Pada tulisan sebelumnya saya pernah menyampaikan tentang bagaimana kiat-kiat  menjadi guru pembimbing khusus, salah satunya harus mempunyai tiket kesabaran tingkat tinggi.Â
Ketika tiket sabar telah kita kantongi, menghadapi semua jenis karakter anak akan bisa kita layani. Termasuk di dalamnya menjumpai anak dengan hambatan tunalaras.
Memang tidak mudah membimbing peserta didik berkebutuhan khusus, namun demikian jika kesabaran telah melekat dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, guru harus mengedepankan ketulusan dan keihlasan untuk melayani.
Terlahir menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah kehendak mereka, hal ini  menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa mencipta dan memberikan predikat apapun kepada mahluknya, semua ada hikmahnya. Guru menjadi orang tua di sekolah diharapkan dapat melayani mereka dengan kesungguhan hati.
Sebelumnya saya pernah mengulas tentang anak yang diduga mempunyai hambatan autis dan juga anak dengan hambatan tunagrahita.
Kali ini saya mendengar cerita dari rekan guru yang menangani siswa dengan polahnya yang luar biasa, tingkah lakunya tidak seperti usia sebayanya.
Sebut saja namanya Gio, siswa kelas V. Sejak masuk sekolah, Gio selalu bikin ulah, bertengkar dengan  teman sebayanya hampir setiap hari.
Dia sering membuat ulah baik pada teman maupun kepada guru-guru yang ada di lembaga itu. Yang sering membuat jengkel adalah dia suka mengambil barang milik orang lain.
Misalnya tiap hari selalu ada laporan siswa kehilangan sangu dari  Rp 5000,- sampai Rp 20.000,- walaupun ada yang memergoki mengambilnya, namun Gio jago dalam bersilat lidah. Wali kelas dan juga guru-guru yang lain jengkel sekaligus gemes dibuatnya.
Pernah suatu hari Gio berulah setelah pulang sekolah dia beli jajanan di pinggir jalan. Di sebelahnya ada penjual mainan, dengan sengaja dia mengambil mainan kemudian lari kembali ke sekolah dan menyembunyikan mainan di taman sekolah.
Ketika ulahnya diketahui, penjual tadi menemui ibu guru dan menyampaikan bahwa Gio mengambil barang dagangannya.Â
Ibu wali kelas menyampaikan bahwa akan mengembalikan barang dagangannya besuk setelah menemui Gio.
Ternyata ada salah satu teman yang melihat Gio menyembunyikan mainan tadi di semak-semak taman.Â
Siswa tadi melaporkan kepada wali kelas, barang yang disembunyikan ahirnya diambil untuk diberikan kepada penjual mainan.
Keesokan harinya, Gio marah-marah di sekolah karena tidak mendapati mainannya di semak-semak taman. Semua teman-temannya menjadi amukan kemarahannya, bicaranya kasar penuh amarah.
Selain suka mengambil barang milik orang lain, Gio sering bicara kasar, jorok, dan  gampang marah. Makanya banyak teman-temannya menjahuinya terlebih teman-teman  perempuan.
Dari ilustrasi diatas Gio diduga mengalami hambatan tunalaras.
Pengertian TunalarasÂ
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan control sosial.Â
Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal maupun faktor eksternal (Wikipedia).
Menurut T.Sutjihati Somantri, (2007: 139) bahwa anak tunalaras juga sering disebut anak tuna sosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.
Untuk menentukan anak mengalami hambatan sebaiknya guru bekerjasama dengan psikolog mengadakan identifikasi terhadap siswa.Â
Berikut cara mengidentifikasi siswa yang diduga mempunyai hambatan tunalaras dilansir dari Bimtek GPK:
- Sering berbuat asusila
- Sering berkelahi
- Sering membolos
- Sering bicara cabul
- Sering mencuri
- Kecanduan minuman keras /alkohol/ zat adiktif lainnya
- Mudah terpancing emosinya /mudah marah
- Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu
- Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum
Jika bapak/ibu menjumpai siswa dengan perilaku tersebut di atas sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini:
Pertama, membiasakan pendekatan religius
Pendekatan relegius sangat dianjurkan untuk menangani siswa yang diduga mengalami hambatan tunalaras.Â
Perilakunya cenderung melanggar norma susila dan sosial di lingkungan terdekatnya. Seperti  yang  dilakukan Gio, sering mengambil milik orang lain.
Guru harus selalu memberi pengertian tentang bagaimana hukumnya seseorang yang mengambil milik oramng lain, sesuatu yang dimakan dengan jalan yang tidak baik akan menjadikan madharat untuk dirinya.
Nilai agama harus ditanamkan dalam kehidupannya, sebagai kontrol perilakunya yang merugikan orang lain.Â
Barang siapa berbuat baik dia akan menuai kebaikan dan barang siapa yang melakukan kejahatan sebesar biji pun pasti akan berbalas. Diharapkan Gio memahami kaidah agama seperti ini.
Kedua, memberikan batasan yang boleh dan yang tidak boleh
Mendampingi siswa tunalaras harus dengan dua pilihan, boleh dan tidak boleh. Ada beberapa cara untuk membatasi perilakunya, bisa juga dibuatkan daftar pekerjaan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Ini penting untuk mereka, supaya mereka dapat menyesuaikan perilakunya. Contoh:Â
- Mengambil milik orang lain (tidak boleh)
- Membagi jajanan dengan teman (boleh)
- Memukul teman (tidak boleh)
- Menolong teman ketika jatuh(boleh)
Ketiga, menerapkan pola kasih sayang dan perhatian
Hal yang harus dimiliki oleh guru pembimbing khusus dan juga orang tua adalah memiliki kasih sayang dan perhatian yang lebih terhadap anak berkebutuhan khusus.
Menerapkan pola kasih sayang harus dilakukan dengan tulus, mereka membutuhkan perhatian dari orang-orang terdekat.Â
Jika mereka dihargai dan diperhatikan, mereka akan merasa keberadaannya dibutuhkan dalam keluarga dan lingkungannya. Â
Keempat, memberikan ruang untuk berkembang
Menumbuhkan sikap tanggungjawab pada siswa tunalaras dengan memberikan ruang untuk berkembang. Guru dan orang tua harus memahami dulu, apa yang mereka inginkan, dengan begitu guru akan mudah mengarahkan.
Jika telah menemukan buruannya, maka akan mudah membidiknya, jika telah ketemu caranya akan mudah mengaplikasikannya.Â
Jika telah mengetahui apa yang dibutuhkan anak tunalaras akan mudah bagi kita untuk mendampinginya.
Bapak dan ibu, mari dampingi anak-anak kita dengan memberikan ruang untuk berkembang ke arah yang lebih baik.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Sumber: Dosenpsikolog.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H