Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Sekolah Tidak Mau Vaksinasi, Begini Cara Merayunya

3 Januari 2022   11:36 Diperbarui: 4 Januari 2022   17:51 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan vaksinasi SD.| Sumber: KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi

Hari terakhir masuk sekolah pada semester I tahun ajaran 2021/2022 kemarin, ada hal menarik di lembaga tempat saya mengajar. Sehari sebelumnya kepala sekolah mengumumkan: "Anak-anak, diharapkan besok masuk semua ya, karena akan ada vaksinasi di sekolah kita". Sontak pengumuman itu menjadikan anak takut, bahkan ada yang menangis.

Besoknya lewat WA group, beberapa wali murid mengizinkan anaknya tidak masuk sekolah, sebagian alasannya karena sakit, "Maaf, Bu, anak saya hari ini tidak masuk, karena sakit". 

Membalas "ya" dan mendoakan "semoga lekas sembuh", adalah jawaban yang saya tulis. Saya tidak tahu apakah sakit sungguhan atau alasan karena anak tidak mau divaksin.

Dalam rangka mencegah Covid-19, pemerintah telah mengupayakan pemberian vaksin kepada warga masyarakat tanpa kecuali termasuk pada anak usia SD. Bahkan mulai bulan Desember pemberian vaksin telah serentak diberikan di wilayah Indonesia.

Pemberian vaksin sebetulnya hal yang biasa, namun menjadi luar biasa ketika mendengar peristiwa akibat yang ditimbulkan pasca pemberian vaksin, ada yang demam, panas, badan lemah, bahkan ada yang justru menjadi sakit.

Sebetulnya pemberian vaksin seperti ini telah biasa dilakukan oleh petugas kesehatan, setiap enam bulan sekali pihak puskesmas selalu datang ke sekolah untuk melakukan imunisasi atau biasa disebut BIAS atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah. 

Pelaksanaan vaksinasi anak sekolah. Sumber: Cimahi jabar inews
Pelaksanaan vaksinasi anak sekolah. Sumber: Cimahi jabar inews

Apa bedanya Vaksin dan Imunisasi

Saya kurang begitu memahami hal-hal yang berkenaan dengan istilah kesehatan, namun saya mengutip di laman Alodokter.com tentang perbedaan vaksin dan imunisasi.

Vaksinasi dan imunisasi memiliki makna yang berbeda. Namun, perbedaan vaksinasi dan imunisasi sering diabaikan karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.

Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin dengan cara disuntikkan atau diteteskan ke mulut untuk meningkatkan proses antibodi guna menangkal penyakit tertentu. Sedangkan, imunisasi merupakan proses dalam tubuh agar seseorang memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit.

Seperti yang saya sampaikan di atas, sebetulnya pemberian imunisasi sudah biasa dilaksanakan setiap lembaga sekolah. Jadual itu telah di handel oleh petugas kesehatan, dalam hal ini puskesmas terdekat.

BIAS adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah, kegiatan ini rutin diadakan dua kali dalam setahun di lembaga saya bahkan mungkin secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

Program BIAS ini dilakukan untuk memberi perlindungan kepada anak-anak usia SD terhadap penyakit campak, difteri, dan tetanus.

Menurut laman Dinkes.kotamobagukota.go.id disebutkan ada tiga imunisasi yang wajib diberikan berulang pada saat BIAS:

Imunisasi Campak

Sebanyak 28,3 % anak berusia 5-7 tahun masih terkena campak meskipun sudah diimunisasi sewaktu bayi.

Ikatan Dokter Anak Indonesia( IKADI) membuat rekomendasi imunisasi ulang pada anak kelas 1 di seluruh Sekolah Dasar (SD)

Imunisasi Difteri Tetanus (DT)

Bersamaan dengan campak, imunisasi Difteri Titanus juga turut diberikan ulang pada anak usia sekolah kelas 1 SD. Mengingat masih dijumpainya kasus difteri pada umur >10 tahun.

Imunisasi DF dapat diberikan lagi saat anak berusia 12 tahun atau kelas 6 SD

Imunisasi Tetanus (Td)

Imunisasi tetanus direkomendasikan untuk diberikan ulang pada anak sekolah kelas 2 dan 3 SD. Sebab imunisasi tetanus yang didapatkan ketika berusia 18-24 bulan hanya akan memberikan perlindungan hingga sampai anak usia 6-7 tahun saja atau pada saat ia duduk di kelas 2 SD.

Pemberian ulang tetanus ini akan memperpanjang kekebalan tubuh anak hingga 10 tahun kedepan.

