Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Home Visit dengan Metode Kooperatif, Solusi Pembelajaran di Tengah Pandemi

30 September 2021   08:23 Diperbarui: 30 September 2021   21:02 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar, diambil dari mediacerah.com

Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada problematika yang serius, adanya pandemi yang belum berujung, menjadikan beberapa kebijakan dari pemerintah sering berubah-ubah, terutama dari pemerintah kabupaten.

Hari ini boleh tatap muka, namun esok harinya ada surat pemberitahuan larangan tatap muka. Hal ini terjadi karena kondisi Covid -19 penularannya berubah-ubah. Kadang level 1 namun tiba-tiba saja menjadi level 3.

Harus diakui keresahan orangtua mulai tampak, ketika kebijakan pemerintah mengganti pembelajaran tatap muka dengan daring. timbul permasalahan yang dihadapi, baik oleh siswa maupun orangtua. 

Kebiasaan belajar tatap muka atau luring sudah dilakukan sejam zaman nenek moyang, tanpa ada kendala apapun, namun sejak adanya pandemi ini, dunia pendidikan dibuat mati gaya.

Semua warga sekolah menjadi tersungkur dan terjerat oleh keadaan dimana tidak punya keberdayaan untuk mengambil sikap. Nah, saat itulah pemerintah dalam hal ini Kemendikbud mencanangkan untuk membuka kelas secara daring.

Pengertian Daring

Jika dilihat dari KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim dalam jaringan. Terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Dilansir dari berbagai sumber, guru, dosen, siswa dan mahasiswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring, termasuk saat pemberian tugas.

Dengan kata lain pembelajaran daring adalah model pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System, seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan daring, sistem pembelajaran luring merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka. Menurut KBBI Kemendikbud, luring adalah akronim dari luar jaringan, terputus dari jejearing internet, misalnya saat sisiwa dan mahasisiwa belajar melalui buku pegangan siswa atau mahasiswa dan tenanga pengajar (dari laman Yahoo Berita, 21 mei 2021)

Menjadi seorang guru di daerah terpencil sangat terasa dengan kebijakan pemerintah yang melarang pembelajaran dari luring ke daring. Masalah pertama, di daerah tempat saya mengajar tidak ada jaringan internet, maklum saja daerah di pinggiran hutan tidak ada jejaring internet, kalaupun ada timbul tenggelam.

Kedua, masyarakat di pedesaan dan terpencil sebagian besar mereka kurang percaya adanya corona, jadi mereka berasumsi bahwa mereka dilarang sekolah sebagai bentuk penjajah seperti zaman kolonial, zaman dahulu hanya orang-orang bangsawan yang boleh sekolah.

Bukan tanpa alasan mereka beranggapan seperti itu, toh sampai saat itu, penduduk yang ada di sekitar tidak ada yang terpapar corona. Namun, dengan berjalannya waktu mereka mulai mempercayai karena melihat berita di televisi yang menayangkan kasus kematian di beberapa daerah akibat terpapar virus corona.

Dua tahun lalu, saya adalah guru kelas 4 di SDN Rayung IV kecamatan Senori, layaknya di sekolah-sekolah lain karena aturan kepala sekolah menyampaikan pembelajaran secara daring, bagi kami rekan-rekan guru menyambutnya dengan baik, artinya walaupun tidak tatap muka namun pembelajaran tetap berjalan walaupun dengan daring.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita akan menjalankan pembelajaran, sedang daerah tempat kami mengajar terkendala dengan signal.

Setelah menganalisa apa yang terjadi di lapangan, kami para guru dan kepala sekolah sepakat untuk mengadakan pembelajaran home visit dengan metode pembelajaran kooperatif, walaupun demikian tetap menerapkan protokol kesehatan.

Home Visit dengan Metode Pembelajaran Kooperatif.

Home visit adalah program sekolah yang dilaksanakan dengan cara para guru mengunjungi tempat tinggal siswa untuk memberikan pembelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik.

Adanya pandemi yang berkepanjangan sebagian besar lembaga pendidikan menggunakan pembelajaran home visit, termasuk di lembaga saya SDN Rayung IV. Dalam pembelajaran tersebut, saya menggunakan metode pembelajaran kooperatif.

Menurut Warsono & Hariyanto (2014:161) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Saya merasakan betapa di zaman modern yang serba global dan bebas ini tiba-tiba dalam menjalani dunia pendidikan harus sembunyi-sembunyi dari aparat kepolisian. 

