Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Metode Pembelajaran "Contextual Teaching Learning", Solusi bagi Siswa yang Kurang Mengerti Nilai-nilai Pancasila

11 Oktober 2021   10:06 Diperbarui: 11 Oktober 2021   12:06 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi upaya melekatkan nilai-nilai Pancasila sejak kanak-kanak di wilayah Yogyakarta beberapa waktu lalu.(KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Saat ini Mas Menteri Nadiem Makarim telah menggagas merdeka belajar, salah satu dari tujuan merdeka belajar adalah mencetak profil pelajar pancasila. 

Tentu Mas menteri mempunyai harapan besar terhadap pelajar Indonesia, agar pancasila menjadi sendi-sendi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga dalam dunia pendidikan.

Hal tersebut mendapat tanggapan positif dari semua elemen masyarakat utamanya warga pendidik dalam hal ini guru. 

Saya, misalnya, sependapat dengan gagasan yang brilyan tersebut, penanaman pancasila harus kembali didengungkan juga ditanamkan sedini mungkin terhadap warga sekolah, utamanya pada peserta didik yang ahir-ahir ini tergerus oleh teknologi yang semakin canggih, yang tidak sepenuhnya berkiblat pada pancasila sebagai falsafah negara.

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia harus menjadi sum-sum dalam dinamika kehidupan baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. 

Pancasila harus diamalkan dalam perilaku budaya sehari-hari sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Menjadi pengalaman saya hari ini, ketika menyampaikan materi pembelajaran Tema 1 di kelas V tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

Hari itu, bel sekolah berbunyi, sebelum masuk tiba-tiba Fani jatuh di depan pintu kelas, dia siswa kelas 1. Salah satu murid kelas 5 menolongnya, sebut saja namanya Fata.

Dengan cepat Fata berlari menolong Fani, ada luka berdarah di bagian lututnya, Fata membawanya ke kantor dan meminta obat merah. 

Saya berada di kantor segera mengambil dan mengoleskan luka di lutut Fani, setelah itu Fata meminta izin masuk kelas.

Beberapa saat kemudian, Fani pun minta izin, karena hanya luka ringan, saya antar ke ruang kelas satu untuk mengikuti pembelajaran bersama teman-temannya.

Segera saya masuk kelas V, menyampaikan materi pembelajaran tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

"Anak-anak, hari ini bu guru akan menyampaikan materi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, adakah kalian tahu apa saja yang mencerminkan nilai-nilai pancasila?"

Anak-anak terdiam, berpikir lama untuk menjawab pertanyaan yang saya sampaikan. Mereka masih mencari alternatif jawaban yang tepat.

"Anak-anak, tanpa kalian sadari sebetulnya kalian telah melaksanakan nilai-nilai pancasila yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang baru saja bu guru lihat tadi, Fata telah menolong Fani. Ketika Fani Jatuh di depan kelas, Fata telah mengamalkan sila kedua, yaitu kemanusian yang adil dan beradab". Terangku di depan kelas.

Dari ilustrasi di atas saya menjatuhkan pilihan untuk menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pengertian metode pembelajaran CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultur).

Dalam hal ini metode pembelajaran CTL dapat diterapkan dalam pembelajaran sosial kebudayaan, dengan memberikan pengalaman belajar siswa sebagai wujud dari sila-sila yang terkandung dalam pancasila.

Adapun langkah-langkah yang saya terapkan sebagai berikut:

Ilustrasi menanam nilai pancasila | Sumber gambar dari Kumparan.com
Ilustrasi menanam nilai pancasila | Sumber gambar dari Kumparan.com

Pertama, mengenalkan tentang pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia.

Dalam bernegara terdapat dasar atau pijakan yang menjadi landasan dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa. 

Indonesia terkenal dengan masyarakat yang religius, menentukan pilihan dasar negara, yaitu pancasila. 

Di dalamnya ada lima sila yang harus dipahami oleh semua warga masyarakat, tak terkecuali seluruh pelajar Indonesia.

Senada dengan anjuran pemerintah dalam hal ini kemendikbud Mas Nadiem Makarim, diharapkan adanya merdeka belajar dapat mencetak generasi bangsa menjadi pelajar pancasila, yang memahami arti pancasila dalam role kehidupannya.

Kedua, menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Sila pertama dari pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa, diharapkan anak-anak mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan kita, dan menciptakan seluruh alam raya ini.

Mempercayai adanya Tuhan menjadi salah satu bentuk iman kita. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing, juga tidak merendahkan satu dengan yang lain. Agama juga mengatur segala sendi perilaku kehidupan masyarakat.

Mengormati dan tidak memandang rendah teman yang tidak seagama adalah bukti bahwa kita telah mengamalkan pancasila sila pertama.

Ketiga, nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Seperti yang dilakukan Fata, menolong Fani yang jatuh di depan kelas adalah cerminan dari sila kedua pancasila. 

Diharapkan anak-anak juga dapat mengamalkan sila ini dalam bentuk yang lain, seperti membantu teman yang sedang kesusahan, berbagi makanan dengan teman yang tidak punya uang jajan, mengunjungi teman yang sedang sakit dan lain sebagianya

Keempat, nilai persatuan Indonesia.

"Anak-anak, sudahkah kalian bermain dalam kelompok?"

Dalam permainan kelompok kita harus saling mematuhi aturan main, salah satunya harus kompak, dan bersama-sama mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan harus bersatu dan tidak boleh bercerai-berai.

Begitu juga dalam bermasyarakat kita harus saling menghormati. Jika ada tetangga yang kesusahan kita harus membantu. 

Biasanya dalam bertetangga ada kegiatan gotong royong, misalnya membersihkan selokan di lingkungan RT, ataupun kegiatan kerja bakti lainnya, sebaiknya anak-anak harus aktif mengikutinya. Saling membantu dan kompak bertetangga mencerminkan sila ketiga Pancasila.

Kelima, nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Ketika kita memasuki tahun ajaran baru, anak-anak mengadakan pemilihan ketua kelas, memilih calon ketua kelas berdasarkan permusyawaratan adalah bentuk dari pengamalan sila ke empat.

Demikian juga ketika kalian di rumah, saling melibatkan bapak, ibu dan anggota keluarga dalam bermusyawarah mencerminkan pengamalan dari pancasila.

Keenam, nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menjaga keharmonisan dalam berteman merupakan hal baik yang harus dilakukan oleh semua siswa, tidak pilih-pilih dalam berteman, menganggap semua teman adalah sama. Hal ini sangat dianjurkan oleh agama, saling menjaga dan menghormati agar tercipta kerukunan antar warga sekolah.

Bapak dan ibu, mari kita bimbing anak-anak untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar mereka memahami pentingnya falsafah hidup dalam berbangsa dan berbegara.

Salam bahagia, semoga bermanfaat.

Sumber bacaan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun