Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cara Mengenali Siswa Lamban Belajar (Slow Learner)

24 November 2021   10:48 Diperbarui: 25 November 2021   07:43 2795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan sebelumnya saya pernah menyampaikan tentang bagaimana mengenali siswa dengan hambatan autis. Kali ini saya akan menuliskan tentang bagaimana mengenali siswa yang diduga lamban belajar atau slow learner.

Di dalam lembaga pendidikan ada kalanya kita menjumpai peserta didik yang mempunyai hambatan intelektual dalam belajar, hal tersebut sangat wajar terjadi karena tidak mungkin semua siswa mempunyai kemampuan kognitif yang sama. 

Guru mempunyai tugas membimbing dan mengajar di kelas harus mempunyai trik-trik yang dapat membantu siswa supaya dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Seperti pengalaman saya. Saat ini menjadi guru kelas 5 di salah satu sekolah dasar negeri di pelosok desa di Jawa Timur. Satu diantara siswa saya ada yang tidak bisa membaca, sebut saja namanya Yeyen. 

Dia sulit menerima pelajaran, jika diterangkan beberapa kali tetap saja dia tidak memahaminya. Jika diberi tugas sering lambat menyelesaikannya dengan hasil yang selalu rendah.

Sebagai guru sudah lumrah kalau kita terkadang mengeluh atau sambat. Rasanya semua metode sudah saya lakukan, namun kenyataannya hasil yang dicapai belum sesuai harapan. 

Menjadi ingat dawuh Gus Baha' dalam Youtube-nya yang sering saya simak, "sing penting mulang, dene pinter lan bodo kui dudu urusane guru", kurang lebih begini maksudnya: "Guru tidak usah mengharapkan muridnya pintar, karena yang menjadikan murid pintar dan tidak pintar adalah Tuhan Allah Yang maha Esa."

Namun demikian wajar jika kita sebagai guru berharap peserta didik yang kita bimbing menjadi anak-anak yang cerdas baik kognitif maupun sikapnya. Mungkin karena tuntutan tercapainya kompetensi dasar yang harus dipenuhi juga karena berharap semua siswanya tuntas dalam pembelajaran.

Harus diingat bahwa tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan yang sama. Mereka mempunyai potensi yang bisa diasah selama belajar. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan siswa, sebagai guru dan orangtua, kita wajib mendidik dan mengajarkan materi juga keterampilan agar mereka menjadi pribadi yang berkarakter sehingga dapat mengubah sikapnya menjadi lebih baik. 

Sebagai guru harus tetap mengedepankan kesabaran dan ketelatenan. Menjadi guru pembimbing khusus yang pernah saya bahas ada artikel sebelumnya, harus bisa mendampingi dan melayani peserta didik yang istimewa. Mereka perlu bimbingan dan layanan dengan tulus dari lingkungan terdekatnya.

Berikut cara mengidentifikasi siswa lamban belajar atau slow learner (sumber dari identifikasi anak pada bimtek GPK, 2021)

  • Siswa pernah tidak naik kelas
  • Daya tangkap terhadap pelajaran lambat
  • Sering lambat dalam menyelessaikan tugas-tugas akademik
  • Rata-rata prestasi belajar selalu rendah
  • Bisa membaca huruf namun gagal membaca kata
  • Memahami perintah setelah diulang-ulang

Pengertian siswa lamban belajar (Slow Lowner)

Anak lamban belajar adalah siswa yang lamban dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding siswa lainnya yang memiliki taraf intelektual yang sama. Hal ini dikarenakan ada faktor tertentu yang memengaruhinya.( berita madani.com)

Anak yang mengalami lamban belajar bisa terjadi karena faktor keturunan atau lingkungan yang tidak mendukung, bisa juga karena trauma atas kejadian yang pernah dialaminya. Menangani siswa yang yang diduga lamban belajar membutuhkan ketelatenan dan menguji kesabaran guru.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam menangani siswa yang diduga lamban belajar antara lain sebagai berikut:

ilustrasi gambar.kajianpustaka.com
ilustrasi gambar.kajianpustaka.com

Pertama, melakukan pendekatan personal

Menangani siswa lamban belajar kita harus melakukan pendekatan secara individu, bisa melalui dialog dengan memberikannya pertanyaan-pertanyaan seputar keluarganya atau hal-hal yang menjadikannya sulit menerima materi pelajaran.

