Pertanyaan di atas menjadi topik pembicaraan kami dengan rekan-rekan guru di kantor. Bukan hanya di kantor, jika ada kegiatan Kelompok Kerja Guru atau KKG terselip di dalamnya obrolan tentang mengapa anak- anak malas belajar.
"Iya Bu, saya juga merasakan demikian, anak-anak sekarang tak ada motivasi belajar, lain dengan kita zaman dulu ya, kalau ada ujian direwangi melek bengi, tidur hanya beberapa jam saja," ungkap Bu Karin, teman sejawat saya.
"Iya, saya juga heran, masa tahu kalau nilainya jelek, malah senyum-senyum aja, gak ada rasa menyesal sama sekali," sambung Bu Tika menimpali obrolan.
"Bener Bu, kemarin waktu saya suruh belajar yang rajin jawabnya malah ngeselin, 'Nilainya jelek gak apa-apa Bu, saya terima aja kok.'" Jawaban spontan itu membuat Bu Wina jengkel.
Lain lagi pengalaman saya, ketika mengadakan senam bersama di hari jumat kemarin.Â
Saya dengan semangat mengikuti di antara barisan siswa dengan tujuan agar anak-anak juga semangat mengikuti. Kebetulan barisan samping saya siswa kelas 6, saya pun mengatakan, "Ayo, kalau senam sungguh-sungguh Nak karena nanti olahraga ada ujian prakteknya."
Kepala sekolah yang ada di belakang menyahut, "Jika tidak sungguh-sungguh nanti nilainya endok."
Arman menjawabnya dengan enteng, "Gak apa-apa Bu nilai endok (telur), nanti sampai rumah didadar."
"MasyaAllah mengapa anak-anak ini gak ada minat ingin bisa ya, dengan enteng mulutnya mengatakan tidak apa-apa, apa sebenarnya yang terjadi pada anak-anak sekarang ini," gumamku dalam hati.