Berikut cara menumbuhkan perkembangan mental anak difabel dengan hambatan tunadaksa.
Pertama, tanamkan rasa percaya diri.
Anak difabel adakalanya merasa rendah diri, minder, dan malu dengan keadaan dirinya. Orang tua maupun guru wajib menanamkan rasa percaya diri dengan cara menyampaikan bahwa dibalik apa yang terjadi ada hikmah yang Tuhan persiapkan untuk dirinya.
Dalam buku KBLK di tuliskan, pada usia 8 tahun Agus kecil sempat ditolak untuk bermain sepak bola dilapangan, karena teman-temannya menganggap Agus tidak bisa menendang bola, dia sempat menangis, depresi dengan keadaanya, namun berkat salah satu teman dekatnya, dia dilatih menendang bola setiap ada kesempatan bermain di rumah.
Berkat ketekunannya dia berhasil menumbuhkan rasa percaya diri bahwa tak ada sesuatu yang mustahil dilakukan jika telah mempunyai tekad yang kuat, hingga ahirnya Agus kecil bisa bermain sepak bola dengan teman-temannya di lapangan.Â
Kedua, menciptakan hubungan baik di lingkungan keluarga.
Keluarga adalah bagian dari hidup kita, mereka adalah orang yang paling dekat dalam hidup kita, ayah, ibu, anak adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam nasab.
Terlahir dalam keadaan keterbatasan fisik bukanlah kehendak anak maupun orang tua, namun jika Allah berkehendak semua harus kita terima dengan lapang dan legawa.
Anak dengan hambatan ini harus diterima di lingkungan keluarga, jangan disembunyikan bahkan jangan merasa malu, karena mereka adalah titipan sang pencipta yang kehadirannya telah disiapkan kelebihan dan kekuatannya.
Ayah bunda, juga guru pembimbing khusus harus menerima bahkan menjadi salah satu patner utamanya, karena mereka akan sangat bahagia jika lingkungan keluarga dan segenap warga sekolah menerimanya dengan tulus, tanpa memandang sebelah mata.
Apalagi saat ini pemerintah telah membuka lebar penerimaan PDBK (peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah inklusi yang sudah banyak tersebar di berbagai kota dan desa.