Suatu hari, pernah terjadi di satu lembaga Taman-Kanak-Kanak yang dekat dengan sekolah, tiba-tiba dibubarkan dengan tertib, dengan alasan tidak boleh mengadakan pembelajaran tatap muka. Di sisi lain guru- guru TK berasumsi tidak mungkin pembelajaran secara daring terhadap anak usia TK.

Melihat fenomena yang tak lazim seperti ini, akhirnya saya menentukan pilihan untuk menggunakan pembelajaran home visit dengan metode kooperatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Suasana belajar, diambil dari mediacerah.com
Suasana belajar, diambil dari mediacerah.com

Pertama, menyampaikan tujuan pembelajaran.

Belajar merupakan kewajiban, terutama pada anak usia SD. Karena kewajiban, maka apapun situasi dan kondisinya harus tetap melaksanakan pembelajaran. Namun, karena situasi negara kita dalam keadaan pandemi Covid-19, maka pemerintah mewajibkan untuk pembelajaran lewat daring atau dalam jaringan.

Demi terlaksananya pembelajaran dan mematuhi aturan pemerintah maka sekolah mengambil kebijakan tetap melaksanakan pembelajaran dengan home visit atau kunjungan rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini disambut baik dan antusias yang tinggi baik dari siswa maupun orangtua.

Kedua, mengatur siswa menjadi kelompok belajar.

Di kelas saya terdapat 18 siswa, saya bagi menjadi 3 kelompok, satu kelompok di isi oleh 6 orang. Saya jadwalkan setiap hari senin dan kamis saya menyusuri rumah yang telah disepakti untuk ditempati.

Untuk satu hari saya bisa berkunjung ke tiga tempat. Satu minggu kami bertemu dua kali untuk membahas materi pelajaran.

Ketiga, membimbing kelompok belajar.

Adanya kelompok belajar, memudahkan guru dan siswa berinteraksi, Kesulitan dalam pembelajaran dapat dipecahkan bersama. Banyak keuntungan yang didapatkan, salah satunya bagi siswa yang lambat belajar akan lebih mudah memahami materi, karena dibantu dengan teman satu kelompok.

Guru akan menjadi intens dalam membimbing, karena jumlah yang sedikit memudahkan kita untuk meyampaikan materi dan memetakan kemampuan siswa.

Keempat, mengadakan evaluasi

Evaluasi wajib dilakukan guru untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi, Hal ini bisa dilakukan pada saat pembelajaran selesai, namun selama masa pandemi, evaluasi dilakukan dengan memberinya pekerjaan rumah.

Hal ini saya lakukan karena durasi belajar tatap muka hanya dua jam pelajaran x 20 menit. Waktu yang sesingkat itu saya gunakan untuk membahas materi dengan berdiskusi bersama.

Kelima, memotivasi siswa untuk semangat belajar.

Pandemi yang berkepanjangan dapat memengaruhi daya belajar siswa menurun. Dilarangnya tatap muka menjadikan siswa malas belajar. Hal ini dirasakan orangtua siswa, beberapa kali mereka mendatangi sekolah menginginkan pembelajaran normal segera dimulai.

Mereka sering mengeluhkan bahwa anak-anak bermalas-malasan di rumah, seharian berada di depan TV dan bergerombol di warung-warung yang menyediakan jasa internet. Pun juga bagi orangtua yang mempunyai ponsel, mereka bisa berjam-jam asyik dengan ponselnya.

Di sinilah guru berperan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar mereka tetap semangat belajar walaupun di tengah pandemi.

Manfaat dari Home Visit

Banyak manfaat yang saya dapatkan dari home visit, pertama, lebih mengenal orangtua siswa, terutama yang menjadi tempat belajar mereka. 

Kedua, menambah jalinan siaturahmi dan komunikasi yang baik, karena rumah mereka berdekatan, kita sering bertemu dengan wali murid. 

Ketiga, anak-anak merasa lebih diperhatikan karena berinteraksi langsung.

Pembelajaran home visit menjadi alternatif pembelajaran di saat pandemi belum berakhir. Mari dampingi siswa-siswi kita dalam belajar, jangan pernah menyerah dengan kondisi pandemi, semangat belajar menanamkan kebajikan untuk mereka para generasi tunas bangsa. Semoga lelah kita menjadi lillah.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun