Mohon tunggu...
Fajrin Al Khomsa
Fajrin Al Khomsa Mohon Tunggu... -

Seorang Indonesia yang menolak dijajah dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Prabowo: But I Can't Be Your Peon!

4 Januari 2019   15:57 Diperbarui: 4 Januari 2019   16:18 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cita- cita saya adalah melihat Indonesia bangkit jadi bangsa yang kuat dan terhormat. Bangkit jadi macan Asia. Bangkit jadi bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain karena rakyat nya hidup sejahtera.

Benarkah kita akan baru disegani bangsa-bangsa lain  jika rakyat nya sejahtera?
Faktanya bangsa yang kere tidak akan diangap. Pastilah kita semua setuju. Bilapun dapat pengakuan ialah sebagai peliharaan. Dipelihara sebagai pasar untuk bangsa-bangsa yang tidak menghedaki kita menjadi kuat dan berdaulat, bangsa yang butuh tempat jualan dan pasarnya harus loyal dengan tetap di peras.

Tapi kita masih santai, alam masih bermurah hati. Kita masih bisa makan kan. Kita
kalo sakit masih bisa berobat dengan layak kan. Mau sekolah kan juga masih bisa. Tol juga mahal kita masih bisa lewat. Masih punya kerjaan ini, masih bisa beli yang dimau. Masih bisa jalan-jalan, masih bisa seru-seruan dengan teman-teman. Lagi ada diskon brand-brand bagus masih bisa berburu, masih bisa lah ikut trend, masih bisa jadi orang-orang modern yang punya tempat. So buat apa pusing? Masih aman lah. Masih sanggup.

Tapi apa begitu cara berbangsa, bernegara? Apa kita tidak punya tanggung jawab ikut memikirkan mereka yang tidak senyaman kita?

Terlebih kita yang sudah enak hari-hari menikmati fasilitas negara. Kalau kata Ian di 5cm diatas puncak Mahameru, dari lahir gua disini, gua make tanah nya, minum air nya, masa gua ga ada terima kasih nya. Maka saya bangga setelah tau ga cuma Ian yang secangih itu mikirnya, banyak anak muda juga memilih jalan yang sama.

Saya mau jadi bagian dari mereka itu. Untuk berterimakasih. Karena cinta. Karena bangga. Juga karena merasa menumpang di tanah kita sendiri. Juga karena melihat banyak rongga penyakit ditubuh bangsa dan negara ini.

Ok saya pikir sekarang gini. Kapan ya kita bisa disegani itu? Aku jawab sendiri deh, ya kalau kita udah sejahtera itu. Caranya? Saya jawab sendiri lagi ni... dengan berhenti dirampok.

Loot a house on fire. Rampoklah rumah yang terbakar. (Tony Cho took a change to help prince of Hongnong's Throne). Saat sebuah negara mengalami konflik internal , terjangkit penyakit, kelaparan, merajalelanya kejahatan, demokrasi di jual beli, penguasa terjangkit virus setir aparat dan korupsi, maka dia tidak akan kuat menghadapi ancaman dari luar. Inilah waktunya untuk menyerang. Saat musuh berada dititik terlemahnya, seranglah tanpa ampun dan hancurkan agar tidak ada masalah dikemudian hari.

Kita sebagai bangsa dan negara sudah dalam fase itu. Sebagai keluarga besar nusantara sedang di bikin cekcok, dibikin kacau, saling tuding. Demokrasi kita sudah dibeli. Dihantam dengan kekuatan uang. Maka berita kejahatan dan korupsi bukan hal yang bikin kita kaget lagi, udah ga tabu lagi, udah biasa. Dengan membeli demokrasi dan mencetak para elit yang terpilih dengan pasokan modal dari mereka maka si penjahat yang jeli melihat pekuang ini dengan leluasa merampok dan menguras kaya nya alam kita habis-habisan.

You know, bahwa suatu negara selalu ingin mendapat kondisi yang lebih baik diluar batas negaranya, untuk mempertahankan keberlangsungan negaranya. Maka tercipta hubungan dengan negara lain. Ada negara yang bersifat ekspansif karena kebutuhan yang sangat besar dan tidak dapat mengandalkan kekayaannya sendiri. The strong will do what they can, the weak will suffer what they must. Jadinya ya gitu, kalau kita bangsa mundur yang berlindung dibalik nyamannya gelar bangsa berkembang tidak akan ada kesetaraan kekuatan untuk bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. 

