Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Fabel | Katak yang Senang Bernyanyi

3 Februari 2018   12:40 Diperbarui: 3 Februari 2018   16:29 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Di sebuah danau yang ditutupi berbagai tanaman air seperti teratai, enceng gondok, apu-apu, calla lily, dan jenis pisang air, hiduplah satu keluarga katak air yang sangat rukun dan harmonis. Keluarga katak itu lengkap dan cantik-cantik, ada bapak katak, ibu katak, dan 20 anak-anak katak.

Saat di pagi dan sore hari, keluarga katak ini sering menyanyikan lagu pemanggil hujan. Suasana danau ini menjadi sangat ramai tapi nyaman karena keluarga katak yang senang bernyanyi ini. Warna hijau kulit mereka pun sangat indah dilihat, serasi dengan tanaman dan bunga yang ada.

Di danau itu, ada pula keluarga katak macan tutul yang besar-besar, mereka kasar, memiliki bintik-bintik hitam besar ditubuh mereka, dan tidak suka bernyanyi. Keluarga katak macan tutul sangat jahil, dan selalu mengganggu keluarga katak air.

Di pagi hari dan sore hari, saat keluarga katak air keluar dari rumahnya untuk bernyanyi memanggil hujan, keluarga katak macan tutul juga ikut keluar, tapi bukan untuk ikut bernyanyi, tapi untuk menggangu nyanyian keluaga katak air.

Disuatu pagi, saat beberapa keluarga katak air sedang bernyanyi di atas daun bunga teratai, keluarga katak macan tutul menghampiri mereka. Keluarga katak air sudah waspada kalau-kalau katak macan tutul berulah dengan menyemburkan air kearah mereka. Tapi, ternyata mereka meminta untuk diajarkan bernyanyi merdu.

Dengan senang hati keluarga katak air menyambut mereka dan membantu mereka untuk mengeluarkan suara indah, bukan sekedar suara menggerutu. Keluarga katak macan tutul mengikuti ajaran keluarga katak air, tapi ternyata itu hanya akal-akalan keluarga katak macan tutul, agar keluarga katak air lengah.

Dengan jahilnya, keluarga katak macan tutul mulai menggoyangkan daun pijakkan mereka, dan mendorong katak air ke dalam danau. Satu persatu keluarga katak air berbubaran jatuh dan melompat kedalam air. Untungnya keluarga katak pandai berenang. Mereka dengan lincah menggapai kembali daun untuk tempat berpijak mereka. Tapi, keluarga katak macan tutul menahan dan mendorong mereka lagi masuk kedalam air.

"Kalian jahil sekali ya!" seru salah satu keluarga katak air yang memiliki badan kecil berwarna hijau muda kepada keluarga katak macan tutul.

"Kenapa kalian selalu mengganggu kami? Padahal kami sedang memanggil hujan. Apa kalian tidak suka dengan hujan?" protes keluarga katak air lainnya.

"Hahahahahahaha, hujan turun saat mereka bernyanyi katanya? Hahahahahhaha, kalian lucu! Asal kalian tahu, hujan itu akan tetap turun walaupun kalian tidak bernyanyi." Tawa keluarga katak macan tutul.

"Lebih baik kita pergi saja dari tempat ini!" ajak salah satu keluarga katak air yang paling tua.

"Jangan! Nanti tidak akan ada hujan lagi bila kalian tidak bernyanyi." Kata salah satu keluarga katak macan tutul. "Tapi bohong! Hahahahahahaha," seru keluarga katak macan tutul berbarengan sambil tertawa.

"Iya! Lebih baik kalian pergi saja dari sini. Biar danau ini menjadi wilayah kami sepenuhnya." Kata katak macan tutul paling tua.

Tanpa berkata apa-apa lagi, keluarga katak air meninggalkan danau itu, dan pergi mencari danau lain yang bisa mereka tempati.

