Tidak seperti biasa pagi ini anakku yang masih kelas satu tiba-tiba merengek minta dibelikan pensil. Â Sejak kemarin sore minta dibelikan, namun karena belum kober ahirnya hanya jawaban "Iya besuk saya belikan",
Pagi harinya,  bangun tidur sudah minta dibelikan pensil, saya bisa memaklumi biasanya anak kecil kalau kemauannya belum dipenuhi, pasti akan merengek, kemanapun ibunya melangkah terus saja dibuntuti dari belakang, "Ma, belikan pensil" beberapa kali dia  meminta dibelikan pensil.
Karena masih rempong ngurusi sarapan di dapur, kembali saya menjawab, "Nanti berangkat sekolah kita mampir toko beli pensil" janjiku menyetujui permintaannya.
Setelah mandi, sarapan juga berpakaian rapi, kita berangkat sama-sama. Di tengah perjalanan tiba-tiba dia bertanya:
"Ma, kata temanku kalau pensil yang sudah pendek segini(sambil menunjukkan jari) masih dipakai, nanti emaknya akan mati",
"Siapa yang bilang begitu",
"Temanku, Caca Ma"
"Wah, ngawur temanmu itu, ya ndak lah", jawabku meyakinkan.
Tiba saya di depan toko dan berhenti untuk membeli pensil. Saya membelikan dua buah untuk anak saya. Sembari menanyakan "Jadi, kamu minta dibelikan pensil karena takut  Mama meninggal?"
Ucapkau sambil menanyakan, sontak dia menangis. Dia takut kehilangan saya karena cerita temannya yang dia pikir cerita itu sungguhan.
Setelah dua puluh menit perjalanan saya  tiba di sekolah. Saya bermaksud masuk di kelas satu  untuk menyampaikan hal-hal  terkait cerita takhayul yang tidak benar.
Apa itu Cerita Tahayul
Takhayul adalah suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan secara akal, takhayul merupakan cerita-cerita yang diceritakan oleh masyarakat terdahulu secara turun- temurun.
Takhayul bisa juga hanya cerita rekaan atau karangan berdasarkan dari khayalan seseorang, seiring berjalannya waktu, sudah seharusnya mitos atau takhayul dipatahkan dengan penjelasan yang masuk akal  dan berlogika.
Menanggapi cerita yang disampaikan anak saya, berikut yang saya lakukan :
Pertama, menjelaskan kebenaran sesuai logika.
Di kelas satu saya menyampaikan bahwa cerita pensil yang pendek, tidak ada hubungannya dengan kematian. Pensil yang sudah pendek sudah waktunya diganti dan minta dibelikan pada ibunya, tidak harus menakut- nakuti kalau emaknya akan mati.
"Ayo coba tunjukkan pada Bu guru, siapa yang pensilnya sudah pendek, nanti sepulang sekolah minta dibelikan ibunya, harganya murah, Cuma Rp.1000,-" sambil saya tunjukkan pensil yang baru saja saya beli
"Ini tadi Bu guru beli dua buah". jadi jangan sampai kalian cerita yang tidak masuk akal, jangan juga jadi tukang gossip, ngarang cerita yang belum tentu kebenarannya.
"Kalian masih kecil, jika mendengar cerita hendaklah ditanyakan pada Bu Guru kebenarannya, jangan di sampaiakan pada temanmu, jika kalian beum mengerti maksudnya".
"Tadi Elha menangis karena Caca menceritakan  kalau pensilnya pendek, emaknya akan mati", itu cerita yang tidak benar, anak-anak mulai hari ini tidak boleh menceritakan lagi".
Anak kelas satu, masih belum bisa berpikir realistis layaknya anak yang menginjak dewasa, dia akan menerima informasi begitu saja karena dia belum mampu berpikir logis dan kritis. Untuk itu sebaiknya lingkungan keluarga bisa memberikan edukasi tentang hal-hal yang tidak lazim untuk diceritakan.
Kedua, menganjurkan anak untuk bertanya terhadap orang tua, jika menerima informasi.
Setiap kelas pasti mempunyai paguyupan kelas yang tergabung dalam group WA. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan maka disampaikan kepada wali murid untuk tidak memberikan cerita takhayul atau cerita yang tidak masuk akal, terhadap putra putrinya.
Sebaiknya anak-anak usia  dini atau kelas rendah di SD  diberikan cerita-cerita yang mengandung hikmah, karena mereka  berpikir secara integratif, mereka memahami dan menerima informasi apa adanya tanpa bisa memilah-milah konsep mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk itu penting bagi orang tua maupun guru menganjurkan  bertanya setiap menerima informasi apapun, agar tidak terjadi salah paham yang menyebabkan anak ketakutan.
Seperti ilustrasi di atas, Elha tidak bertanya dahulu tetapi  berpikir  cerita yang disampaikan temannya Caca benar adanya, sehingga dia merasa takut.
Bapak dan Ibu, hindarkan anak-anak kita dari cerita-cerita takhayul, mari memberikan cerita berhikmah agar mereka dapat meneladani dan mengambil pelajaran dari cerita yang kita sampaikan. Orang tua adalah cerminan bagi anak-anak, maka selayaknya kita menjadi contoh kebaikan bagi mereka.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H