Sejak adanya pandemi Covid-19 kegiatan upacara bendera di lembaga saya memang ditiadakan, salah satu alasannya menghindari kerumunan dan menjaga protokol kesehatan. Namun, setelah semester dua ini kami dengan rekan guru sepakat untuk mengadakan upacara karena pandemi berangsung-angsur sudah melandai bahkan sudah jarang terdengar ada pasien Covid-19 di lingkungan tempat tinggal saya.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Saya sudah mempersiapkan peralatan upacara seperti bendera merah putih, teks pembukaan Undang-undang Dasar 45, teks janji siswa, teks doa, dan lain sebagainya.
Namun, ketika menunjuk anak untuk menjadi petugas upacara mereka saling lempar, alasan mereka sama, "Tidak Bu, saya tidak bisa" bendera pun diberikan kepada temannya lagi, jawaban yang sama, "Jangan Bu, saya gak bisa."
Akhirnya saya pun memaksa anak untuk menjadi petugas upacara, dengan tegas saya mengumumkan lewat pengeras suara "Anak-anak sekarang kita latihan upacara, jika ada petugas upacara yang salah jangan ditertawakan, jika ada yang tertawa maka dia harus menggantikannya."
Upacara pun dimulai, dari semua petugas upacara, semua mengalami kesalahan mulai dari pemimpin upacara, pembacaan teks UUD, regu koor, juga petugas pengibar bendera.
Walaupun demikian tak ada peserta upacara yang menertawakan, sehingga upacara hari ini berjalan dengan lancar, meskipun banyak kekurangan dan kesalahan selama upacara berlangsung.
Dalam sambutan sebagai pembina upacara saya menyampaikan: "Siswa kelas lima dan enam harus siap ditunjuk sebagai petugas upacara.Menjadi petugas upacara memang tidak mudah, harus latihan terlebih dahulu, tidak hanya sekali atau dua kali. Bahkan, kalian yang hari ini menjadi petugas upacara, Senin yang akan datang harus menjadi petugas lagi, saya berharap empat kali berturut-turut kalian menjadi petugas upacara dengan tugas yang sama."
"Mengapa demikian? Agar kalian tidak lupa bagaimana cara melangkahkan kali dengan aba-aba langkah tegap, bagaimana cara memberi laporan, juga bagaimana cara menarik tali bendera agar tepat sampai ke ujung tiang bersamaan dengan selesainya lagu Indonesia Raya."
Mereka dengan sungguh-sungguh berlatih pada jam-jam olah raga, sehingga tidak mengganggu jam pembelajaran. Alhamdulillah berkat ketelatenan dan jiwa ingin bisa, saat ini mereka telah lulus menjadi petugas upacara dengan baik.
Bahkan hari ini ketika kegiatan upacara berlangsung, kembali saya menanyakan "Apakah kalian masih punya perasaan ndredek atau gemetar saat menjadi petugas upacara seperti dulu?"