Beberapa bulan setelah kepergian keluarga katak air yang suka bernyanyi itu, suasana di danau itu menjadi tidak seindah dulu mereka ada. Hujan sudah berbulan-bulan tidak turun di danau itu. Keluarga katak macan tutul mencoba untuk mengutip lagu-lagu yang sering dibawakan keluarga katak air untuk memanggil hujan, tapi tetap tidak bisa, karena suara mereka tidak seperti nyanyian dan tidak ada yang hafal lagu mereka.

Keluarga katak macan tutul menyesal atas kejahilannya. Danau tempat mereka kini begitu kering. Tidak ada lagi tanaman air di danau itu, dan buaya mulai bermunculan di danau kering itu untuk memangsa mereka, karena ikan yang ada di danau itu sudah habis mati kekeringan.

"Bagaimana ini? Para buaya makin banyak yang memangsa kita." Keluh salah satu keluarga katak macan tutul. "Ini pasti karena sudah tidak ada ikan dibawah sana. Danau ini semakin kering"

"Apa benar-benar tidak ada diantara kalian yang bisa bernyanyi seperti katak air?" Tanya katak macan tutul paling tua ditempat itu. Semua katak terdiam. Mereka menyesal sudah menjahili keluarga katak air dan membuat mereka semua pergi.

"Kalau begini terus, keluarga kita akan habis dimangsa oleh para buaya." Sesal seekor katak macan tutul.

"Bagaimana kalau kita cari dan ajak kembali keluarga katak air kembali kesini?" usul salah satu diantara mereka.

Katak tertua terlihat berpikir agak lama, lalu dia mengangguk tanda setuju. "Apakah ada yang mengetahui kemana perginya keluarga katak air?" Tanyanya.

"Aku tahu, dan sebenarnya aku sudah mulai mencari mereka beberapa waktu lalu. Mereka kini tinggal disebuah hulu kali yang agak kotor. Mereka pasti tidak betah ditempat itu. Bila diizinkan, aku akan mengajak mereka kembali kesini untuk membantu kita." Jelas salah satu diantara mereka.

"Baiklah, sekarang juga, carilah dan bawa keluarga katak air kembali." Ucap katak macan tutul tertua.

Keesokan harinya, keluarga katak air yang dating kedanau itu disambut dengan riang oleh keluarga katak macan tutul.

"Maafkan kesalahan kami pada kalian." Ujar salah satu keluarga katak macan tutul.

"Tadinya kami tidak mau kembali kesini. Kami sudah hidup enak di tempat baru kami." Ujar seekor katak air yang paling muda berwarna hijau muda dengan ketusnya.

Keluarga katak macan tutul terdiam dan menunduk malu.

"Sudahlah, kami berterimakasih karena kalian mencari kami kembali." Kata katak air paling tua.

Katak macan tutul paling tua pun tersenyum, dan menceritakan yang terjadi di danau itu setelah keluarga katak air pergi.

"Jadi kalian ingin kami bernyanyi lagi di danau ini untuk memanggil hujan?" Tanya katak air mengambil kesimpulan.

"Ya, jika kalian tidak keberatan, kami pun ingin belajar bernyanyi dan bernyanyi bersama kalian." Kata katak macan tutul paling tua.

Katak air dengan senang menerima permintaan maaf katak macan tutul, dan mulai mengajarkan nyanyian mereka, bahkan bernyanyi bersama mereka.

Hujan terus turun di danau itu selama beberapa waktu lamanya. Kini, danau itu hijau kembali, air nya mulai banyak, tumbuhan air pun mulai kembali tumbuh disana. Ikan-ikan mulai bermunculan kembali, dan para buaya mulai bersembunyi kembali di dasar danau.

Keluarga katak air dan katak macan tutul pun hidup berdampingan dengan harmonis di danau itu, mereka bernyanyi bersama di pagi hari bersama embun, dan sore hari ditengah kabut sendu memanggil hujan turun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun