Alhamdulillah, semester I dilakoninya, hingga semester II dia mendapat bea siswa, sehingga tidak bayar UKT. Bagiku "sing penting sing nglakoni"jika memang sreg ya mangga jika kurang berkenan ya mangga. Semua saya serahkan pada anak.
Setelah satu tahun menempuh kuliah di UIN Surabaya, tiba di penghujung tahun ajaran baru dia berkesempatan untuk mengikuti SBMPTN lagi. Dia mengambil jurusan ilmu gizi di UNAIR.
Dia hanya mengatakan lewat pesan singkatnya; "Ma saya ikut SBMPTN lagi doakan saja, jika lolos rezeki, kalaupun tidak toh saya sudah kuliah semester II".
Sebagai orang tua saya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Allah supaya memberikan pilihan yang terbaik untuk ananda.
Qodarullah Allah mengijabahi, dari 6000 peserta seIndonesia, anakku masuk diantara 600 calom mahasiswa yang diterima. Ucapan syukur tak terhingga kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah mengkaruniakan nikmat ini.
"Ma, tapi saya kemarin punya nadzar jika lulus SBMPTN, saya akan berpuasa 10 hari".
He...he... bayar saja ndzarmu karena itu kewajiban, dengan tanpa mengeluh ahirnya dia berpuasa 10 hari.
Dari dua kisah pengalamanlku di atas saya bisa menggaris bawahi bahwa :
Pertama, Tuhan Maha menentukan pilihan.
Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedang Tuhanlah yang menentukan. Hanya itu yang dapat saya ucapkan dari sekian kisah dari perjalanan hidup seseorang, tak terkecuali ketika akan menentukan di mana anak akan mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi Negeri.
Entah berapa kali Universitas Negeri yang dituju dan berapa kali dia mengikuti tes, namun lagi-lagi gagal. Sebagai orang tua hanya bisa berdoa untuk kebaikan anak. Sedang hasil akhirnya kita serahkan pada Tuhan Yang Maha Esa.