Mengakhiri pembelajaran semester satu kali ini, lembaga pendidikan memberikan kesempatan membelajarkan siswa di rumah atau yang biasa dikenal dengan istilah liburan. Hal ini menjadi berita yang menggembirakan bagi siswa.
Entahlah, mengapa liburan sangat menyenangkan bagi anak-anak, padahal sejak Corona mendarat di bumi Indonesia, Maret 2019 yang lalu sudah ada larangan sekolah, mereka cukup belajar di rumah, artinya mereka lebih banyak bermain dari pada belajar.
Setelah Covid melandai, pemerintah menginstruksikan untuk mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas, ini pun belajar di bangku sekolah dibatasi tidak boleh lebih dari dua jam, karena menghindari kerumunan dan lain-lain yang menjadi salah satu usaha pencegahan covid-19.
Nah, melihat kondisi ini berarti para siswa hanya sedikit sekali mempunyai waktu belajar di sekolah, ironisnya, ketika mendengar liburan, mereka sangat antusias menanggapinya.
Setelah sepekan menjalani ulangan semester satu, anak-anak tetap masuk, namun tidak ada jam pelajaran karena waktu digunakan bagi para siswa untuk mengikuti ulangan bagi siswa  yang uzur tidak mengikuti.Â
Saya mengajak mereka membantu mengoreksi dengan membahas kembali soal-soal yang sudah mereka kerjakan selama sepekan.
Mereka dengan antusias mengoreksi karena penasaran ingin mengetahui sejauh mana hasil ujian yang telah mereka kerjakan, tiba-tiba Barja nyeletuk, "Bu, kapan kita liburan?"
Sontak, teman-teman yang lain menyaut, "Ya bu, kapan kita libur, teman-teman saya di lembaga lain sudah libur."
Saya hanya mengernyitkan dahi, dan menjawab, "Lo, kalian kan baru saja libur panjang, dua tahun kalian tidak masuk sekolah, sejak Covid kalian kan belajar di rumah, itu saja yang mau belajar, paling-paling banyak di antara kalian yang bermain."
Jawaban itu membuat suasana kelas menjadi diam, "Iya Bu, biasanya setelah semester kita kan libur." Sahut salah satu siswa di pojok kelas.