1. Substansi dan Sembilan Kategori Aristotle:Â
Upaya untuk memahami segala sesuatu yang "ada" berdasarkan konstruksi pemikiran Aristoteles maka akan diuraikan berupa Substansi Sembilan Kategori Aristotles, dimana pokoknya adlah substansi dan sembilan lainnya ialah aksidensi
a. Substansi (Essence):Â yaitu hakekat yang berdiri sendiri seperti halnya manusia, hewan dan pohon. Dalam hal konteks audit investigasi, didalam menjalankan audit maka seorang auditor harus memahami substansi dari sebuah transaksi maupun sampai dengan flow bisnis proses perusahaan yang diaudit, apabila sebuah makna transaksi berkaitan dengan pajak, maka perlu di pertimbangkannya apakah lingkup nya menjadi substance over form, dimana biasanya dipajak lebih mementingkan substansi dari pada bentuknya itu sendiri, contoh seperti sebuah transaksi digunakan untuk menghindari pajak namun dibuat dengan bentuk agar terlihat lebih legal dan formal.
b. Kuantitas (Quantity):Â pengertian yang bisa dinyatakan dalam satuan ukuran, dalam hal proses audit, kuantitas biasanya diperlukan untuk penentuan berapa banyak sample yang akan digunakan oleh auditor dalam menguji laporan yang sedang diaudit.
c. Kualitas (Quality): Menunjukkan lebih kepada sifat, maka saat melakukan audit, seorang auditor harus memastikan kualitas dari data yang diberikan oleh perusahaan agar uji validity nya lebih andal.
d. Hubungan (Relation):Â Menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan dengan yang lainnya, auditor harus mampu mengaitkan satu transaksi yang dianggap memiliki masalah apakah akan berdampak terhadap transaksi yang lainnya sehingga hal tersebut menjadi material dan perlu pertimbangan lebih lanjut oleh perusahaan dalam menanganinya.
e. Waktu (Time):Â Menunjukkan kapan atau seberapa jumlah waktu yang ada, biasanya auditor perlu memperhatikan waktu dalam proses audit terkait proses audit yang tidak memungkinkan auditor mengecek keseluruhan transaksi perusahaan, oleh karena itu adanya uji petik atau smapling dalam teknik investigasi dan audit.
f. Tempat (Place): Menunjukkan posisi atau bagaimana "ada" itu berada pada tempatnya, seorang auditor harus mampu menempatkan sebuah temuan untuk selanjutnya di uji lebih lanjut, atau adanya penempatan transaksi yang tidak sesuai mengakibatkan laporan keuangan perusahaan menjadi tidak valid.
g. Keadaan (Condition):Â Dimana keberadaan dari dapat dibandingkan dengan keberadaannya yang lain, auditor harus melakukan uji validitas berdasarkan keadaan perusahaan yang sedang diaudit, dalam hal ini seperti apakah perusahaan sedang mengalami kerugian maka auditor harus memastikan apakah kerugian tersebut didasari oleh informasi serta yang pasti dan dapat dibuktikan keadaan serta kebenarannya.