Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guyonan Siang Bapak, Ibu, dan Anak

26 Agustus 2020   15:13 Diperbarui: 26 Agustus 2020   15:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di siang hari, di bawah kolong jembatan, di dalam rumah petak 1 berukuran sangat sempit sekali, yang depan, belakang, samping kiri dan kanan rumahnya hanya berdindingkan triplek kayu, ada bapak, ibu dan anaknya sedang berselonjor kaki memandangi atap rumah mereka. Bapak mengibaskan kipas anyaman berkali-kali diatas muka dan ketiaknya. Ibu dengan gaya tidurnya yang menyamping berusaha keras untuk memejamkan matanya yang memang tidak mengantuk walaupun pada malam harinya Ibu selalu bekerja melepaskan logo plastik dari botolnya dan memisahkannya untuk kemudian dibawa Bapak ke lapak barang bekas di pagi harinya, dan anak yang duduk di pintu rumah, asik bermain ular naga di HP Huawei keluaran tahun dulu sekali entah kapan.

"kamu itu, main hp sudah hampir 2 jam." kata bapak dengan logat jawa yang masih kental kepada anak sambil terus mengibaskan kipas anyamannya. Sang anak tetap acuh sambil terus bermain dengan HP jadulnya.

"biar toh Pak, bosan di rumah terus." bantu ibu yang juga berlogat jawa menjawab Bapak

"sini Bapak mau pinjam hp nya, mau menelepon lapak, buka tidak hari ini" Ujar Bapak kepada anak lagi

"ih Bapak, ini battery nya juga udah mau abis kok" jawab sang anak

"oalah, kamu mainin terus. Charge lagi sana! Bapak butuh nanti, malas Bapak ke lapak kalo tau-tau tutup, tidak ada pemberitauan hari ini tutup ternyata pagi tadi tidak buka." Keluh Bapak.

Anak tetap asik bermain game di HP Huawei itu, dengan tanpa disadarinya Bapak sudah berada di belakang Anak memperhatikan lalu mengambil HP itu dari anak.

"Ah Bapak, aku sedang nanggung itu. Sebentar lagi tamat, lagi aku malas ke warung. Wis jauh, mbak'e juga judes kalo aku numpang nge-charge" kesal Anak

"permainan apa toh ini, cuma garis-garis dan titik doang" Ujar Bapak menggeser tubuhnya yang berbaring kedekat anak

"ular naga pak" Jawab anak

"ular naga apa toh, ular naga kok garis doang kotak-kotak, mana? api nya juga ndak ada, naga kok ngene. ngayal bae kamu. makanya jangan kebanyakan main HP. Halu kamu jadinya!" seloroh Bapak.

"Ah, Bapak ini pura-pura polos." ujar Anak, "udah tau HP jadul, ada permainannya juga masih syukur, ngilangin bosan" Keluh anak

"Jangan begitu toh nak, omong syukur kamu kok seperti tidak bersyukur toh" kata Ibu membela Bapak

"Yo wis, kalo nanti karungan plastik itu wis terjual, kita beli HP jaman now" Ujar Bapak

"Oalah Pak'e, buat makan mbok ra cukup, opo toh beli HP jaman now? Bapak sing halu, bukan anak'e" celetuk Ibu.

"Dicicil bae toh cah yu, Casingnya dulu, nanti battery-nya, terus charger-annya, baru sing mahal mesinne"

"Woooh,,gendeng koe pak, nyesel aku bela koe" seru ibu sambil merubah posisi tidur miringnya, membelakangi Bapak dan Anak.

"Lho, bukan gitu toh bu, ono pepatah sedikit demi sedikit nanti jadi bukit. toh kalo beli langsung ra iso, ya nyicil." 

"Aku kira bapak bener mau nyicil HP baru, gak taunya guyon" kesal anak.

"yo wis, maafin Bapak. huft, Bapak jadi sedih nak, inget kamu ra sekolah, kamu juga jadi ikutan bapak mulung karo ibu. Bapak juga sedih, karo ibu sing bergadang tiap malam nemeni Bapak ngupas botol.. "

"Hush, wis pak, berisik bae, aku ra iso turu iki." potong ibu

"Opo kita mulih bae ke kampung yo cah yu bawa nak lanang?" tanya Bapak

"mulih pie, ora ono duit'e"seloroh ibu. Bapak tertunduk lesu.

"aku ngamen bae toh pak? atau ngemis?" tanya anak

"Hush, jangan ngaco koe nak" bantah bapak

"abis pie? dagang koran wis ra laku, nyemir juga ra ono pelanggan, jual rokok dijalan dipalak preman" keluh sang anak

"sabar nak lanang. nanti bapak coba cari jalan keluar." kata bapak sambil berdiri menuju pintu rumah. "wis ketemu jalan keluarne, yuk keluar" ujar bapak.

"huuu, wedan" seru ibu.

"Wis, Bapak mau ke lapak, jaga kandang, nanti bapak mulih bawa HP, doa keun" kata bapak sambil mengambil karung berisi botol-botol plastik. membuat ibu berbalik badan memasang wajah serius

"Bener pak?" tanya anak serius

"HP, Harapan Palsu.."ujar Bapak kepada anaknya sambil terkekeh, 

"woooh" seru ibu dan anaknya berbarengan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun