Maka dengan niat yang tulus dan berharap darah dan dagingnya akan cukup jadi menu santapan bagi anak-anaknya untuk kemudian bisa terbang mencari makanannya sendiri secara mandiri. Ia lalu mencabut bulu ekornya dan menikam dirinya. Darah segar memuncrat dan menjadi minuman buat anak-anaknya yang kehausan. Tubuhnya lunglai lalu kemudian tersungkur. Ia menghadap Tuhannya dengan sebuah kebahagiaan, karna mampu memberi yang terbaik buat anak-anaknya. Terbaik dan sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya.
Darah dan daging tersebutlah yang mereka santap setiap pagi, siang, sore dan malam. Kandungan gizi dari daging ibunya itu menjadi semangat bagi keempat anak burung itu untuk belajar terbang dan beranjak dari tempat mereka. Mereka hidup dengan kemandirian untuk menjadi diri mereka, hidup dari sebuah proses pengorbanan seorang ibu.
Kisah yang mengharukan dan sangat membanggakan. Sebuah proses kreatif untuk mempersiapkan kelangsungan hidup generasinya. Kisah dari kehidupan burung yang rela mati demi menjadi sumber kehidupan buat anak-anaknya. Lalu adakah kita bisa menemukan ibu seperti itu dikehidupan manusia?
Adakah seorang pemimpin hari ini yang rela untuk sekedar mencabut bulunya demi kelangsungan hidup rakyatnya? Adakah seorang wakil rakyat yang rela mencabut bulunya demi kesejahteraan rakyat yang diwakilinya? Adakah seorang guru yang rela mencabut bulunya untuk mempertahankan kelangsungan ilmu pengetahuan? Adakah dari golongan manusia ini yang mampu mengorbankan kenikmatan yang dia miliki demi keberlangsungan hidup dan kemanusiaan?.
Pertanyaan yang dari awal saya rasakan hanya akan kita temukan di dunia para binatang ternyata masih ada dalam kehidupan yang sebenarnya. Dialah A'baTammalele dalam kehidupan manusia. Tammalele tentu bukan kisah dalam tuturan para pendongeng ketika seorang ayah atau kakek sedang berusaha mengantar anak atau cucunya dalam kepulasan dan mimpi-mimpinya saat terlelap. A'ba Lele telah mampu menunjukkan pada dunia, pada anak-anaknya, pada murid-muridnya. Dan tentu saja, karakter itu tak akan hilang dari sosok beliau sebab orangtanya telah menitahkan kata berupa doa suci lewat nama Tammalele, tak akan berubah sikap, tak akan lekang, tetap konsisten, komitmen merawat sejarah dan kelangsungan peradaban di Mandar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI