Peran ganda yang ia jalani dengan sabar dan penuh keihlasan membawanya menuju dermaga sakinah dalam rumah tangganya.
Selanjutnya buku kedua dilanching pada Juni 2021, buku dengan judul "Setangguh Tetesan Rabiah" ini ditulis selama masa iddah. Suami yang dirawatnya selama delapan tahun dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta langit.
Buku kedua ini menceritakan tentang bagaimana seorang Ibu dengan sabar dan penuh keihlasan  menyerahkan buah hatinya kepada orang lain setelah disusuinya selama 40 hari.
Diceritakan pula bagaimana seorang ibu menahan kerinduan terhadap buah hatinya, menahan sakit dan perihnya air susu yang seharusnya masih diperuntukkan sang bayi, namun terbuang karena udzur.
Bagaimana perihnya gejolak jiwa ketika ditanya sang kakak: "Mama,,, kenapa adik dikasihkan orang lain?", adalah sepenggal kisah nyata  yang dikemas apik dalam sebuah romansa hidup.
Dan Januari 2022 ini buku yang ketiga telah terbit dengan judul : "Merajut Aksara Peneman Rindu", ditulis ketika mengikuti challenge selama Ramadlan. Buku yang mengupas tentang kenangan menjalani hidup bersama suami tercinta.
Mengenang sang mualim kapal yang mengarungi lautan, berlayar dengan harapan dan cita-cita membawa para penumpang dan menghantarkannya menuju puncak ihtiyar.
Namun tiba-tiba sang mualim kapal berhenti tersebab udzur, akankah kapal berhenti?
Kedahsyatan cinta dan kerinduan yang mendalam dikemas apik dalam rajutan aksara sebagai peneman rindu. Â Guncangan asmara dan balutan rindu yang tak tertahan tertuang dalam sebuah tulisan. Semua terangkum apik dalam sebuah buku ketiganya " Merajut Aksara Peneman Rindu".
Mungkin inilah jawaban dari 'Setiap peristiwa ada hikmahnya', dengan pandemi saya mengenal dunia menulis, dari kekosongan waktu dapat terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Berikut cara memanfaatkan waktu luang :