingga tidak usah kos. Namun mungkinkah harapan itu terjadi. Rasanya kok tidak mungkin ya pembaca. Sekali naik ya naik terus.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H