Kedua, duduk berselonjor dengan kedua telapak kaki di tekankan pada balok kayu.
Sebelum melahirkan mertua sudah menyiapkan balok kayu yang sewaktu-waktu melahirkan bisa digunakan. Balok kayu diletakkan di atas kasur. Posisi duduk kedua kaki dipancatkan atau ditekankan pada kayu tersebut.Â
Orang Jawa bilang senden (duduk dengan kaki berselonjor sedang badan tegap, membentuk sudut 90 derajat) bahkan kadang-kadang kaki di tali agar tetap lurus.
Menurutnya hal ini supaya kaki tidak bengkak dan tidak varises. Saya sih manut saja. katanya supaya badanku tetap langsing dan tidak gembrot pasca melahirkan. Mungkin karena sungkan menolak maka saya sih manut saja.
Ketiga, harus memakai jarik
Jarik adalah pakaian wanita Jawa tempo dulu, layaknya ibu kita kartini pakaian yang feminim yang berjodoh dengan kebaya. Berkebaya menjadi pakaian Jawa tempo dulu. Atas kebaya dan bawahnya memakai jarik.
Pasca melahirkan orang-orang kuno sudah menyiapkan jarik. Hal ini dilakukan untuk mengontrol cara berjalannya. Saya pun demikian setelah melahirkan memakai jarik, dengan tujuan agar langkah saya tidak terlalu lebar dan penuh kehati-hatian.
Keempat, memakai bengkong atau stagen
Bengkong adalah pakaian seperti selendang, panjangnya bervariasi. Bisa enam hingga delapan meter. lebarnya ada 10-15 cm. Dua-duanya saya punya. Dulu ketika melahirkan anak pertama saya memakai yang panjangnya 8 m dan lebarnya 15 cm.
Cara memakainya ujungnya terlebih dahulu diikatkan di tiang rumah. Setelah itu ujung yang satunya lagi kita talikan ke pinggang, selanjutnya kita akan memutarkan badan sampai mendekati tiang di ujung bengkong, setelah itu ditali rapat-rapat.
Masih menurut mertua hal ini dilakukan untuk menjaga badan kita agar tetap langsing dan tetap singset tidak gemuk. Yang ini pun saya setuju saja karena memang pasca melahirkan perut terasa menggendor, jika dipakaikan bengkong terasa kencang dan singset.