Ya kalau ga maju ya mundur gitu lho. Jangan bicara keadilan bila tidak ada kesetaraan kekuatan. Jangan tuntut bangsa lain untuk fair dengan kita kalau kita ga kuat. Apalagi kepada bangsa yang ekspansif tadi. Posisi strategis kita mengimplikasikan banyak banget yang merasa kurang nyaman dengan kepantingan negara mereka dan potensi kita secara ekonomi adalah ancaman bagi mereka. Maka disitulah dibuat sedemikian rupa agar selalu "bersahabat" dengan kepentingan mereka. Sederhananya keleluasaan mereka untuk mondar-mandir di nusantara ini.

Pesan-pesan seperti ini selalu dikumandangkan oleh mereka yang hatinya benar dan sungguh peduli dengan negara ini. Tapi apa mereka didengar? Terlebih oleh elit kita yang berkuasa itu!

Mereka malah ditertawakan. Heboh sekali. Salah satunya adalah pak Prabowo yang mengingatkan dengan bilang 2030 negara kita tersayang ini akan bubar. Bukan lucu-lucuan guys. Soal bubar nya negara kita ini, pak Rizal Ramli  salah satu pakar ekonomi kita, juga senada. Kata beliau itu bukan dongeng, benar terjadi, soviet saja yang begitu kuat tapi dipimpin gorbachev yang lemah, bubar. Tidak harus nunggu 2030 malah kata beliau kalau isu agama terus kita gendangkan terus akhirnya pecah ini bangsa.  Karena Indonesia ini kaya sekali dengan sumber daya alam, kepemimpinan lemah apa saja bisa terjadi.

See... kayak yang dibilang pak Prabowo 'net out flow of national wealth'. Dirampok gila-gilaan, jadi kalau kita gini terus gampang banget digegerkan sebagai sebuah keluarga dalam kesatuan Republik Indonesia maka jadi miskin dan bubar.

Cita-cita yang aku tulis dikalimat pertama ditulisan ini adalah cita-cita kita semuakan, sama dengan beliau yang menulis cita-cita itu di halaman kedua lembar pertama buku tentang syiar kebangsaan. Beliau pak Prabowo, yang semangatnya bikin saya minder sebagai anak muda. Jadi semacam  tambahan nyawa untuk anak muda yang masih ingin menikmati indahnya dunia ini. Gimana tidak beliau pernah bilang, kita harus punya jiwa kepahlawanan, menurut beliau kepahlawanan baru akan berhenti hanya oleh kematian. 

Aku liat itu sih, mulai dari memutuskan jadi tentara sejak muda dan hingga kini beliau belum istirahat. Terus maju walau dengan resiko ditertawakan, difitnah, namanya dirusak. Oleh siapa? Oleh orang-orang yang takut dengan jalan politik yang beliau pilih apalagi kegigihan beliau untuk mengajak semua orang ikut serta kembali pada cita-cita para pendiri bangsa. Kalau kita satu kita tak akan bisa dikalahkan.

Bangsa in terlalu besar dan berharga untuk dipimpin orang yang rela jadi kacung, cuma buat bahan lucu-lucuan. Mau tidak mau kita harus terima kalau kita sekarang sedang jadi bahan tertawaan. Seperti soal "I don't read what I sign". Mungkin sebagian akan mengagap ini lebay, tapi ya sayamalunya minta ampun. Sampai masuk akun komedi ala Dagelan kelas Internasional,9gag . Yang bener kalau pemimpin itu tegas dalam sikap dan prinsip, ''I want be your friend. I want be your partner, but I can not be your peon'', Prabowo Subianto.  Kok harus? Karena kita diincer, jadi harus kuat, jadi harus cerdas, jangan memble. Agar kita benar-benar merdeka. Kalau kata Rocky Gerung, kita merdeka supaya tidak jadi petugas.

Dan tulisan aku kali ini bakal saya tutup dengan:
Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Mari kita wujudkan Indonesia yang bersih, kuat, aman, bermartabat dan berdikari. (LETJEN TNI (PURN) Prabowo Subianto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun