Jika dikaji lebih dalam pelaksanaan AKM tentu banyak kendala yang dihadapi. Signal yang timbul tenggelam juga menjadi gagalnya pelaksanaan AKM hari pertama.
Seperti di lembaga saya, ketika pelaksanaan tryout, signal tidak bersahabat, akhirnya diundur hari berikutnya, namun dua kali pengunduran tetap saja signal tidak bisa mengakomudir. Gagallah pelaksanaan  tryout AKM. Untungnya ada  tryout susulan sehingga kami bisa mengikutinya kembali.
Selain terkendala signal, bagi kami sekolah yang ada di pelosok dan di desa pinggiran pelaksanaan ujian secara digital menjadi pekerjaan rumah bagi guru kelas lima.
Pertama, mereka belum mengenal komputerisasi, bahkan sebagian siswa tidak mempunyai HP. Sehingga untuk mengenalkan soal-soal AKM saja kami kesulitan.
Pada Asesmen Nasional, mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi dan karakter), kualitas proses belajar-mengajar, dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.
Ada tiga instrument penilaian pada Asesmen Nasional, yakni: Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
AKM akan diikuti oleh peserta didik, dengan tujuan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif.
Survei Karakter, diikuti oleh peserta didik dan guru untuk mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values) sebagai hasil belajar non kognitif.Â
Adapun Survei Lingkungan Belajar diikuti oleh kepala satuan Pendidikan, untuk mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.
Berikut 6 Hal yang harus diperhatikan agar nilai AKM siswa meningkat:
Pertama, kenalkan pada siswa tentang bentuk soal AKM