Seperti yang telah saya lakukan terhadap Yeyen, saya menanyakan tentang anggota keluarganya. Dia bercerita kalau dalam satu rumah dihuni oleh 8 anggota keluarga. Bapak dan ibunya, tiga saudaranya, kakek dan neneknya,serta satu saudara ayahnya.

Ayahnya bekerja sebagai sopir, kakeknya terkena stroke, ibunya menjadi buruh rumah tangga bagi yang mau menyewa jasanya. Kakak Yeyen sekolah di SMP, sedang adiknya masih di taman kanak-kanak.

Jika saya tanyakan apakah di rumah pernah belajar didampingi ibunya, dia akan menjawab, "Tidak", karena ibunya ngopeni kakeknya yang sakit juga adiknya.

Saya bisa memahami keadaan keluarganya, selama ini Yeyen tidak ada yang mendampingi belajar sejak dari kelas satu, sehingga jika di kelas 5 dia belum bisa membaca, saya memakluminya. Apalagi selama pandemi pemerintah melarang pembelajaran tatap muka.

Setelah mendengar keluhan mereka kita akan bijaksana dalam bersikap, melayani mereka dengan kesabaran dan ketulusan sehingga mereka tidak merasa diabaikan.

Kedua, hindari memberi tugas yang sulit dan panjang.

Memberikan tugas pada siswa yang lamban belajar harus berbeda. Contohnya guru memberikan muatan pelajaran Bahasa Indonesia dengan indikator berbeda agar ketuntasan belajar tercapai.

Jika untuk siswa regular guru memberikan tugas untuk mencari ide pokok dalam paragraf, maka untuk siswa yang lamban belajar cukup memberikan tugas menyalin paragraf pendek yang sesuai dengan tema yang dipelajari.

Jika siswa regular mampu membaca dan memahami teks bacaan dalam cerita, sebaliknya siswa yang lamban belajar belum bisa membaca, maka cukup siswa tersebut diberi tugas menyalin teks singkat dalam paragraf.

Ketiga, mengajak siswa aktif berpartisipasi

Siswa yang mempunyai hambatan lamban belajar cenderung pasif dan minder, karena dia merasa tidak mampu memahami dan menguasai materi yang diberikan guru. Maka sebaiknya ajak untuk bergabung dalam diskusi kelompok, tanamkan sklill untuk bercerita maupun aktif bicara diantara teman dalam kelompok.

Menanamkan kepercayaan diri pada siswa agar mau bertanya hal-hal yang menjadi kesulitan belajarnya, hal ini melatih siswa agar dapat diterima oleh teman sebayanya.

Keempat, menjadi pahlawan untuk anak

Orangtua maupun guru harus mau berjuang dan memperjuangkan ikhtiar yang maksimal, artinya guru harus mengulang-ulang materi yang disampaikan sehingga anak bisa mengerti. Ini membutuhkan kesabaran bahkan sedikit akan merasa frustasi untuk menemukan cara terbaik mengajari anak.

Jika formula terbaik sudah ditemukan, maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia. Disinilah kita akan menjadi pahlawan untuk anak-anak kita.

Kelima, memberikan apresiasi 

Memberikan reward terhadap siswa lamban belajar harus selalu dilakukan, agar mereka merasa dihargai. Hal ini perlu dilakukan orangtua maupun guru untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Hal-hal kecil yang menjadi capaiannya harus menjadi perhatian kita, misalnya dngan mengucapkan:

 "Alhamdulillah, tulisanmu bagus, Nak."

"Wah, luar biasa, kamu hebat, sudah bisa melakukan dengan baik."

Dan sebagianya, kalimat-kalimat yang penuh perhatian tersebut akan memotivasi siswa untuk selalu berusaha belajar tanpa merasa terbebani.

Bapak dan Ibu, mari dampingi anak-anak yang lamban belajar, mereka memerlukan kita untuk terus menerus mengulang hingga kita mengetahui formula apa yang dia butuhkan, jadilah pahlawan untuk anak-anak kita.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Sumber: globllprestasi.sch.id, beritamadani.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun