Pertama, mengadakan muhasabah (introspeksi diri).
Sebagian besar  masyarakat menganggap tahun baru adalah tahun yang istimewa, tahun yang layak untuk dirayakan. Kita tahu sendiri sebelum pandemi melanda, tahun baru merupakan tahun yang ditunggu oleh kawula muda, pun juga keluarga.
Di kalangan  remaja banyak yang mengagendakan untuk berlibur ke tempat-tempat wisata, berlibur bersama-teman menikmati hiburan di panggung-panggung atau di lapangan, kalau di kampung saya, biasanya ada dangdut atau orkes di lapangan.
Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga biasanya akan mengajak anggota keluarganya pergi ke pantai, untuk berpiknik, menikmati indahnya suasana pantai bersama anak-anak, membawa tikar dan bekal makanan untuk dihidangkan dan disantap bersama keluarga.
Namun seyogyanya di tahun baru ini kita bisa belajar muhasabah diri (menghitung-hitung)amal kita, seberapa banyak kebaikan yang kita amalkan dan seberapa banyak kehilafan yang kita lakukan.
Mampukah kebaikan itu menutupi kekurangan yang pernah kita lakoni, itulah sebaiknya yang kita lakukan, berinstropeksi diri  sebagai individu yang sudah dewasa, karena selalu berinteraksi dengan orang lain.
Kedua, Melakukan hal-hal yang positif.
Untuk menghilangkan penat karena dikejar oleh pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita, maka suatu waktu perlu juga refreshing untuk mencairkan suasana dari kebisingan rutinitas.
Maka suasana liburan adalah salah satu alternative untuk melakukan refreshing, namun pertanyaannya, Apakah harus pada tahun baru? Libur bukan hanya saat tahun baru biasanya kalau pekerja kantor sabtu minggu adalah hari di mana bisa rehat maka, pergunakanlah sebaik mungkin.
Justru saat tahun baru banyak jalanan macet, tempat hiburan dimana-mana digelar, justru tidak menjadikan suasana santai, jalanan macet  malah menjadikan pikiran penat.