Ketika diberikan kembali saat anak duduk di kelas 3 SD, maka kekebalannya akan bertambah lagi hingga 20 tahun kedepan (Sumber: dinkes.kotamobagukota.go.id)

Tepat tanggal 23 Desember 2021 kemarin, vaksin benar-benar dilaksanakan di lembaga saya, banyak anak yang menangis, merajuk tidak mau divaksin, bahkan ada yang lari berkejaran dengan guru-guru bahkan ada yang sembunyi di bawah kolong meja.

Menyaksikan keadaan anak-anak yang menghebohkan maka sebaiknya guru melakukan hal-hal berikut:

Pelaksanaan vaksinasi SD.| Sumber: KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi
Pelaksanaan vaksinasi SD.| Sumber: KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi

Pertama, menyampaikan pentingnya vaksin.

Sebelum vaksin diberikan petugas masuk ke masing-masing kelas, petugas medis menyampaikan tentang pentingnya pemberian vaksin untuk anak-anak usia sekolah salah satunya untuk mencegah penularan Covid-19.

Dengan diberikannya vaksin, anak-anak akan aman dari penularan penyakit dan anak-anak tetap bisa belajar. Semua siswa harus sehat, untuk itu vaksin diberikan agar anak kebal terhadap penyakit salah satunya yaitu Covid-19.

Seperti yang kita ketahui, Covid-19 adalah penyakit yang sangat berbahaya, jika tidak cepat tertolong akan mengakibatkan kematian, untuk itu anak-anak harus siap divaksin agar dalam tubuhnya ada tameng pencegahan sehingga terhindar dari penularan.

Kedua, mendekati dan merayu anak yang menangis

Yella, siswa kelas 5, sejak pagi sudah menangis sesenggukan di halaman sekolah, dia menjadi tontonan anak-anak yang lain. Berlindung di bawah tiang bendera sambil menangis dan tidak mau beranjak, tangannya memegang dengan kuat tiang bendera dan tidak mau melepaskan.

Saya mendekati dan merayunya, apapun saya ucapkan untuk menenangkannya, yang terakhir saya mengatakan: "Kamu boleh menangis karena takut disuntik, tapi kamu harus mau divaksin."

Sambil menangis, akhirnya perlahan tangan itu dilepaskan dan saya bimbing masuk ke kelas, akhirnya dia mau disuntik.

Setelah disuntik, saya tanya, "Apakah sakit?" dia menggelengkan kepala sambil tersipu malu.

"La gitu saja kok dibela-belain nangis," ujar rekan guru yang gregetan dengan ulahnya.

Ketiga, meminta anggota TNI yang datang memberikan lelucon terlebih dahulu.

Datangnya petugas puskesmas, ditemani anggota TNI yang berpakaian dinas menambah ketakutan anak-anak. Untuk itu, pihak sekolah meminta anggota TNI memberikan lelucon yang mengundang tawa anak-anak, agar terkesan tidak menakut-nakuti.

Dengan logatnya yang lucu beberapa personil TNI masuk ke kelas dan memberikan cerita-cerita lucu untuk mengalihkan perhatian anak, agar tidak tegang menghadapi petugas yang saat ini datang di sekolah.

Walhasil anak-anak yang yang bersembunyi di kolong meja dengan sendirinya mulai menampakkan hidungnya, sambil tertawa mendengar banyolan-banyolan dari petugas.

Keempat, jangan memberikan arahan dengan menakut-nakuti.

Biasanya sebagian diantara kita keliru menyikapi dan membujuk anak dengan menakut-nakuti, misalnya menghadapi anak yang tidak mau divaksin mengatakan: "Hayo, nanti yang tidak mau divaksin akan dibawa pak polisi ke kantor", atau "anak-anak yang tidak mau divaksin, akan di bondo (kedua kaki dan tangannya diikat)."

Kalimat-kalimat seperti itu, justru akan menambah ketakutan dan akibatnya anak akan kabur dari sekolah, maka sebaiknya guru dengan santun menenangkan anak dengan memberikan sentuhan non verbal.

Seperti yang saya lakukan, karena anaknya berontak dan menyingkirkan tangan petugas, maka segera saya mendekatinya: "Nak, jika takut jarum suntik, sini peluk Bu guru", sambil memeluk bu guru perlahan mengulurkan tangan, dengan rela hati siap disuntik.

Bahkan untuk anak kelas satu mereka masih manja, banyak yang menangis ketakutan dan merajuk, maka sebaiknya Bu Guru harus siap memberi pangkuan bahkan menggendongnya.

Bapak dan Ibu, mari sukseskan vaksinasi serentak untuk anak-anak usia sekolah, mereka membutuhkan perlindungan agar generasi bangsa ini terhindar dari berbagai macam penyakit menular.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun