Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Catatanku, "Memory"

1 Februari 2018   15:34 Diperbarui: 1 Februari 2018   15:55 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan kesan pertamaku dulu pada kak Nagai adalah dia seorang pria yang pendiam tapi penuh semangat apabila sudah menyangkut hal berbau musik. Dia mungkin menderita penyakit, tapi dia bisa menceritakan sepanjang hari tentang musik sampai terbatuk-batuk, konser-konser yang pernah dia datangi di seluruh dunia, seperti pertemuannya dengan seorang konduktor terkenal di dunia yang aku sendiri sebenarnya tidak mengenalnya,  Sir John Elliot Gardiner dari inggris.

Entahlah, aku tidak begitu tertarik dengan musik. Aku hanya bisa menyanyi. Itupun saat aku akan mandi di pagi hari. Tapi kak Nagai adalah motivatorku, dia selalu memberikan pengetahuan baru padaku, mengajakku ketempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi, bertiga dengan Kashi, kecuali ke perpustakaan ini. Aku tidak pernah tau bila Kak Nagai menyukaiku, sampai akhirnya dia pergi bersama Kashi, dan aku mengetahuinya dari Kashi. Saat itu Kashi terlihat marah dengan alasan yang tidak jelas, dan berkata agar aku melupakannya, dan Kak Nagai menyukaiku.

Tangan kak Nagai tidak tertutup sarung tangan, dia juga tidak menggunakan masker lagi, apakah dia sudah sembuh? Wajahnya kini terlihat lebih segar, nafasnya juga sepertinya lebih ringan dibanding dulu. Aku ragu untuk menanyakan keadaannya. Sepertinya dia lebih sehat saat ini. Kami terdiam, dan tiba-tiba Kak Nagai menawarkanku untuk bekerja di tempatnya. Aku berpikir sejenak, mungkin ini kesempatanku.

Tapi aku ragu, karena setelah Kashi menceritakan bahwa kakaknya memiliki rasa padaku, aku jadi gampang teringat pada tingkah dan sikapnya yang hangat dulu. Yah, sebut saja aku Ge-Er atau apalah, tapi aku memang takut. Aku takut karena saat ini aku memiliki rasa suka pada Kak Nagai, sedangkan aku tidak tahu apakah kak Nagai masih menyukaiku atau tidak. Dan aku pun tidak tahu, apakah Kak Nagai selama di Jepang sana memiliki kekasih atau tidak.

Aku meminta waktu pada Kak Nagai, aku merasa sombong memang. Tapi Kak Nagai menerimanya. Dia sebenarnya menawarkan gaji yang cukup lumayan kepadaku. Membuatku ingin menjawab iya, aku harus berpikir jernih. Dan mungkin besok aku akan memiliki jawabannya.

Obrolan kami memang tidak lama, kak Nagai pun tidak lama menemaniku. Dia lalu pamit pergi entah ingin kemana. Sebelum dia beranjak pergi, aku mengucapkan terimakasih dan dengan berani mengatakan bahwa dia tampak lebih segar dan tampan. Dia beranjak pergi sambil tersenyum hangat. Aku lalu meneruskan pengisian pendaftaran akun baru, yang sepertinya akan sia-sia, tapi tetap kubuat untuk membunuh waktu, sampai waktu pulang. Seharian ini, aku memikirkan kenangan 7 tahun lalu bersamanya, serta tawarannya. Kecemasanku mulai berkurang. Sepertinya aku sudah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun