Hari terakhir masuk sekolah pada semester I tahun ajaran 2021/2022 kemarin, ada hal menarik di lembaga tempat saya mengajar. Sehari sebelumnya kepala sekolah mengumumkan: "Anak-anak, diharapkan besok masuk semua ya, karena akan ada vaksinasi di sekolah kita". Sontak pengumuman itu menjadikan anak takut, bahkan ada yang menangis.
Besoknya lewat WA group, beberapa wali murid mengizinkan anaknya tidak masuk sekolah, sebagian alasannya karena sakit, "Maaf, Bu, anak saya hari ini tidak masuk, karena sakit".Â
Membalas "ya" dan mendoakan "semoga lekas sembuh", adalah jawaban yang saya tulis. Saya tidak tahu apakah sakit sungguhan atau alasan karena anak tidak mau divaksin.
Dalam rangka mencegah Covid-19, pemerintah telah mengupayakan pemberian vaksin kepada warga masyarakat tanpa kecuali termasuk pada anak usia SD. Bahkan mulai bulan Desember pemberian vaksin telah serentak diberikan di wilayah Indonesia.
Pemberian vaksin sebetulnya hal yang biasa, namun menjadi luar biasa ketika mendengar peristiwa akibat yang ditimbulkan pasca pemberian vaksin, ada yang demam, panas, badan lemah, bahkan ada yang justru menjadi sakit.
Sebetulnya pemberian vaksin seperti ini telah biasa dilakukan oleh petugas kesehatan, setiap enam bulan sekali pihak puskesmas selalu datang ke sekolah untuk melakukan imunisasi atau biasa disebut BIAS atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah.Â
Apa bedanya Vaksin dan Imunisasi
Saya kurang begitu memahami hal-hal yang berkenaan dengan istilah kesehatan, namun saya mengutip di laman Alodokter.com tentang perbedaan vaksin dan imunisasi.
Vaksinasi dan imunisasi memiliki makna yang berbeda. Namun, perbedaan vaksinasi dan imunisasi sering diabaikan karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.